Thu 15 Feb 2007
Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Rusa yang Ditangkarkan di Bali
Posted by admin under Jvet Vol 6(4) 2005Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Rusa yang Ditangkarkan
di Bali
(THE PREVALENCE OF NEMATODE INFECTION IN CAPTIVE BREEDING DEER IN BALI)
I Made Dwinata
Laboratorium Parasitologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, Jl. PB.Sudirman Denpasar.80232
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing nematoda pada rusa yang ditangkarkan di Bali. Jumlah sampel penelitian sebanyak 55 ekor rusa. Pemeriksaan feses rusa dilakukan dengan menggunakan metode konsentrasi apung dan untuk mengetahui intensitas infeksi menggunakan metode modifikasi Cornel Mc. Master. Hasil penelitian didapatkan prevalensi infeksi cacing nematoda pada rusa yang ditangkarkan di Bali sebesar 78,18 % dan hanya terinfeksi oleh cacing tipe strongyl. Hasil analisis menunjukkan perbedaan tempat penangkaran rusa berpengaruh nyata (P0,05) terhadap prevalensi infeksi cacing nematoda. Rata-rata total telur per gram (TTPG) tinja pada rusa didapatkan sebesar 144  67 butir.
Kata kunci : Prevalensi, rusa,Nematoda
ABSTRACT
This study was conducted to find out the prevalence of nematodes infection in captive breeding deer in Bali. The number of samples used in this study was 55 deer. The faeces was examined by Flotation concentration of eggs and the Cornel-Mc Master modification technique. The result of this research showed that the prevalence of nematodes infection in captive deer was 78,18 % and only type nematodes of strongyl type were identification. There was a significant (P
Key word : Prevalence, deer,nematoda
PENDAHULUAN
Rusa merupakan salah satu hewan pemamah biak sejati. Keberadaan rusa kini menjadi sorotan pecinta satwa liar, karena hewan lincah dan indah ini, kini sudah menjadi langka. Untuk melindungi keberadaan rusa diambang kepunahan, pemerintah telah memberikan perhatian khusus dengan mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Dep. Kehutanan, 1990) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 7 Tahun 1999 tertanggal 27 Januari 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Dep. Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Saat ini di Bali telah tersedia tempat penangkaran rusa. Rusa dipelihara dalam satu kandang dengan kondisi menyerupai alam aslinya. Jenis rusa yang ditangkarkan adalah Rusa Bawean, Rusa Totol, Rusa Sambar dan Rusa Bali. Rusa ditangkarkan dalam satu kandang yang diisi dengan bermacam jenis rusa, dengan luas masing-masing tempat penangkaran berbeda-beda.
Kondisi lingkungan beberapa tempat penangkaran rusa di Kabupaten Tabanan Bali, seperti di Kec. Baturiti, Kec. Marga dan Kec. Pupuan, memiliki kelembaban dan suhu lingkungan serta luas kandang yang berbeda-beda. Menurut Soulsby (1982) perbedaan lingkungan merupakan salah satu faktor luar yang mempengaruhi distribusi dan berkembangnya parasit cacing nematoda pada ternak .
Informasi kejadian penyakit cacing nematoda pada rusa yang ditangkarkan di Bali belum pernah dilaporkan. Diharapkan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberi gambaran prevalensi infeksi cacing nematoda kepada para penangkar dan masyarakat yang peduli akan rusa, sehingga dapat menambah informasi di dalam melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit khususnya penyakit cacing nematoda pada rusa .
MATERI DAN METODE
Sampel Penelitian
Rusa yang digunakan sebagai penelitian adalah seluruh rusa yang ditangkarkan di Bali. Sampel yang digunakan berupa tinja rusa yang diperoleh dari 3 tempat penangkaran yang ada di Bali yakni di Kec. Baturiti dengan 17 sampel, Kec. Marga 26 sampel dan di Kec. Pupuan 12 sampel .
Sampel tinja rusa yang diambil ditempat penangkaran rusa disimpan dalam kantong plastik dan selanjutnya diberi tanda tempat penangkaran, jenis kelamin dan jenis rusa. Selanjutnya sampel diperiksa di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Pemeriksaan Sampel Tinja
Sampel tinja diperiksa menggunakan metode konsentrasi apung untuk mengetahui adanya infeksi (Dunn, 1978) dan metode modifikasi Cornel Mc Master untuk menentukan intensitas infeksi (Georgi dan Georgi, 1990),
Parameter Penelitian
Parameter yang diukur dan dianalisis adalah prevalensi dan intensitas infeksi cacing nematoda pada rusa yang ditangkarkan di Kec. Baturiti, Marga dan Pupuan. Selanjutnya data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan data di uji dengan Uji Khi-Kuadrat (Steel and Torrie, 1993)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan terhadap 55 sampel feses rusa yang ditangkarkan di Bali diperoleh hasil 43 sampel (78,18 %) terinfeksi cacing nematoda dengan rataan total telur per gram (TTPG) tinja sebesar 144  67 butir. Cacing nematoda yang menginfeksi rusa yang ditemukan hanya cacing nematoda type strongyl. Tingginya prevalensi cacing nematoda ini disebabkan karena lingkungan dan kondisi wilayah daerah penangkaran mendukung perkembangan cacing maupun larva dari cacing nematoda type strongyl. Brown (1983), mengemukakan bahwa tingginya prevalensi infeksi cacing di suatu peternakan disebabkan karena penularan dari satu ternak ke ternak lainnya serta lingkungan, kondisi wilayah dan kelembaban yang mendukung cacing untuk berkembang biak.
Rata-rata TTPG tinja pada rusa yang ditangkarkan sebesar 144 67 butir. Ini berarti intensitas infeksi cacing nematoda pada rusa masih bersifat ringan dan rusa-rusa yang terinfeksi cacing tidak menunjukkkan gejala klinis.
Prevelensi cacing nematoda pada rusa dari tiga tempat penangkaran yang ada di Bali yaitu di Kec. Marga sebesar 61,53 %, Kec. Baturiti 88,23 % dan Kec. Pupuan sebesar 100 %. (tabel 1).
Tabel 1. Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Rusa di Bali Berdasarkan Tempat Penangkarannya.
Kelompok
Jumlah Sampel
+
-
%
X2
Hitung
X2 tabel
5%
1%
Marga
26
16
10
61,53
8,98*
5,99
9,21
Baturiti
17
15
2
88,23
Pupuan
12
12
0
100
Keterangan : * berbeda nyata (P
Setelah dianalisis didapatkan perbedaan tempat penangkaran berpengaruh nyata (P Tabel 2. Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Rusa di Bali Berdasarkan jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Sampel
+
-
%
X2
Hitung
X2 tabel
5%
1%
Jantan
13
9
4
69,23
0,79tn
5,99
9,21
Betina
42
34
8
80,95
Total
55
43
12
Keterangan : tn tidak berbeda nyata (P>0,05)
Prevalensi infeksi cacing nematoda pada rusa berdasarkan jenis kelamin ditemukan pada rusa jantan terinfeksi 69,23 % dan betina 80,95%. Prevalensi infeksi cacing nematoda pada rusa jantan dan betina tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sistem pemeliharaan antara rusa jantan dan betina yang dipelihara dalam satu kandang, sehingga peluang terinfeksi oleh parasit cacing nematoda tidak jauh berbeda.
Tabel 3. Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Berdasarkan Jenis Rusa
Jenis Rusa
Jumlah Sampel
+
-
%
X2
Hitung
X2 tabel
5%
1%
Rusa Bawean
24
22
2
91,67
5,55tn
9,49
13,3
Rusa Totol
5
3
2
60
Rusa Sambar
10
6
4
60
Rusa Bali
16
12
4
75
Total
55
43
12
Keterangan : tn tidak berbeda nyata (P>0,05)
Pemeriksaan prevalensi infeksi cacing nematoda berdasarkan jenis rusa nampak prevalensi pada Rusa Bawean, Rusa Totol, Rusa Sumbar dan Rusa Bali berturut-turut adalah 91,66%, 60 %, 60 % dan 75 % (tabel 3). Setelah dianalisis didapatkan jenis rusa tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap prevalensi infeksi cacing nematoda. Nicholas (1989) menyatakan bahwa variasi genetik dalam suatu jenis hewan akan dapat mempengaruhi ketahannya terhadap infeksi parasit. Hasil yang diperoleh ini menunjukkan variasi genetik jenis rusa tidak menunjukkan perbedaan dalam ketahanan terhadap infeksi cacing nematoda.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
Prevalensi infeksi cacing nematoda pada rusa yang ditangkarkan di Bali sebesar 78,18 %.
Perbedaan tempat penangkaran berpengaruh terhadap prevalensi infeksi cacing nematoda pada rusa. Sedangkan jenis kelamin dan jenis rusa tidak berpengaruh.
Intensitas cacing nematoda pada rusa yang ditangkarkan bersifat ringan dengan total telur per gram (TTPG) tinja sebesar 144  67 butir.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis ucapkan terimakasih kepada lembaga Penelitian Univ. Udayana atas Biaya DIK yang diberikan, dan teman sejawat drh I B M. Oka, M.Kes, drh. I Putu Wismaya Juada dan drh. Pande Made Heddy Sugiantha yang telah banyak membantu penelitian ini .
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme. Edisi Pertama. Penerbit PT. Media Sarana.
Brown, H.W. (1983). Dasar Parasitologi Klinis. Terjemahan oleh Wita Pribadi. Edisi III. PT. Gramedia .Jakarta.
Departemen Kehutanan. 1990. Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999.
Dunn, A.M. 1978. Veterinary Helminthology. Edisi kedua. William Heinemann Medical. Books LTD. London.
Georgi, J.R. dan M.E. Georgi. 1990 Parasitology for Veterinarian. Edisi Kelima. W.B. Saunders Company.
Nicholas, F.W. (1989). Veterinary Genetics. Associate Profesor, School of Animal Husbandry, University of Sydney. Clarendon Press. Oxford.
Soulsby, E.J.L. 1982. Helminth, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. Edisi ke tujuh. Bailleire Tindal. London.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Principles and Procedures of Statistik. A Biomertical Approach. Edisi kedua. International Student MC. Ed. Gravo-Hill, Kogakusha, Ltd.
Suweta, I G. P. (1987). Parasit cacing gilig (Nematoda) salah satu kendala dalam Upaya Pelestarian Satwa Ruminansia Liar. D.A.A.D. Nachkontak Seminar Institut Pertanian Bogor.