Peran Pergeseran Fenotipe Streptococcus Equi Subsp. Zooepidemicus Dalam Penampilan Infeksi Subklinis Pada Babi: Mekanisme Reservoir

(THE ROLE OF PHENOTYPIC SHIFT OF STREPTOCOCCUS EQUI SUBSP. ZOOEPIDEMICUS IN SUBCLINICAL INFECTION IN PIGS: MECHANISM OF RESERVOIR)

I Wayan Teguh Wibawan*1) , Seruni Agistiana1) dan Ni Luh Dartini2)
1)Laboratorium Imunologi, Bagian Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Institut pertanian Bogor,
2)Balai Pengujian dan Penyidikan Veteriner Regional VI Denpasar Bali.
*1) Corresponding author

ABSTRAK
Streptococcus equi subsp. zooepidemicus dapat diisolasi dari berbagai organ babi yang secara klinis tampak sehat. Dari 107 ekor babi yang diperiksa ternyata bakteri ini dapat diisolasi dari 2 ekor babi. Semua isolat bakteri S. equi subsp. zooepidemicus yang berhasil diperoleh menunjukkan ekspresi fenotip yang sama, memiliki koloni mukoid, tumbuh keruh di media cair dan membentuk koloni berbentuk cakram di soft agar. Bentuk koloni cakram ini merupakan bentuk peralihan antara bentuk koloni difus (komet) dengan bentuk koloni kompak. Bentuk koloni komet ini mencerminkan keberadaan kapsul asam hyaluronat yang tidak terlalu tebal, sehingga dalam keadaan ini infeksi bakteri tidak memberikan gejala klinis yang jelas. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan bakteri, saat bakteri ini diisolasi dari kasus wabah yang bersifat klinis, yakni koloni bakteri berbentuk difus seperti komet. Pergeseran fenotip (phenotypic shift ) ini dapat menjelaskan infeksi subklinis S. equi subsp. zooepidemicus pada babi dan dapat menerangkankan tentang peran babi sehat sebagai reservoir dalam penyebaran kasus streptokokosis pada babi di Bali.
Kata-kata Kunci: Streptococcus equi subsp. zooepidemicus, Babi, Fenotip.

ABSTRACT
Streptococcus equi subsp. zooepidemicus could be isolated from various organs of healthy pigs. From 107 pigs examined, this bacteria was isolated from 2 clinically healthy pigs. All S. equi subsp. zooepidemicus isolates showed similar phenotypic expression, caused turbidity in fluid media and produced semi diffuse colony in soft agar. The semi diffuse form of bacterial colonies is the transitional form of bacterial colonies between diffuse and compact, and might be associated with subclinical manifestation of the infection due to intermediate amount of hyaluronic acid bacterial capsule. Contarary to this, the perfectly diffuse colonies of bacteria were expressed by bacteria isolated from streptococcosis out break in pigs. The phenotypic shift of the colonies might play an important role in the expression of subclinical infection and might explain the role of healthy pigs as reservoir of this bacteria.

Key Words: Streptococcus equi subsp. zooepidemicus, Pig, Phenotypic.

PENDAHULUAN
Streptococcus equi subsp. zooepidemicus (Streptokokus grup C/SGC) memiliki kapsul polisakarida yang terdiri dari asam hyaluronat. Asam hyaluronat adalah juga penyusun jaringan tubuh mamalia, yang berfungsi sebagai perekat antar sel sel-sel tubuh; dengan demikian kapsul bakteri ini dianggap bukan benda asing bagi inangnya dan kurang bersifat antigenik. Keunikan asam hyaluronat sangat menguntungkankan bakteri ini di dalam mengecoh sistem kekebalan tubuh. Keberadaan kapsul menjadi hal yang sangat strategis dan berkaitan dengan ekspresi penyakit yang ditimbulkan, apakah terekspresi secara klinis atau subklinis. Kondisi subklinis mungkin disebabkan karena S. equi subsp. zooepidemicus dapat mengatur keseimbangan interaksinya dengan babi sebagai inangnya sehingga bakteri tersebut bisa hidup dorman dalam tubuh inang dengan mengembangkan kemampuan untuk bisa bertahan terhadap eliminasi makrofag maupun mikrofag, sehingga babi sehat sangat mungkin dapat berperan sebagai carrier bakteri ini. Mekanisme penyeimbangan ini diduga berkaitan dengan kemampuan bakteri untuk mengatur keberadaan kapsul yang disebut dengan phenotypic shift. Pada penelitian sebelumnya dapat ditunjukkan bahwa S. equi subsp.zooepidemicus yang berkapsul memiliki koloni yang bersifat mukoid, tumbuh keruh dalam media cair dan difus dalam media soft-agar. Dari aspek kesehatan, penyakit ini bersifat zoonosis, karena penularan ke manusia dapat terjadi lewat kontak dengan hewan terinfeksi atau minum susu sapi yang tidak dipasteurisasi (Low, Young dan Harding, 1980; Esferatiou et al., 1994; Boucher et al., 2002; Barnham et al., 1989) atau kontak dengan kuda yang menderita streptokokosis (Downar, et al., 2001).
S. equi subsp. zooepidemicus dikenal pula dengan nama ‘Animal Pyogenes’ termasuk streptokokus grup C menurut Lancefield, patogen pada hewan dan manusia. Bakteri S. equi subsp. zooepidemicus diketahui sebagai bakteri komensal yang normal pada kulit , mukosa saluran repirasi atas pada kuda (Timoney, et al.,1988) dan saluran urogenital (Las Heras, et al., 2002). Bakteri S. equi subsp. zooepidemicus juga dapat menjadi bakteri patogen penting pada kuda khususnya pada penyakit yang berkaitan dengan gangguan pada saluran respirasi misalnya ingus tenang (strangles-like) (Blood dan Rhadostits, 1989) . S. equi subsp. zooepidemicus dilaporkan juga sebagai penyebab mastitis pada kuda (McCue dan Wilson, 1989), sapi (Sharp, Prince dan Gibbens,1995) , kambing (Mallikeswaran dan Padmanaban, 1991) dan domba ( Las Heras et al., 2002). Peritonitis pada Ilama karena adanya kemungkinan kontak dengan kuda (Hewson dan Cebra, 2001) dan wabah S. equi subsp. zooepidemicus pada primata laboratorium juga pernah dilaporkan (Dzhikidze et al., 1996).
Pada penelitian sebelumnya bakteri ini pernah diisolasi dari babi dan kera di Bali, Sumatra dan Sulawesi (Soedarmanto et al., 1996). Isolat telah dikarakterisasi secara biokimia, serologis dan pemetaan pita DNA menggunakan teknik Pulsed Field Gel Electrophoresis (PFGE). Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa isolat S. equi subsp. zooepidemicus yang diisolasi dari babi dan kera adalah satu klon bakteri yang identik.
Kapsul merupakan struktur terluar permukaan sel bakteri dengan konsistensi seperti lendir. Komposisi kapsul sangat beragam, umumnya terdiri dari karbohidrat yang bermuatan negatif (Bayer dan Thurow, 1977). Kapsul S.equi subsp. zooepidemicus dan streptokokus grup C lainnya, terdiri dari asam hialuronat (Parker, 1983). Senyawa ini berupa polimer disakarida asam -D glukuronat dan N-asetil glukosamin yang saling berikatan pada posisi -1,3. Asam hialuronat disakarida merupakan monomernya (Harper, Rodwell dan Mayes, 1980). Pertama kali asam hialuronat ditemukan oleh Meyer dan Palmer pada tahun 1934 dari cairan bulbus oculi sapi (Jeanloz,1963), namun sekarang telah berhasil dimurnikan dari berbagai jaringan hewan seperti trakea sapi, tali pusar manusia, pial ayam jantan, dan dari S.equi subsp. zooepidemicus (Anon,1997).
Asam hialuronat kapsul bakteri memiliki komponen dan aktivitas biologis yang sama dengan asam hialuronat jaringan, meliputi polimerisasinya dan adhesivitasnya. Kapsul streptokokus dengan bahan dasar asam hialuronat besifat kurang imunogenik (hapten), kecuali jika berinteraksi dengan protein bakteri dan bentuk kombinasi ini umumnya dapat menggertak sistem kekebalan (Durack,1989).
Seperti halnya pada Pasturella multocida, asam hyaluronat bakteri ini berperan sebagai adhesin kapsuler (Esslinger et al, 1992; Wibawan et al.,1999). Kapsul dapat muncul atau tidak pada permukaan sel bakteri (Salasia, et al., 1994). Kemunculannya diatur oleh sekelompok gen yang bertanggung jawab terhadap berbagai stimuli seperti kontak antara bakteri dengan sel inangnya (Isaacson, 1988).
Kapsul umumnya bersifat tidak imunogenik (Zoolinger dan Mandrel, 1983). Pada streptokokus grup C, kapsul asam hialuronat berperan sebagai faktor anti fagositik karena asam hialuronat juga komponen penyusun tubuh (perekat antar sel) sehingga sel Polimorfonuklear (PMN) dan makrofag tidak mengenali sel bakteri sebagai antigen asing tetapi sebagai komponen jaringan tubuh sendiri. Meskipun demikian keberadaan antibodi spesifik terhadap antigen S.equi subsp.zooepidemicus dapat ditampilkan dengan teknik dot-blot (Suartha, 1999)
Scanlan (1988) menyatakan bahwa bakteri-bakteri berkapsul umumnya lebih patogen daripada bakteri yang tidak berkapsul. Bakteriemia akibat bakteri berkapsul juga menyebabkan lesi yang lebih parah daripada bakteriemia oleh bakteri tidak berkapsul (Berata, 1996).

BAHAN DAN METODE
Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari 107 ekor babi berupa limfonodus retropharingeal, limpa dan hati dari babi yang sebelumnya telah dinyatakan sehat dari Rumah Potong Babi di Mambal, Kabupaten Badung, Denpasar Bali.

Isolasi, Karakterisasi dan Serogrup Streptococcus equi subsp. zooepidemicus

Masing-masing sampel dipotong secara aseptis kemudian digoreskan pada media agar darah dengan teknik pengenceran dan diinkubasi pada suhu 37ï‚°C selama 18 -24 jam untuk memperoleh koloni bakteri yang terpisah. Koloni bakteri yang telah murni dikarakterisasi lebih lanjut dengan melihat morfologi bakteri dengan pewarnaan Gram, serogrouping dan kemampuan memecah gula sederhana. Bakteri diambil dengan menggunakan ose dan dibuat preparat ulas dan difiksasi dian diwarnai dengan pewarna Gram. Untuk menentukan serogroup digunakan Strepto-Grouping Kit (Oxoid, UK) yang terdiri dari serum spesifik terhadap grup A. B, C, D, G dan F.

Uji Biokimia
Gula-gula yang dipakai dalam uji ini adalah trehalose dan sorbitol. Ke dalam tabung reaksi yang berisi gula-gula diinokulasikan masing-masing 1 mata ose bakteri, lalu diinkubasi dengan suhu 37ï‚°C selama 18 -24 jam. Kemampuan bakteri memecah gula-gula ini ditandai dengan perubahan warna dari merah menjadi kuning.

Pertumbuhan di Media Cair dan Soft Agar
Untuk ini bakteri dibiakkan pada media Todd Hewitt Broth (THB, Gibco, Europe, Karlsruhe, Germany) selama 18-24 jam pada suhu 37o C tanpa digoyang. Pertumbuhan bakteri dicatat dalam dua kriteria yakni pertumbuhan keruh atau pertumbuhan berupa sedimen atau endapan dengan supernatan yang jernih. Pertumbuhan bakteri pada media soft agar dilakukan dengan menginokulasi sejumlah kecil bakteri pada media soft agar sesuai dengan metode Wibawan & Lämmler (1990). Dari biakan THB diambil satu mata ose dan disuspensikan ke dalam 10 ml NaCl fisiologis kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex, lalu dengan menggunakan ose jarum, suspensi bakteri ditanam ke dalam 10 ml soft agar (BHI + 0,15% agar) yang dicairkan terlebih dahulu dan dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Soft agar yang telah diinokulasi diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Pertumbuhan bakteri dibedakan atas pertumbuhan difus bila bakteri tumbuh seperti komet dan pertumbuhan kompak bila bakteri tumbuh membentuk koloni bulat yang kompak.

Salt Aggregation Test (SAT)
SAT dilakukan sesuai Jonsson dan Wadström (1984) , kekeruhan ditentukan bakteri secara fotometrik dalam buffer fosfat (0.002 M, pH 6.8, 10 % transmisi 620 nm). Suspensi bakteri dicampur dengan ammonium sulfat berbagai konsentrasi (0.2, 0.4, 0.8, 1.6 dan 3.2 M) dengan volume yang sama masing-masing 25 l.
Reaksi positif ditandai dengan adanya agregasi bakteri yang terlihat seperti butiran pasir (Soedarmanto et al., 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 107 ekor babi sehat yang diperiksa, ternyata bakteri tersangka dapat diiisolasi dari 2 ekor babi, yakni dari organ limfonodus (41 Lg) , limpa (41 L) dan hati (41 H) dari satu ekor babi, sedangkan dari satu ekor lainnya hanya dapat diisolasi dari limpa saja (1 L). Semua isolat streptokokus yang diisolasi memiliki ekspresi fenotip yang sama yakni memiliki bentuk koloni transparan, mukoid dan bentuk -hemolitik. Pengamatan mikroskopis sediaan ulas seluruh isolat bakteri dengan pewarnaan Gram memperlihatkan bentuk kokus dengan susunan berantai (streptokokus) dan bersifat Gram +.
Dengan menggunakan strepto-grouping kit semua preparasi antigen isolat streptokokus bereaksi spesifik hanya dengan antiserum grup C (lingkaran nomor 3) dan tidak bereaksi dengan antisera grup lainnya (Gambar 1).

Gambar 1. Reaksi aglutinasi penentuan serogroup dari isolat bakteri streptokokus
tersangka. Semua isolat bereaksi spesifik hanya dengan serum spesifik
grup C (3) tetapi tidak dengan serum spesifik terhadap A (1), B (2), D (4),
G (5) dan F (6).

Hasil pengujian menggunakan medium gula-gula menunjukkan semua isolat SGC memecah sorbitol tetapi tidak memecah trehalose, maka dapat ditentukan SGC ini adalah S.equi subsp.zooepidemicus ( Merchant dan Parker, 1956; Anon, 2002a). Uji ini hanya menunjukkan kemampuan bakteri memfermentasi gula-gula tanpa mengamati gas CO2 yang dihasilkan. Hasil fermentasi biasanya berupa campuran asam seperti asam laktat (mayoritas), asam asetat, asam format, etanol dan gas CO2 (minoritas) (Hardie,1986).
Data di atas menunjukkan bahwa S. equi subsp. zooepidemicus sampai saat ini di lapangan masih dapat diisolasi dari organ limfoid dan hati babi yang secara klinis dinyatakan sehat. Hal ini memberikan indikasi kuat bahwa babi sehat mampu bertindak sebagai reservoir bakteri ini. Suatu hal yang menarik adalah bahwa bakteri tersebut dapat diiisolasi dari organ-organ limfoid, karena itu bakteri S. equi subsp. zooepidemicus mampu menggunakan sel-sel radang polimorf dan makrofag sebagai vehicle dan bertahan terhadap reaksi fagositosis. Hal ini dapat dipahami karena S. equi subsp. zooepidemicus adalah bakteri yang memiliki kapsul asam hialuronat yang tebal dan telah dapat ditunjukkan dengan gambaran mikroskop elektron (Wibawan et al.,1999)
Pertumbuhan isolat 1L, 41 L, 41 H dan 41 Lg di media cair menunjukkan pertumbuhan jernih-keruh yang terbagi menjadi dua pola, yang pertama jernih pada bagian atas, keruh pada bagian bawah dan yang kedua keruh pada bagian atas, jernih pada bagian bawah. Bentuk pertumbuhan teramati pula pada media soft agar, ke 4 isolat dapat tumbuh sebagai koloni kompak di bagian tengah koloni dan difus di sekelilingnya sehingga membentuk cakram (Tabel 4) (Gambar 2) , hal ini berbeda dengan pertumbuhan koloni campuran dimana koloni difus dan kompak tumbuh terpisah (Utama, 1998). Perubahan bentuk koloni kompak menjadi cakram, sebagai bentuk pergeseran fenotipe (phenotypic shift), pernah pula dijumpai dari bakteri yang di pasase (7-9 kali) pada mencit (Indriastati,1996).

Tabel 4. Pola pertumbuhan bakteri pada media cair dan soft agar

Isolat

1 L
41 L
41 H
41 Lg
Pola Pertumbuhan (*)
Media Cair
Soft Agar

Jernih-keruh
Jernih-keruh
Jernih-keruh
Jernih-keruh

Cakram
Cakram
Cakram
Cakram
Keterangan: dua kali pengamatan

Gambar 2. Pertumbuhan isolat S.equi subsp.zooepidemicus di media cair dan
Soft agar, pola bertumbuhan di media cair (A) menunjukkan pola
pertumbuhan jernih di bagian atas, keruh di bagian bawah (1) dan
sebaliknya (2). Pola pertumbuhan di soft agar membentuk
koloni berbentuk cakram (B)

Pertumbuhan jernih di media cair pada SGC tidak berkapsul, disebabkan oleh untaian rantai bakteri tidak berkapsul sangat panjang dan memiliki sifat permukan yang hidrofobik. Sedangkan pada SGC berkapsul, kapsul memiliki muatan negatif sehingga antar sel-sel bakteri ternyadi daya tolak-menolak (Stryer, 1988). Hal ini mengakibatkan bakteri mempunyai susunan rantai pendek dan menunjukkan pertumbuhan keruh pada media cair. Pada media softagar, koloni bakteri tidak berkapsul berbentuk kompak (bulat) sedangkan bakteri berkapsul berbentuk seperti komet berekor atau cenderung seperti kapas. Hasil pertumbuhan keempat isolat bakteri, baik pada media cair maupun softgar, menunjukkan keadaan peralihan (intermediate, phenotypic shift). Hal ini menunjukkan pembentukkan kapsul yang tidak sempurna (semi kapsul) (Indriastati, 1996).
Semua isolat teragregasi dengan amonium sulfat berbagai konsentrasi. Hasil uji ini mendukung pendapat bahwa kapsul dari keempat isolat bakteri tidak sempurna sehingga tidak dapat menutupi seluruh permukaan dinding sel protein. Salt aggegation test didasarkan pada kemampuan larutan amonium sulfat menarik air yang diikat oleh suatu zat yang biasanya berupa protein (Heide dan Schwick, 1978). Bakteri yang berkapsul sempurna tidak akan diagregasikan oleh amonium sulfat karena kapsul menutupi dinding sel protein.
Bentuk fenotip isolat bakteri yang berbeda dari penelitian sebelumnya (Soedarmanto, et al., 1996; Huminto et al., 1997; Utama, 1998; Abdulmawjood dan Lämmler, 1999; Wibawan et al., 1999) disebabkan karena adanya fase varian yaitu salah satu mekanisme bakteri untuk menjaga eksistensinya dalam kehidupan , terlihat dari bentuk fenotip yang tidak stabil dari bakteri S.equi subsp.zooepidemicus (Huminto et al, 1997; Abdulmawjood dan Lämmler,1999) yang dalam suatu saat memiliki bentuk koloni difus dan pada saat yang lain dapat berubah menjadi bentuk koloni kompak yang dikenal dengan istilah phenotypic shift. Kejadian ini teramati pula pada bakteri streptokokus grup B (S.agalactiae) (Salasia et al., 1994).
Bentuk fenotip isolat S.equi subsp.zooepidemicus yang diambil dari babi sehat hampir mempunyai kemiripan dengan dengan isolat S.equi subsp.zooepidemicus tidak berkapsul yang diambil dari organ babi sakit setelah dipasase 7-9 kali pada mencit (Indriastati, 1996) (Tabel 6).

Gambar 3 . Suatu hipotesa yang menerangkan tentang hubungan keberadaan
kapsul dengan karakter pertumbuhan bakteri S.equi
subsp.zooepidemicus dan ekspresi penyakit yang ditimbulkan.

Bentuk koloni mukoid dan koloni kasar pada agar darah dikaitkan dengan keberadan kapsul telah dikonfirmasikan dengan elektron mikroskop (Wibawan et al., 1999). Bentuk koloni mukoid pada agar darah menunjukkan keberadaan kapsul asam hialuronat pada keempat isolat ini. Pembentukan kapsul pada SGC biasanya terjadi pada keadaan dimana hewan terinfeksi secara klinis, karena kapsul asam hialuronat dibutuhkan untuk berinvasi (Huminto et al,1997). Koloni mukoid pada agar darah yang ditunjukkan oleh keempat isolat dan pertumbuhan yang khas (jernih-keruh) pada media cair serta koloni yang berbentuk cakram pada soft-agar merupakan ekspresi peralihan (intermediate) antara bakteri berkapsul (difus) dan bakteri tidak berkapsul (kompak). Dalam penelitian ini, bakteri diisolasi dari organ limfoid dan oleh sebab itu keberadaan kapsul (asam hialuronat) yang tipis hanya cukup untuk melindungi diri dari eliminasi sel fagosit tetapi tidak cukup untuk mendukung proses invasi. Pada keadaan seperti ini bakteri dapat hidup dan bertahan (dorman) dalam organ limfoid bahkan di dalam sel pertahanan PMN dan makrofag tanpa harus menimbulkan gejala klinis (Gambar 3). Bentuk pertumbuhan peralihan pada media cair dan soft agar menunjukkan adanya fase varian dari isolat bakteri. Ketika bakteri tidak memerlukan adanya kapsul untuk mekanisme pertahanan, kapsul mulai menghilang atau menipis walau secara fenotip masih dapat teramati (semikapsul). Hal ini diperkuat dengan SAT yang menunjukkan hasil uji positif, yang menandakan adanya protein pada permukaan sel bakteri yang teragregasi oleh amonium sulfat konsentrasi rendah (0,2 M).
Pembentukan kapsul dapat juga dihambat oleh adanya antibodi yang diperkirakan ada dalam darah babi karena adanya wabah streptokokosis yang bersifat sporadis sepanjang tahun. Antibodi tersebut kemungkinan diturunkan secara maternal oleh babi yang sembuh atau yang hanya menderita streptokokosis subklinis. Antibodi berfungsi sebagai opsonin sehingga bakteri mudah dieliminasi oleh sel PMN dan makrofag. Antibodi juga menghalangi ekspresi sel bakteri untuk membentuk kapsul. Hal ini diduga sebagai penyebab pembentukan kapsul dari keempat isolat tidak sempurna sehingga menimbulkan infeksi yang bersifat subklinis. Hal ini bertentangan dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa S.equi subsp.zooepidemicus yang diisolasi dari babi sehat memiliki ciri koloni mukoid pada agar darah, pertumbuhan keruh di media cair dan difus di soft agar yang merupakan ciri pertumbuhan bakteri berkapsul.

SIMPULAN
S.equi subsp.zooepidemicus dapat diisolasi dari organ limfoid dan hati babi yang sehat secara klinis.
S.equi subsp.zooepidemicus yang ditemukan pada babi sehat mempunyai kapsul yang tipis atau tidak sempurna (semi kapsul) dilihat dari bentuk koloni mukoid pada agar darah, pertumbuhan jenih-keruh pada media cair, pertumbuhan difus-kompak pada soft agar dan menunjukkan hasil positif pada SAT.

Ucapan Terimakasih

Tulisan ini adalah sebagian dari Skripsi Sarjana Kedokteran Hewan, Seruni Agistiana, SKH di FKH-IPB, yang dibiayai dari Dana Penelitian Hibah Bersaing XI 2003, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, dengan Peneliti Utama Dr. drh I Wayan Teguh Wibawan, MS.dan Balai Pengujian dan Penyidikan Veteriner Regional VI Denpasar Bali atas bantuannya selama penelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulmawjood, A and C. Lämmler.1999. Isolation and further characterization of phase variants of Streptococcus equi subsp.zooepidemicus. J. Vet. Med. 46 (10): 723-729.

Anonymous. 1997. Sigma Biochemicals and reagents for life science research catalog. Sigma, USA : 2656 pp.

Anonymous. 2002a. Streptococcus equi subsp.zooepidemicus. http://www.bacterio.cict.fr/bacdico/ss/zooepidemicus.html.

Barnham, M., J.Kerby, R.S. Chandler and M.R. Millar. 1989. Group C streptococci in human infection : A study of 308 isolates with clinical correlations. Epid.Inf. 102: 911-936.

Bayer, M.E. and H. Thurow. 1977. Polysaccharide capsule of Escherichia coli. Microscopic study of its size, structure, and sites of synthesis. J. Bacteriol. 130: 911-936.

Berata, I.K. 1996. Hubungan ciri fenotip Streptococcus equi subsp.zooepidemicus dengan perubahan patologik dan respon fagositosis. Tesis Magister Sains Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor:38 hal.
.
Blood, D.C. and O.M. Radostits. 1989. Veterinary Medicine a Textbook of the Diseases of cattle, Sheep, Pigs, Goats, and Horses. 7th. Ed. Bailiere Tindall. Philadelphia, USA.:1502 pp.

Boucher, C., R. Higgins, M. Nadeau and C. Vincent. 2002. A case of zoonosis associated with Streptococcus equi ssp.zooepidemicus. Can. Vet. J. 43(2): 123-124.

Downar, J., Willey, B.M., Sutherland, J.W., Mathew, K., and Low, D.E. 2001. Streptococcal meningitis resulting from contact with an infected horse. J.Clin. Microbiol.39 (6): 2358-2359.

Durack, D.T., 1989. The Streptococci. In: M. Schaechter, G. Medoff, and D. Schlessinger (Eds). Mechanism of Bacterial Disease. William and Wilkins, Baltimore, USA. : 205-217.

Dzhikidze, Z.K., R.I. krylova, N.A. Voskanian, G.G. Kukava, P.I. Dzhindzdiia. 1996. An outbreak of Streptococcus zoepidemicus - caused infection among laboratory primates. Zh. Microbiol. Epidemiol. Immunobiol. 1: 81-84.

Esferatiou, A., G. Coleman, J. Hahn, J.F. Timmoney, J.F. Boeutgras and D. Monget. 1994. Biochemical differences among human and animal streptococci of Lancefield group C or group G. J. Med. Microbiol. 41: 145-148.

Esslinger, J., R.S. Seleim and H. Blobel. 1992. Hyaluronic acid mediated adhesion of Pasteurella multocida to HeLa cells. In: Patten, B,E., T.L. Spencer, R.B. Johnson, D. Hoffman and L. Lehane (Eds). Pasteurellosis in Production Animals. Proceedings of an International Workshop. ACIAR Proceeding No. 43 : 40-43.

Hardie, J.M. 1986. Genus Streptococcus Rosenbach 1884, 22AL . In: Sneath, P.H.A., N.S. Mair, M.E. Sharpe, and j.G. Holt (Eds.). Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Vol.2. Williams and Wilkins, baltimore-USA.: 1043-1047.

Harper, H.A., V.W. Rodwell dan P.A Mayes. 1980. Biokimia. Terjemahan M. Muliawan. Penerbit E.G.C Jakarta:743 hal.

Heide, K.and H.G.Schwick. 1978. Salt reactionation of immunoglobulins. In : Weir, D.M. (Eds.) Handbook of experimental immunology. 3rd Ed. Blackwell Scientific Co. London.:7.1-7.10.

Hewson J and C.K. Cebra. 2001. Peritonitis in a Ilama caused by Streptococcus equi subsp.zooepidemicus. Can. Vet. J. 42 (6): 465-567.

Huminto, H. , E. Harlina, F.H. Pasaribu, I.W.T. Wibawan. 1997. Sub populasi fase varian pada Streptococcus Grup C penyebab wabah penyakit pada babi dan kera di Indonesia. Laporan Penelitian Dasar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor : 20 hal.

Indriastati, S. A. 1996. Aspek zoonosis Streptococcus equi subsp. zooepidemicus asal wabah penyakit babi. Tesis Magister Sains Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor : 45 hal.

Isaacson, R.E. 1988. Molecular and genetic basis of adherence for enteric Escherichia coli in animals. In: Roth, J.A. (Ed.) Virulence Mechanism of Bacterial Pathogens. Am. Soc. Microbiol. Washington D.C. USA : 28-44

Jeanloz, R.W. 1963. Mucopolysaccharides (Acidic Glycosaminoglycan). In: Florkin, M., and E.H Stolz (Eds). Comprehensive Biochemistry Vol. 5 Elsevier Publishing Co. new York, USA : 263-296

Jonsson, P. and T. Wadström. 1984. Cell surface hydrophobicity of Staphylococcus aureus measured by the salt aggregation test (SAT). Currents in Microbiol. 10: 203-210.

Las Heras, A., A.I. Vela, E. Fernandez, E. Legaz, L. Dominguez, J.F. Fernandez-Garayzabal. 2002. Unusual outbreak of clinical mastitis in dairy sheep caused by Streptococcus qui subsp.zooepidemicus. J. Clin. Microbiol. 40 (3): 1106-1108.

Low, D.E., M.R. Young and G.K.M Harding. 1980. Group C streptococcal meningitis in an adult: Probable acquisition from a horse. Arch. Int. med. 140: 977-978

Mallikeswaran, P. and V.D. Padmanaban. 1991. Microbial flora of milk of goats affected with clinical mastitis. Indian Vet. J. 68:152-154.

McCue, P.M. and W.D. Wilson. 1989. Equine mastitis- a review of 28 cases. Equine Vet. J. 21: 351-353.

Merchant, I.A and R.A. Parker. 1956. Veterinary Bacteriology and Vrology. 5st ed. Iowa state Univ. Press. Ames.

Parker, M.T. 1983. Streptococcus and lactobacillus. In: Watson G,S., A.A. Miles an M.T. Parker (Eds). Topley and Wilson’s Principles of Bacteriology, Virology and Immunity. 7th Ed. Edward Arnold Publisher, London: 173-217.

Salasia, S.I.O., I.W.T. Wibawan, Ch. Lämmler, and M. Sellin. 1994. Phase Variation in streptococci og serological group B. APMIS. 102:925-930

Scanlan, C.M. 1988. Introduction to Veterinary Bacteriology 1st ed. Iowa state Univ. Press. Ames. 456 pp.

Sharp, M.W., M.J. Prince and J. Gibbens. 1995 . Streptococcus zooepidemicus infection and bovine mastitis. Vet. Rec. 137:128.

Soedarmanto, I., F.H. Pasaribu, I.W.T. Wibawan and C. Lämmler. 1996. Identification and molecular characterization of serological group C streptococci isolated rom pigs and monkeys in Indonesia. J. Clin. Microbiol. 34: 2201-2204.

Stableforth, A.W. 1959. Streptococcal diseases. In: Stableforth, A.W. and I.A. Galloway (Eds). Infectious disease of animals. Diseases due to bacteria. Academic Press, New York: 589-650.

Suartha, I.N. 1999. Preparasi antibodi anti-idiotipe sebagai dasar pembuatan vaksin untuk pencegahan streptokokosis. Tesis Program Magister sains Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: 51 hal.

Stryer, L. 1988. Biochemistry. W.H. Freeman and Co, U.S.A: 1089 pp.

Timoney, J.F., J.H. Gillespie, F.W. Scott, and J.E. Barlough. 1988. Hagan and Bruner’s microbiology and infectious diseases of domestic animals,. Comstock Publishing Associates, London, United Kingdom. : 186-187.

Tizzard, I. 1982. Pengantar Imunologi Veteriner. Terjemahan M. Partodiredjo. Penerbit Universitas Airlangga, Surabaya. 497 hal.

Utama, I.H. 1998. Ekspresi fenotip dan aktivitas biologi streptokokus grup C isolat asal babi dan kera. Disertasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor : 123 hal.

Wibawan, I.W.T., and Ch. Lämmer. 1990. Properties of group B streptococci with protein surface antigen X and R. J. Clin. Microbiol 28: 2834-2836.

Wibawan, I.W.T., F.H. Pasaribu, I.H. Utama, A. Abdulmawjood, Ch. Lämmler. 1999. The role of hyaluronic acid capsular material of Streptococcus equi subsp. zooepidemicus in mediating adherence of HeLa cells and in resisting phagocytosis. Res. Vet. Sci. 67: 131-135.

Zoolinger, W.D. and R.E. Mandrell. 1983. Importance of complement source in bactericidal activity of human antibody and murine monoclonal antibody to meningococcal group B polysaccharide. Infect. Immun. 40 : 257-264.