Hubungan Antara Dimensi Tubuh dengan Prestasi Kerbau Pacuan (Makepung)

(RELATIONSHIP BETWEEN BODY DIMENTION WITH PRESTATION
OF RACING BUFFALO)

I KETUT SUMADI
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
Jl. Sudirman, Denpasar (Bali)

ABSTRAK
Kerbau di samping digunakan sebagai ternak kerja untuk mengolah lahan pertanian, di Kabupaten Jembrana digunakan juga sebagai ternak pacuan (mekepung). Kerbau yang digunakan untuk pacuan mempunyai ukuran-ukuran tubuh (dimensi tubuh) dan prestasi yang berbeda-beda. Diduga bahwa prestasi pacuan ini dipengaruhi dimensi tubuh kerbau, sehingga dilakukanlah penelitian untuk mengetahui hubungan antara dimensi tubuh dengan prestasi pacuan. Penelitian dilakukan terhadap 30 pasang kerbau yang mempunyai prestasi pacuan yang berbeda-beda. Dimensi tubuh yang diamati adalah panjang badan, panjang kemudi, lingkar dada, lingkat perut, lingkar, jarak kaki depan-belakang, tinggi gumba, tinggi punggung, tinggi pinggul, tinggi pinggang, tinggi kemudi dan tinggi pangkal ekor. Data yang diperoleh dianalisa dengan membuat korelasi antara dimensi tubuh dengan prestasi pacuan(Gaspersz, 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba, tinggi punggung dan tinggi kemudi mempunyi hubungan yang sangat nyata dengan prestasi pacuan. Kerbau yang mempunyai badan yang lebih panjang, lingkar dada yang lebih besar, gumba yang lebih tinggi dan punggung yang lebih tinggi presatasi pecuannya lebih baik atau mempunyai kemampuan lari yang lebih cepat.

Kata kunci : Jembrana, kerbau, kerbau pacuan (makepung), dimensi tubuh, prestasi

ABSTRACT
In Jembrana districts, beside used as draught animal buffalos are also used as race animal known as “mekepung”. Buffalos used in the race have many different body dimension as well as many different race performances. A study was conducted to asses whethers their race performances were significantly related to their body dimension. As many as 30 pair of race buffalos with differences in their race performances were used this study the body length, the distance of fore and rear leg; the diameter of thorax and abodomen; the hight of withers; back; hips weist; steers; tail base point were determined. The data were their analysed to correlate the body dimension with the race performances. The result showed that the length of the body, the diameter of thorax, and the hight of withers, back and steer, were significantly related to their race performances. Buffalos with longer body and thorax diameter and higher withers and back showed better race performances.
Key words: Jembrana, buffalo, race animal (makepung), the body dimension, prestation

PENDAHULUAN
Pemeliharaan ternak kerbau oleh petani diharapkan dapat memberikan suatu nilai tambah terhadap usahatani yang dilakukan. Pemeliharaan ternak kerbau disamping sebagai penghasil daging juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Penggunaan kerbau sebagai tenaga kerja untuk mengolah lahan pertanian dapat memberikan sumbangan yang sangat besar bagi petani di pedesaan. Selain sebagai sumber tenaga untuk mengolah lahan pertanian dan tenaga kerja pada sarana transportasi, kerbau juga digunakan sebagai ternak pacuan atau makepung seperti yang terdapat di Kabupaten Jembrana. Menurut Anon (1985), pemanfaatan kerbau sebagai ternak pacu memberikan dampak yang cukup baik terutama mempertahankan populasi ternak kerbau di kabupaten.
Makepung yang terdapat di Kabupaten Jembrana mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing, di samping merupakan sarana hiburan bagi bagi masyarakat di pedesaan. Hal ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan potensi pariwisata setempat. Menurut Djagra (1992b), makepung dapat memberikan manfaat berupa proses seleksi kerbau-kerbau yang berkualitas baik dalam pelestarian ternak kerbau.
Kerbau yang digunakan untuk makepung dikatagorikan sebagai kerbau yang melakukan kerja, karena selain menarik kereta (cikar keci)l dan kusir juga melakukan aktivitas lari cepat (Sudana et al., 1986). Pada umumnya kerbau jantan lebih kuat dan lebih lincah dibandingkan kerbau-kerbau betina. Menurut Barwell dan McAyre (1982), bahwa kemampuan kerja ternak kerbau dipengaruhi oleh tingkat massa tubuhnya. Goe (1983) menyatakan, bahwa kemampuan kerja kerbau dipengaruhi oleh (1) macam tanah olahan, (2) permukaan tanah dan (c) dalamanya bajakan. Dijelaskan pula bahwa, kekuatan tarik kerbau berkisar antara 10 – 14% dari massa tubuhnya ada kecepatan 2.5 – 4,0 km/jam.
Djagra (1992) menyatakan bahwa, makepung adalah adu kecepatan lari dari pasangan-pasangan kerbau jantan yang terdapat di Kabupaten Jembrana. Faktor yang penting adalah kecepatan lari pasangan-pasangan kerbau tersebut. Untuk memperoleh kerbau yang mempunyai prestasi lari cepat yang maksimum, maka ada beberapa faktor yang perlu mendapat pertimbangan antara lain: (1) massa tubuh (Djagra, 1991), (2) umur (FAO, 1972; Mathews dan Pullen, 1977), (3) suhu lingkungan (McDowell, 1972; Mathews dan Pullen, 1977), (4) jenis dan kekerasan tanah (Mathews dan Pullen, 1977), (5) kondisi (Cockrill, 1974), ukuran tubuh (Pearson, 1989), (6) pasangan (Pearson et al., 1987), dan (7) jenis kelamin (Mathews dan Pullen, 1977). Telah diketahui pula bahwa, kerbau jantan pada umumnya lebih kuat dan lebih lincah dibandingkan dengan kerbau betina (Mathews dan Pullen, 1977).
Pengukuran tubuh dan bagian-bagian tubuh ternak dapat dilakukam dengan cara visual (subyektif) dan obyektif (dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur) (Djagra, 1992a). Dijelaskan pula bahwa, cara penilaian tersebut dapat dilakukan dalam usaha seleksi atau pun kontes. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, karena dapat mempengaruhi hasil pengukuran dimensi tubuh antara lain : (1) tempat penguran, (2) posisi ternak, (3) ketepatan alat dan (4) pelaksana.
Sedikitnya informasi dan penelitian-penelitian mengenai penilaian kemampuan pacu pada ternak kerbau melalui pengukuran dimensi tubuh, maka dilakukanlah penelitian ini yang tujuannya untuk mengetahui hubungan antara ukuran-ukuran (dimensi) tubuh terhadap prestasi pacuan kerbau.

MATERI DAN METODE
Kerbau
Penelitian ini menggunakan 30 pasang (60 ekor) kerbau jantan yang terbagi ke dalam tiga kelas yaitu kelas A , B dan C yang masing-masing terdiri atas 10 pasang. Kelas menunjukan prestasi pacuan atau kecepatan lari kerbau tersebut. Kelas A mempunyai prestasi utama (kecepatan lari yang paling cepat) sedangkan kelas B prestasi menengah dan kelas C adalah pemula.

Peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah mistar (untuk mengukur panjang kemudi dan jarak kaki depan-belakang), pita ukur (untuk mengukur lingkar dada, lingkar perut dan lingkar plank), tongkat ukur (untuk mengukur tinggi gumba, tinggi punggung, tinggi pinggang, tinggi pinggul, tinggi kemudi dan tinggi pangkal ekor), stop watch (untuk mengukur waktu untuk lari).

Metode Penelitian
Data didapatkan dengan secara observasi dengan Stratified Random Sample berdasarkan kecepatan lari yang berbeda (kelas). Pada penelitian ini diambil 60 ekor kerbau contoh yang terdiri dari 20 ekor kelas A (kecepatan lari rata-rata 35 km/jam), 20 ekor kelas B (kecepatan lari rata-rata 33 km/jam) dan 20 ekor kelas C (kecepatan lari rata-rata 31 km/jam).
Peubah yang diamati adalah panjang badan (body length), panjang kemudi (pelvis length), lingkar dada (chest or heart girth), lingkat perut (barel or paunch girth), lingkar plank (plank girth), jarak kaki depan-belakang, tinggi gumba (withers height), tinggi punggung (back height), tinggi pinggul (hips height), tinggi pinggang (loin height), tinggi kemudi (thurl height) dan tinggi pangkal ekor (tailhead height).

Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian lapangan dilaksanakan di wilayah Kabupaten Jembana yang terbagi ke dalam Blok barat dan Blok Timur. Dari masing-masing blok diambil contoh kerbau masing-masing 5 pasang dari setiap kelas. Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada waktu musim pacuan dilaksanakan.

Analisis Statistika
Peubah-peubah dimensi tubuh kerbau makepung yang diukur adalah lingkar (dada, perut dan plank), panjang (tubuh dan kemudi), tinggi (gumba, punggung, pinggang, pinggul, kemudi dan pangkal ekor) serta jarak kaki depan – belakang) dianalisis dengan membuat korelasi antara dimensi tubuh dengan prestasi pacuan/kecepatan lari (Gaspersz, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara panjang badan dengan kecepatan lari pada kerbau makepung (P

Tabel 1. Korelasi antara Dimensi Tubuh (X cm) dengan Kecepatan Lari (Y km/jam) pada Kerbau Makepung

Variabel
Kisaran Dimensi (X cm)
Kisaran Kecepatan Lari (Y km/jam)
Persamaan Garis Regresi Linier (Y = a + bx)
Koefisien Korelasi (r)
F hitung
F tabel 5%
Panajng badan
113 - 145
31,30 – 35,42
Y = 23,570 + 0,075X
0,590*
14,858*
4,20
Lingkar dada
143 - 204
31,30 – 35,42
Y = 22,895 + 0,057X
0,774*
41,013*
4,20
Tinggi gumba
108 – 140
31,30 – 35,42
Y = 22,090 + 0,090X
0,653*
20,596*
4,20
Tinggi punggung
107 – 137
31,30 – 35,42
Y = 21,657 + 0,095X
0,654*
20,788*
4,20
Tinggi kemudi
106 - 140
31,30 – 35,42
Y = 22,133 + 0,009X
0,620*
17,512*
4,20
Keterangan :
: Korelasi positif (P

Hubungan antara lingkar dada dengan kecepatan lari kerbau makepung berkorelasi positih (P Hubungan tinggi gumba dengan kecepatan lari kerbau makepung berkorelasi positif (P Terdapat korelasi positif antara ukuran tinggi punggung dan kemudi dengan kecepatan lari kerbau makepung (P

SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dimensi tubuh kerbau makepung mempunyai hubungan yang nyata dengan kecepatan lari kerbau tersebut dan makin besar ukuran panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba, tinggi punggung dan tinggi kemudi maka kecepatan lari kerbau makepung akan lebih cepat.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimaksih disampaikan kepada Ketua Pengurus Kerbau Pacuan (makepung) Kabupaten Jembrana beserta staf serta semua pemilik kerbau yang telah dengan rela membantu dan memberikan menggunakan kerbaunya sebagai materi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1985. Makepung dan Kesenian Khas Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana.

Cockril, W.R. 1974. The Husbandry and Health of Domestic Buffalo. FAO. Rome, Italy.

Djagra, I.B. 1991. Studi Pengaturan Panas Tubuh Kerbau Yang Sedang Bekerja : Disiram air, dilapisi lumpur dan ditutup karung basah. Laporan Penelitian Universitas Udayana, Denpasar.

Djagra, I.B. 1992a. Studi Tentang Lari Kerbau Makepung Khusus dari Aspek Tenaga, Dimensi Tubuh dan Berat Badan. Laporan Penelitian Fak. Peternakan Univ. Udayana, Denpasar.

Djagra, I.B. 1992b. Kecepatan dan kapasitas kerja pasangan kerbau kebiri dan betina yang dipekerjakan selama tiga jam per hari di sawah beririgasi teratur. Majalah Ilmiah Unud Tahun XIX No. 32 : 100 – 104.

Food Association Organisation (FAO). 1972. The Employment of Drought in Agriculture. FAO. Rome, Italy.

Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Penerbit Tarsito. Bandung.

Goe, M.R. 1983. Curent status of research on animal traction. World Anim. Rev. 45 : 24 – 26.

Mathews, M., D.W. Pullen. 1977. Cultivation trials with oxdrawn equipment in the Gambia, 1973 – 1975. Agic. Eng. 3 : 77 – 80.

McDowell, R.E. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climates. W.H. Freeman and Co. San Francisco, USA.

Murti, T.W. dan G. Ciptadi. 1987. Kerbau Perah dan Kerbau Kerja : Tatalaksana dan Pengetahuan Pascapanen. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Pearson, R.A. 1989. A comparation of drought cattle (Bos Indicus) and buffalo (Bubalus bubalis) carting loads in of condition. British Society Anim. Prod. 49 : 355 – 363.

Pearson, R.A., P.R. Lawrence and C. Ghimire. 1989. Factors influencing the work done by drought oxen : A study in the Eastern Hill of Nepal. Anim. Prod. 49 : 345 – 353.

Sudana, I.B., I.K. Sumadi, I.W. Sukanten, I.G. Mahardika and I.K. Budaarsa. 1986. Studi Makanan Kerbau Pacuan di Kabupaten daerah tingkat II Jembrana. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Univ. Udayana, Denpasar.