( THE EFFECT OF INJECTION OF THE DOMESTIC CHICKEN
(Gallus domesticus) HYPOPHYSIS EXTRACT ON THE HISTOLOGICALY OF TESTES AND THE ACTIVITY SPERMATOZOA OF GREEN JUNGLE FOWL (Gallus varius)

I Wayan Piraksa1), Wayan Bebas2)
1)Lab. Histologi, Veteriner., 2)Lab. Teknologi Reproduksi Veteteriner.
Fakultas Kedokteran Hewan , Universitas Udayana, Denpasar Bali

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan ekstrak hipofisa ayam kampung terhadap gambaran histology testes dan aktivitas spermatozoa ayam hutan hijau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 kelompok perlakuan masing-masing : To, disuntik dengan NaCl 0,9%; TI, disuntik dengan ekstrak hipofisa konsentrasi 25%; T2, disuntik dengan ekstrak hipofisa 50%, tan T3, disuntik dengan ekstrak hipofisa konsentrasi 75%. Masing-masing perlakuan menggunakan 5 ekor ayam hutan sebagai ulangan. Gambaran histologi testes dianalisis dengan diskriptif kualitatif dan aktivitas spermatozoa dianalisis dengan analisis ragam. Jika hasilnya berbeda dilanjutkan dengan Uji Wilayah berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas spermatogenesis semakin aktif, meningkatkan volume semen, dan konsentrasi spermatozoa, sedangkan pH, bau, warna, kekentalan, gerakan massa, gerakan individu dan daya hidup spermatozoa tidak berbeda nyata.

Kata kunci :ekstrak hipofisa, histologi testes, aktivitas spermatozoa, ayam hutan hijau.

ABSTRACT

The aim of this experiment is find out the effect of the domestic chicken hypophysis extract on histologicaly of testes and the activity spermatozoa in green jungle fowl. Twenty green jungle fowl were divided randomly into four group, each group consisting of six animal. Group I (TO) was injected with 0,9% physiology NaCl, Group II (T1) was injected with 25% hypophysis extract, group III (T2) was injected with 50% hypophysis extract, group IV (T3) was injected with 75% hypophysis extract. Data of histologicaly were presented descriptively and activity spermatozoa were analyzed using Anova and Duncan Multiple range test. The result of the experiment that the treatment with the extract of domestic chicken hypophysis increased in spermatogenesis activity of seminiferous tubules. The volume of semen and spermatozoa concentration, whereas the pH, smell, color, viscosity, motility, and the percentage of dead was not effected by treatment

Key word : hypophysis extract, histological testes, activity spermatozoa, green jungle fowl.

PENDAHULUAN
Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) dalam memproduksi bekisar (hasil kawin silang antara ayam hutan hijau jantan dengan ayam kampung betina dipengaruhi oleh beberapa factor seperti : kebersihan semen yang ditampung, tercampurnya semen dengan cairan yang keluar dari saluran reproduksi, adanya telur di dalam uterus terutama telur dengan kulit yang keras yang dapat menghambat pergerakan progresif spermatozoa di dalam saluran reproduksi, dan yang terpenting adalah kualitas semen harus baik (Brillard, 1993 : Toelihere, 1981). Dengan demikian bibit yang unggul dapat disebarluaskan untuk tujuan pembuatan bekisar dengan teknologi IB, dan pelestarian ayam hutan yang semakin hari dirasakan semakin kurang populasinya (Arief, 1991).
Perkembangan tubuh ayam amat erat hubungannya dengan perkembangan alat reproduksi serta organ lain seperti kelenjar-kelenjar yang terdapat dalam otak yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan daya reproduksinya. Salah satu kelenjar yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan daya reproduksi dari ternak ayam adalah kelenjar hipofisa (Bahri, 1991).
Banyak penelitian membuktikan bahwa kelenjar hipofisa bukan hanya menstimulir pertumbuhan tetapi juga mempengaruhi perkembangan alat-alat kelamin dan tingkah laku seksual. Kelenjar hipofisa mengatur hampir seluruh fungsi organ-organ dalam tubuh sehingga sering disebut The Master Gland of Endocrine System (Hardjopranjoto, 1980).
Pada kelenjar hipofisa didapatkan banyak hormon antara lain FSH yang pada hewan jantan berfungsi mendorong pertumbuhan tubulus seminiferus dan mempunyai peranan dalam proses spermatogenesis. Selain FSH juga LH (ICSH = Interstitial Cell Stimulating Hormone) berfungsi untuk mendorong produksi dan sekresi hormon testosteron yang berperan untuk timbulnya sifat kelamin sekunder juga pendewasaan sel spermatozoa (Hafes, 1991). Menurut Parvathi dan Puruhit (1997), pemberian ekstrak hipofisa tidak dapat menambah berat testes tetapi merangsang proses spermatogenesis terutama produksi spermatosit primer.
Permasalahan di atas dicoba untuk diteliti apakah pemberian ekstrak hipofisa ayam kampung dapat meningkatkan aktivitas spermatozoa dan mempengaruhi gambaran histologi testes. Melalui penelitian ini diharapkan ekstrak hipofisa dapat sebagai bahan pengganti hormon sintesis yang saat ini harganya semakin mahal.

METODE PENELITIAN
Materi
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam hutan hijau jantan sebanyak 20 ekor. Semen ayam hutan hijau diambil dengan metode pemijatan (Toelihere, 1981). Pakan ayam hutan hijau berupa campuran antara : beras merah, gabah, jagung giling, kacang hijau dengan perbandingan : 1 : 1 : 1 : 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : spuit tuberculin 1 cc, tabung reaksi, cover glas, mikroskop cahaya, corong, cawan petri, api bunsen, batang kaca pengaduk, kertas saring, tissue, termos es, pH meter, sentrifuge, gergaji besi, alat bedah, mortir porselin dan hemocytometer.
Bahan-bahan yang digunakan adalah : NaCl 0,9%, NaCl 3%, eosin-negrosin sitrat, aquades, kepala ayam kampung segar, semen ayam hutan hijau, alcohol 70%, buffer formalin 10%, seperangkat alat pembuat preparat histology.

Metoda
Pembuatan ekstrak hipofisa dilakukan dengan cara : beberapa kepala ayam kampung segar dimasukkan ke dalam termos es kemudian hipofisanya dipisahkan, lalu digerus dengan menambahkan NaCl 0,9%, kemudian buat menjadi konsentrasi 25%, 50% dan 75%. Hasil gerusan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Ambil bagian supernatannya yang merupakan ekstrak hipofisa yang siap untuk disuntikkan (Bahri, 1991). Ayam hutan hijau diadaptasikan dengan lingkungannya selama 1 minggu. Kemudian dilakukan pelatihan untuk diambil semennya dengan metode pemijatan. Evaluasi semen dilakukan untuk mengetahui kualitas semen, baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Pengamatan makroskopis meliputi : pengukuran pH, warna, volume, bau dan konsistensi (kekentalan). Sedangkan pengamatan mikroskopis meliputi : gerakan massa, gerakan individu, konsentrasi sepermatozoa dan prosentase spermatozoa hidup. Pembuatan preparat histologi dilakukan dengan cara : ayam hutan dibunuh dengan jalan emboli jantung, kemudian dilakukan nekropsi. Testes diambil kemudian dipotong melintang dengan ukuran panjang kali lebar 1 x 1 cm, dimasukkan ke dalam formalin buffer 10% selama 1minggu. Kemudian diproses untuk pembuatan preparat histologik dengan pengecatan HE (Haematoxylin – Eosin).
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan : T0 (kontrol) ayam hutan disuntik dengan 0,25 ml/ekor/im NaCl fisiologis, T1 disuntik dengan 0,25 ml/ekor/im ekstrak hipofisa 25%, T2 disuntik dengan 0,25 ml/ekor/im ekstrak hipofisa 50%, dan T3 disuntik dengan 0,25 ml/ekor/im ekstrak hipofisa 75%. Penyuntikkan dilakukan sebanyak 8 kali atau penyuntikkan dilakukan setiap 12 jam selama 4 hari berturut-turut. (Bahri, 1991). Tiga hari kemudian masing-masing perlakuan diambil semennya dan dilakukan evaluasi, kemudian ayam hutan dibunuh dengan jalan melakukan emboli jantung, kemudian dilakukan pembedahan untuk diambil testesnya. Gambaran histologi testes dilihat dibawah mikroskop menggunakan mikroskop cahaya untuk melihat aktivitas spermatogenesis tubulus seminiferus dari masing-masing perlakuan. Aktivitas tubulus seminiferus ini dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan melihat besar dan kepadatan dari lumen tubulus seminiferus. Kualitas semen dianalisis dengan analisis ragam jika hasilnya berbeda dilanjutkan dengan uji Wilayah Berganda Duncan (Stell dan Torrie, 1990).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian gambaran histologis testes pada perlakuan TO dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Penampang melintang testes ayam hutan perlakuan TO (HE, 100X, 3R)
A. Tubulus Seminiferus, B. Lapisan Spermatogenik, C. Interstitial Sel

Pada perlakuan T1 (Gambar 2), nampak mengalami perbedaan pada tubulus seminiferus bila dibandingkan dengan TO. Perbedaan tersebut terdapat pada lumen tubulus seminiferus yang lebih banyak dipenuhi oleh sel-sel spermatogenik sehingga terlihat lebih padat dibandingkan dengan kontrol.

Gambar 2. Penampang melintang testes ayam hutan perlakuan T1 (HE, 100X, 3R)
A.Tubulus Seminiferus, B. Lapisan Spermatogenik, C. Interstitial Sel
Pada perlakuan T2 (Gambar 3) nampak proses spermatogenesis lebih aktif dibandingkan dengan T1. Sebagian besar tubulus semiferus lumennya terlihat lebih padat oleh sel-sel spermatogenik. .

Gambar 3. Penampang melintang testes ayam hutan perlakuan T2 (HE, 100X, 3R)
A. Tubulus Seminiferus, B. Lapisan Spermatogenik, C. Interstitial Sel
Perlakuan T3 (Gambar 4) terlihat perbedaan yang jelas proses spermatogenesis pada tubulus seminiferus dibandingkan dengan T2, T1, dan T0. Proses spermatogenesis pada perlakuan T3 nampak paling aktif, dimana terlihat hampir seluruh tubulus seminiferus dipenuhi oleh sel-sel spermatogenik sehingga kelihtan lebih padat jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya..

Gambar 4. Penampang melintang testes ayam hutan perlakuan T2 (HE, 100X, 3R)
B. Tubulus Seminiferus, B. Lapisan Spermatogenik, C. Interstitial Se

Hasil penelitian pengaruh penyuntikkan berbagai ekstrak hipofisa ayam kampung terhadap kualitas semen ayam hutan perlakuan T0, T1, T2 dan T3 dapat dilihat pada Tabel 1.
Perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap : bau, warna, kekentalan, gerakan massa, gerakan individu, pH dan prosentase spermatozoa yang hidup (P>0,05). Sedangkan volumen dan konsentrasi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P

Tabel : 1. Pengaruh Penyuntikkan Ekstrak Hipofisa Terhadap Kualitas Semen Ayam Hutan Hijau

Pengaruh Penyuntikkan Ekstrak Hipofisa Terhadap Kualitas Semen Ayam Hutan Hijau

Tabel 2. Uji Wilayah Berganda Duncan Volume Semen Ayam Hutan Akibat Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Hipofisa Ayam Kampung.

Uji Wilayah Berganda Duncan Volume Semen Ayam Hutan Akibat Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Hipofisa Ayam Kampung

Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05), sebaliknya huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P

Tabel 3. Uji Wilayah Berganda Duncan Konsentrasi Spermatozoa Ayam Hutan Akibat Pengaruh Penyuntikan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Hipofisa Ayam Kampung.

Uji Wilayah Berganda Duncan Konsentrasi Spermatozoa Ayam Hutan Akibat Pengaruh Penyuntikan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Hipofisa Ayam Kampung

Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05), sebaliknya huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P

Pembahasan
Gambaran histologi testes akibat penyuntikkan ekstrak hipofisa menunjukkan aktivitas spermatogenesis yang semakin aktif dibandingkan dengan kontrol. Aktivnya spermatogenesis disebabkan karena ekstrak hipofisa mengandung hormon FSH dan LH. Menurut Parvathi dan Puruhit (1977), pemberian ekstrak hipofisa dapat merangsang proses spermatogenesis terutama produksi spermatosit primer. Pada ekstrak hipofisa dijumpai FSH yang pada hewan jantan berfungsi mendorong pertumbuhan tubuli seminiferus dan mempunyai peranan dalam proses spermatogenesis. Selain FSH juga terdapat LH (ICSH) yang berperan mendorong produksi dan sekresi hormon testosteron yang berfungsi untuk timbulnya sifat kelamin sekunder, pendewasaan spermatozoa, memelihara dan perkembangan kelenjar assesoris (Hafez, 1991). FSH juga berfungsi untuk menstimulir sintesa (Androgen Binding Protein) yang dihasilkan oleh sel-sel sertoli yang kemudian berikatan dengan testosteron untuk kehidupan dan pematangan sel spermatozoa (Austin dan Short, 1984).

Penyuntikan ekstrak hipofisa terhadap kualitas semen hanya berpengaruh terhadap volume semen (P

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penyuntikkan ekstrak hipofisa mengakibatkan semakin aktifnya proses spermatogenesis dengan ditandai semakin padatnya lumen tubulus seminiferi dilihat melalui gambaran histologinya.
Penyuntikkan ekstrak hipofisa dapat meningkatkan volume semen (P

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berapa kandungan FSH dan LH pada ekstrak hipofisa ayam.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, W., 1991. Inseminasi Buatan Pada Ayam. Peternakan Indonesia. 69;16-17

Austin, C.R., and R.V. Short, 1984. Reproduction In Mammals, 3. Hormonal Control of Reproduction. 2nd, Cambridge University Press.

Bahri, S., 1991. Penyuntikan Ekstrak Hipofisa Sapi pada Kambing Jantan Lokal. Peternakan Indonesia.

Brillard, J.P. 1993. Sperm Storage and Transport Following Natural Mating and Artificial Insemination. J. Poultry Sci. 5;117-143.

Hafez, E.S.E., 1991. Reproduction in Farm Animal. 6th Ed. Lea and Febriger, Philadeliphia. 436-440

Hardjopranjoto, S., 1980. Fisiologi Reproduksi. Ed. 2. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Surabaya. 73-87.

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas, University Indonesia Press. Jakarta

Parvathi dan Puruhit, 1977. Effect of Testosteron on The Testes of Sexuality. Quiescent Pheasants : Evidence for A Negative Feed Back Mechanism. Br. Poulty SCI. 19;709 – 712

Suherni, S., Tatik, H., dan A.H. Hermadi. 1993. Kualitas Semen dan Kadar Hormon Testosteron Ayam Jantan Buras Dewasa Setelah Penyuntikan Hormon PMSG dan HCG. Media Kedokteran Hewan. Vol. 9. 17-22

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Srtatistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Toelihere, M.R. 1981. Iseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa Bandung