Thu 1 Dec 2005
Potensi Hepatoprotektif Ekstrak Mengkudu Pada Keracunan Parasetamol
Posted by suarsana under Jvet Vol 6(3) 2005( HEPATOPROTECTIVE POTENCY OF EXTRACT MENGKUDU AGAINST PARACETAMOL POISONING)
I Nyoman Suarsana1) dan I Ketut Budiasa2),
1)Laboratorium Biokimia Veteriner dan 2)Laboratorium Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai potensi hepatoprotektif ekstrak mengkudu pada keracunan parasetamol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi hepatoprotektif ekstrak mengkudu dalam menurunkan aktivitas serum glutamat piruvat transminase (SGPT) dan serum glutamat oksaloasetat transminase (SGOT) serta untuk mengetahui potensi ekstrak mengkudu dalam memperbaiki kerusakan sel-sel hati secara histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan pemberian parasetamol dosis 250 mg/Kb bb selama 5 minggu menyebabkan kerusakan hati yang ditandai dengan adanya degenerasi hidrofik, degenerasi melemak dan nekrosis. Ekstrak mengkudu yang diberikan dengan dosis 10 g/hari/Kg bb mempunyai efek hepatoprotektif hal ini ditandai dengan penurunan aktivitas enzim SGOT serta SGPT pada perlakuan empat dan berbeda secara nyata (P
Kata-kata kunci: Mengkudu, enzim SGOT, SGPT, Parasetamol, Hepatopotektif
ABSTRACT
A research has been carried out on the potential use of mengkudu extract as hepatoprotective agent against paracetamol poisoning. In this study, the hepatoprotective actvity was determining by the reduction of SGPT (serum glutamic pyruvate transaminase) and SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) level in animal treated with paracetamol. Histological examination showed that paracetamol treatment in animal at dose of 250 mg/Kb bw for 5 weeks demaged the liver cells characterized by hydrophylic and fathy degeneration and necrose of liver cells. Treatment with mengkudu extract at dose 10 g/day/Kg bw daily for 5 weeks significanly (P
Key words : Mengkudu, enzym SGOT, SGPT, Paracetamol, Hepatoprotective
PENDAHULUAN
Sejak lama kita mengkonsumsi buah mengkudu, baik sebagai obat tradisonal misalnya obat batuk, obat asma, obat luka, obat kecacingan, penghilang rasa sakit kepala, lelah maupun sebagai campuran makanan. Pada saat itu kita belum mengetahui secara pasti senyawa apa yang terkandung dalam buah mengkudu. Namun dengan kemajuan teknologi masa kini yang berkembang sangat pesat dan dengan peralatan analisis yang modern, apa yang terkandung dalam buah mengkudu telah dapat diketahui.
Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Dilaporkan bahwa tanaman ini memiliki khasiat sebagai obat diabetes, penurunan tekanan darah, radang, antiseptik, antibiotik, anthelmentik dan penghancur batu ginjal. (Dharma, 1985) dan sebagai peremajaan sel (senyawa terpen), sebagai pencegah perkembangan sel kanker, dan antioksidan (penetral radikal bebas) (waspodo, 2000).
Sebagaimana menurut Clark (1973), bahwa penggunaan parasetamol secara terus menerus dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati karena terbentuknya ikatan antara makromolekul sel hati dengan metabolit intermedier parasetamol.
Menurut Goodman dan Gilman’s (1980), parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim mikrosomal hati. Di hati parasetamol mengalami biotranformasi dan sebagian besar dieksekresikan setelah berkonjugasi dengan glukoronat (60%), asam sulfat (3%) dan Sistein (3%). Jika mengkonsumsi dalam dosis yang tinggi, maka parasetamol ikut mengalami N-hidroksilasi dengan secara spontan mengalami dehidritasi membentuk metabaolit N-asetil-p-benzoquinone yang bersifat hepatotoksis
Masih menurut Goodman dan Gilman’s, hepatotoksis dapat terjadi setelah mengkonsumsi dosis tunggal 10-15 g (200-250 mg/kg) parasetamol. Dosis diatas 250 mg/kg secara potensial sangat fatal. Indikasi klinik terhadap manifestasi kerusakan hati terjadi 2 - 6 hari setelah mengkonsumi parasetamol dosis toksik
Adanya kerusakan sel-sel paremkhim hati atau permeabilitas membran akan mengakibatkan enzim GOT (Glutamat Okasaloasetat Transminase) dan GPT (Glutamat Piruvat Transminase), argianase, laktat dehidrogenase dan Gamma glutamil transmianse bebas keluar sel, sehingga enzim masuk kepembuluh darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat (Girindra, 1986). Namun demikian, indikator yang lebih baik untuk mendeteksi kerusakan jaringan hati adalah SGOT dan SGPT, karena kedua enzim tersebut akan meningkat terlebih dahulu dan peningkatannya lebih drastis bila dibandingkan dengan enzim-enzim lainnya (Calbreath, 1982).
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi hepatoprotektif ekstrak mengkudu dalam menurunkan aktivitas enzim SGPT dan SGOT dan secara histopatologis untuk melihat kemampuannya dalam memperbaiki kerusakan sel-sel hati.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam Broiler strain Starbro umur 1 bulan, dengan kisaran berat badan 1 -1,5 Kg, Parasetamol, reagen KIT dari Roche, formalin 10%, alkohol 95%, alkohol absolut, xylol, toluena, parafin, entelan, Harris Hematoxylin dan Eosin, Pakan standar konsentrat 511Ⓡ, tabung reaksi, botol-botol plastik, kandang, spuit disposible syring 3 cc, scalpel, gunting, pot-pot plastik, tissue processor, tissue net, blok-blok jaringan, waterbath, mikroskop dan spektrofotometer.
Metode
Rancangan percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima kali ulangan. Dengan demikian diperlukan ayam sebanyak 20 ekor. Ayam ditempatkan dalam kandang (satu kandang, satu ekor ayam), diadaptasikan selama 1 minggu dan diberi vaksin ND. Kemudian dilajutkan dengan pemberian dosis parasetamol dosis hepatotoksis 250 mg/kb bb (Goodman dan Gilman’s, 1980) dan pemberian ekstrak mengkudu dengan waktu yang berbeda. Adapun pembagian kelompok perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
-Kelompok I (Kontrol), diberi makanan standar selama 5 minggu
-Kelompok II, diberi makanan standar dan parasetamol 250 mg/kg bb, secara
oral (setiap hari selama 5 minggu).
-Kelompok III, diberi makanan standar dan parasetamol 250 mg/kg bb, secara
oral (setiap hari selama 2 minggu) dan dilanjutkan dengan pemberian ekstrak
mengkudu 10 g /hari/Kg berat badan dan makanan standar (selama 3 minggu).
-Kelompok IV, diberi makanan standar dan ekstrak mengkudu 10 g/hari/kg bb
secara oral dan setelah setengah jam diberi parasetamol 250 mg/kg bb (setiap hari
selama 5 minggu).
Pembuatan dosis ekstrak buah mengkudu.
Buah mengkudu yang sudah matang diekstraksi berdasarkan modifikasi metode Rarastoeti et al. (1995). Eksktrak buah mengkudu dibuat dengan cara sebagai berikut: 500 gr daging buah mengkudu segar diblender dan disaring. Cairan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, lalu ditambah dengan aquades sampai tanda tera sehingga konsentrasi buah mengkudu yang diperoleh adalah 5 gr/ml. Ekstrak mengkudu dibuat setiap 3 hari sekali dan untuk menjaga kesegarannya disimpan dalam lemari es. Dengan demikian untuk kelompok III dan IV dengan dosis 10 gr/hari/ Kg bb, diberi dengan ekstrak mengkudu 2 ml /hari/Kg bb, secara oral.
Penentuan SGPT dan SGOT
Pengukuran aktivitas SGPT dan SGOT pada semua perlakuan dilakukan pada akhir minggu ke-5. Darah diambil melalui vena dibawah sayap dan ditampung dalam tabung reaksi kemudian diletakan dalam posisi miring. Setelah membeku, tabung dipindahkan ke dalam lemari pendingin untuk mendapatkan serum. Kadar SGPT dan SGOT ditentukan dengan metode spektrofotometri menggunakan reagen KIT dari Roche sesuai metode Reitman dan Frankel (Girindra, 1986).
Pemeriksaan Preparat Histopatologi
Pemeriksaan preparat histopatologi untuk semua kelompok perlakuan dilakukan pada akhir minggu V. Ayam setelah dibunuh, kemudian dilakukan bedah bangkai untuk mengambil organ hati dan ditampung dalam pot-pot plastik yang sudah berisi formalin 10% dengan volume yang menyebabkan seluruh organ terendam. Selanjutnya diproses untuk pembuatan jaringan histopatologi dengan metode pewarnaan Hematoksilin dan Eosin. Kreteria pengamatan preparat histopatologi meliputi kongesti, perdarahan dan nekrosis sel-sel hati pada masing-masing perlakuan. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 X 40.
Analisa data
Potensi ekstrak mengkudu terhadap penurunan aktivitas SGPT dan SGOT dapat diamati dengan melakukan analisis ragam (Steel dan Torrie, 1989), jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Sedangkan hasil pemeriksaan preparat histopatologi dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hepatoprotektif ekstrak mengkudu terhadap enzim transminase.
Pengaruh pemberian ekstrak mengkudu terhadap aktivits enzim transminase, seperti yang diperlihatkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran enzim transminase
Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P
Pada perlakuan II, terlihat bahwa pemberian parasetamol selama 5 minggu dapat meningkatkan kadar SGOT serta SGPT dan berbeda secara nyata (P
Pada perlakuan III ingin membuktikan apakah pemberian ekstrak mengkudu dapat mengobati kerusakan hati akibat pemberian parasetamol. Hasil pada Tabel 1 terlihat bahwa pemberin ekstrak mengkudu mampu mengobati kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol. Hal ini dapat dilihat dari penurunan aktivitas enzim SGOT serta SGPT dan berbeda secara nyata (P
Perlakuan IV ingin membuktikan apakah ekstrak mengkudu bersifat hepatoprotektif. Hasil pada Tabel 1, memperlihatkan ekstrak mengkudu dapat melindungi hati yang dipapar dengan parasetamol. Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya aktivitas enzim SGOT serta SGPT dan berbeda secara nyata (P
Penurunan aktivitas enzim SGOT dan SGPT pada perlakuan III dan IV cukup drastis akan tetapi belum mencapai seperti pada keadaan normal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak mengkudu dosis 10 g/hari/kg bb memperlihatkan efek sebagai hepatoprotektif yaitu dapat melindungi terhadap kerusakan jaringan hati yang dipapar dengan parasetamol, namun efek hepatoprotektif tersebut belum optimal dan mungkin akan semakin efektif apabila dosis pemberian perlu ditingkatkan.
Terjadinya kesembuhan sel-sel hati yang mengalami kerusakan atau terjadinya perlindungan hati dari kerusakan yang diakibatkan oleh parasetamol setelah pemberian esktrak mengkudu disebabkan oleh adanya senyawa bioaktif yang terdapat dalam mengkudu. Menurut Heinicke (2000), senyawa proxeronine dan enzim proxeronase dalam mengkudu dapat melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan secara genetis dan menormalkan fungsi sel yang rusak sehingga dapat meningkatkan fungsi sel. Selain itu, senyawa terpen dalam mengkudu dapat berfungsi sebagai peremajaan sel (Waha, 2002).
Selain golongan senyawa tersebut diatas, mengkudu juga mengandung senyawa yang bersifat sebagai antioksidan seperti senyawa fenol dan vitamin C. Senyawa antioksidan dapat bertindak sebagai penetral radikal bebas yang dihasilkan oleh metabolit parasetamol. Menurut Mitohell (1979), terjadinya kerusakan hati karena terbentuknya ikatan antara makromolekul hati dengan metabolit intermedier parasetamol yang mengalami biotrasformasi di dalam hati.
Mekanisme kerja senyawa antioksidan mungkin dengan cara memberikan elektronnya atau menghentikan reaksi dari radikal bebas, sehingga dapat mencegah reaksi rantai berlanjut dari peroksidasi lemak dan juga protein akibat dampak radikal bebas. Dengan demikian kerusakan sel lebih lanjut dapat dicegah.
Gambaran Histopatologi Hati.
Gambar 1 memperlihatkan gambaran kerusakan hati yang disebabkan oleh pemberian parasetamol. Tampak pada gambar terjadi kerusakan hati berupa degenarasi hidrofik, dan degenerasi melemak. Sementara Gambar 2 tampak gambaran hati dari perlakuan III, yang mana terlihat terjadinya proses kesembuhan atau perlindungan hati dari kerusakan lebih lanjut.
Gambar 1 : Jaringan hati yang mengalami degenerasi hidrofik (pembesaran 10 X 20). Keterangan : 1. Vena centralis 2. Degenerasi hidrofik, 3 degenerasi melemak
Gambar 2. Hepatoprotektif ekstrak mengkudu terhadap fungsi hati. (pembesaran 10 X 20) Keterangan : 1.Vena centralis 2. Sel Hepatosit normal
KESIMPULAN
Pemberian parasetamol dosis 250 mg/Kb bb selama 5 minggu menyebabkan kerusakan hati hewan coba yang ditandai dengan adanya degenerasi hidrofik, degenerasi melemak dan nekrosis.
Ekstrak mengkudu yang diberikan dengan dosis 10 g/hari/Kg bb mempunyai efek hepatoprotektif hal ini ditandai dengan penurunan aktivitas enzim SGOT dan SGPT pada perlakuan empat dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan dua serta secara histopatologi terlihat adanya proses kesembuhan jaringan hati dan berkurangnya degenerasi dan nekrosis.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini Dibiayai dari dana DIK Universitas Udayana Tahun Anggaran 2004
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2001. About Noni. Bula-noni.com.au. Email:mailto: [email protected].
Akbar, N. 1995. Diagnostik Hepatitis Akut dan kronis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Jakarta.
Calbreath, D.F. 1992. Clinical Chemistry. W.B. Saunder Company, USA.
Clark, R. 1973. Hepatic Damage and Death from Overdose of Parasetamol. Lancet. 1:66-69
Dharma, M. (1985). Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka Jakarta.
Girindra, A. 1986. Patologi Klinik Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.
Goodman dan Gilman’s. 1980. The Pharmecological Basic of Therapeutics. 6th. ed. MacMilan Publishing Co, Inc. Hal. 701-704.
Heinicke, R.M. 2000. The Pharmacologically Active Ingredient of Noni. www.Noni.Net.NZ/Xeronine.Htm
Maddrey, W.C. 1985. Drug and Chemical Induced Hepatic Injurey. dalam Berk et al., Gatroenterology. 5:2955-2956.
Mitohel. 1979. Acetaminophen induced hepatic necrosis. J.Pharmao. Exp.Ther: 185-194
Raraestoeti, P., dan M. Sukarti. 1995. Pengaruh Pemebrian Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoe bilimbi L) per oral Terhadap Profil Lipoprotein, kadar gula dan Asam Urat Serum Darah Tikus Putih (Rattus novergicus). Berkala Ilmiah Biologi 1(9):383-396.
Sherlock, S. 1981. Disease of the Liver and Billiary System. Edisi 6. Blackwell Acientific Publication. Oxford.
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1989. Prinsip dan prosedur Statistik, Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Jakarta.
Waha, M.G. 2002. Sehat dengan Mengkudu (editor Listiyani Wijayanti). Penerbit PT. Mitra Sitta Kaleh, Jakarta.
Waspodo, I.S. 2000. Mengkudu: noni jelek berkhasiat Obat. Majalah Inti Sari Edisi Maret 2000, Jakarta. Hal.55-60.
Wijayakusuma, H.M.H., . Dalimartha dan A.S. Wiria. 1996. Tanaman berkhasiat obat di Indonesia. Jilid IV. Pustaka Kartini, Jakarta.