Pengaruh Larutan Bawang Putih ( allium sativum )
Terhadap Daya Tetas Telur Caplak Rhipicephalus sangineus

( THE EFFECT OF GARLIC SOLUTION ( ALLIUM SATIVUM ) ON THE HATCHABILITY OF RHIPICEPHALUS SANGUINEUS TICK EGG )

Nyoman Adi Suratma

Laboratorium Parasitologi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jalan Sudirman, Denpasar 80232

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh larutan bawang putih ( Allium sativum ) terhadap daya tetas telur caplak Rhipicephalus sanguineus
Sebanyak 250 telur caplak dibagi menjadi lima kelompok, yang selanjutnya diberi perlakukan sesuai dengan rancangan yang diterapkan yaitu rancangan Split plot, dengan 5 taraf perlakuan ( Larutan Bawang Putih 0 %, 10 %, 20 % 30 % dan Coumaphos 0,05 % ), selanjutnya dilakukan pengamatan daya tetas telur caplak pada hari ke 20, 25 dan 30. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan ( Steel dan Torrie, 1980 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan bawang putih berpengaruh sangat nyata ( P

Kata kunci : Bawang putih, Rhipicephalus sanguineus

ABSTRACT

Study on the effect of garlic solution (Allium sativum) on the hatchability of Rhipicephalus sanguineus eggs has been conducted. Two hundred fifty tick eggs were divided into 5 treatment groups (0%, 10%, 20%, 30% garlic solutionand 0.05% coumafos solution), and “split plot design” was adopted.
Examination on the numbers of eggs hatched were don on days 20, 25 and 30 after treatment. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan Multiple Range test (Stell and Torrie, 1980). Results showed that garlic solution had a highly significanteffecton the egg hatchability (p

Key word : Garlic, Rhipicephalus sanguineus.

PENDAHULUAN

Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan yang dipelihara karena memiliki keistimewaan, antara lain rambutnya yang indah, pintar, lucu, dapat dilatih dan bisa menjadi teman bermain. Selain itu anjing juga dapat dipakai sebagai penjaga rumah (Schuler, 1980). Namun dalam pemeliharaannya banyak mengalami kendala, dan salah satu kendala yang tidak mudah diatasi adalah adanya infestasi caplak. Infestasi caplak pada anjing dapat mengakibatkan anemia, karena untuk kelangsungan hidupnya caplak tersebut akan menghisap darah inang. Selain itu caplak juga dapat bertindak sebagai vektor penyakit bakterial, viral maupun protozoa darah. (Soulsby, 1982)
Rhipicephalus sanguineus adalah salah satu caplak dari famili Ixodidae yang biasa menginfeksi anjing. Caplak ini termasuk kedalam golongan caplak berumah tiga, yaitu selama daur hidupnya membutuhkan pergantian inang sebanyak tiga kali, masing-masing pada stadium larva, nimfa, dan dewasa. ( Soulsby, 1982 ). Penyebaran caplak ini sangat luas dan sulit dibasmi. Brown (1983) menyatakan bahwa diantara ektoparasit–ektoparasit yang menginfestasi anjing, salah satunya adalah caplak dari famili Ixodidae dan Rhipicephalus sanguineus merupakan salah satu spesies yang penting dan sering dijumpai. Demikian pula Grandes (1986) melaporkan bahwa dari 492 hewan liar yang terdiri dari 179 anjing dan 288 sapi di Mexico sudah terindentifikasi 13 Ixodidae dan Rhipicephalus sanguineus adalah spesies yang penting yang dijumpai pada anjing. Cruz dan Garcia (1999) dalam penelitiannya di klinik hewan di Cuernacava Mexico melaporkan bahwa dari 1742 ekor anjing yang diamati ternyata 20 % terinfestasi caplak Rhipicephalus sanguineus.
Pemberantasan ektoparasit termasuk caplak pada umumnya lebih banyak ditujukan pada parasit dewasanya, sedangkan terhadap telur dan larvanya jarang dilakukan sehingga tanpa disadari perkembangbiakannya terus berlangsung, maka dari itu penanganan telur dan larva ektoparasit penting dilakukan.
Bawang putih (Allium sativum) yang termasuk kedalam famili Amaryllidaceae banyak dipergunakan sebagai obat tradisional guna mengatasi penyakit gatal-gatal, cacingan, insektisida, dan sebagainya.( Wibowo ,1982; Santoso, 1989 ; Spencer dikutip oleh Purnomowati et al., 1992).
Semmler dikutip Watanabe (1998) menyatakan bahwa bawang putih banyak mengandung bahan kimia yang dapat berperanan dalam melawan penyakit, diantaranya adalah : Dialil disulfida, Vialil trisulfida, Propil alildisulfida, dan Monosulfida.

MATERI DAN METODE
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan telur caplak Rhipicephalus sanguineus yang diperoleh dari caplak betina dewasa yang dipelihara dalam pot plastik yang diberi kapas basah untuk menjaga kelembabannya.
Bawang putih yang akan digunakan sebelumnya dibersihakan dan ditimbang sesuasi dengan konsentrasi yang akan digunakan untuk perlakuan yaitu konsentrasi 10% (b/v), 20% (b/v), dan 30% (b/v). Untuk konsentrasi 10% ditimbang 10 gram bawang putih kemudian digerus halus dan ditambahkan akuades hingga menjadi 100 ml lalu disaring. Demikian selanjutnya ditimbang 20 gram dan 30 gram kemudian masing-masing ditambahkan akuades hingga 100ml, berturut-turut untuk konsentrasi 20 % dan 30 %. Sebagai kontrol dipergunakan akuades tanpa penambahan larutan bawang putih dan sebagai kontrol positif dipergunakan larutan coumaphos 0,05 % yaitu dengan cara melarutkan 0,1 mg Asuntol ® yang mengandung 50% coumaphos kedalam akuades hingga menjadi 100 ml.

Metode
Telur caplak yang akan diberi perlakuan diletakkan dalam 25 pot plastik beralaskan kertas saring dan kedalam tiap pot diletakkan 10 telur, kemudian 25 pot tersebut dibagi menjadi lima kelompok, selanjutnya tiap kelompok direndam dalam larutan yang berbeda sesuai dengan perlakuannya selama tiga menit (Djanah, 1983).
Pengamatan dilakukan pada hari ke 20, 25 dan 30 dengan menggunakan kaca pembesar dan yang diamati adalah jumlah telur caplak yang menetas menjadi larva dan dihitung persentasenya pada tiap pot untuk menentukan daya tetasnya.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Split-plot, dalam hal ini dilakukan lima perlakuan ( Larutan bawang putih 0%, 10%, 20% dan 30% serta larutan coumaphos 0,05% ) dengan lima kali ulangan . Tiap ulangan diamati 10 telur caplak, sehingga jumlah telur caplak yang diamati : 5 x 5 x 10 butir = 250 butir telur caplak. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan ( Steel dan Torrie, 1990 ).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dan penghitungan daya tetas telur caplak Rhipicephalus sanguineus tampak seperti pada Tabel 1.
Setelah dilakukan analisi statistik tampak bahwa perlakuan berbagai konsentasri bawang putih dan waktu pengamatan berpengaruh sangat nyata (P

Tabel 1. Daya Tetas Telur Caplak Rhipicephalus sanguineus
.
Perlakuan Daya Tetas (%)
Hari ke 20 Hari ke 25 Hari ke 30
BP 0 % 48 58 72
BP 10 % 26 36 58
BP 20 % 6 22 34
BP 30 % 8 10 18
Coumaphos 0,05% 4 4 8
Keterangan : BP : Bawang Putih

Setelah dilakukan analisis lebih lanjut (Tabel 2) tampak bahwa semakin tinggi konsentrasi bawang putih yang dipergunakan maka semakin menurun daya tetas dari telur caplak Rhipicephalus sangineus dan bahkan pada konsentrasi 30% tampak bahwa pengaruh yang ditimbulkan tidak berbeda (P > 0,05) dibandingkan dengan perlakuan dengan larutan coumaphos 0,05% yang selama ini banyak direkomendasikan sebagai obat untuk mengobati anjing yang terinfestasi caplak.
Adanya peningkatan daya hambat terhadap daya tetas telur caplak sejalan dengan meningkatnya konsentrasi bawang putih dapat dimengerti karena dengan meningkatnya konsentrasi maka kandungan bahan aktifnyapun akan semakin meningkat pula sehingga secara langsung perubahan-perubahan yang terjadi pada telur caplak tersebut akan semakin tinggi

Tabel 2. Pengaruh Larutan Bawang Putih terhadap Daya Tetas Telur Caplak
Rhipicephalus sanguineus.

Perlakuan Daya Tetas (%) Signifikansi
5 % 1 %
BP 0 % 59,3 a a
BP 10 % 40,0 a ab
BP 20 % 20,6 b bc
BP 30 % 12,0 bc c
Coumaphos 0,05 % 4,6 c c
Keterangan :
BP : Bawang Putih
Huruf yang berbeda kearah kolom menunjukkan perbedaan nyata
(P

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Larutan bawang putih mempengaruhi daya tetas telur caplak larutan bawang putih dengan konsentrasi 30% mempunyai daya hambat yang tinggi bagi penetasan telur caplak (Rhipicphalus sanguineus)

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H.W., 1983., Dasar Parasitologi Klinis. Terjemahan oleh Wita Pribadi.
Edisi Ketiga. Penerbit PT Gramedia . Jakarta.

Cruz, V.C. dan V.Z. Garcia. 1999. Seasonal Distribution of Rhipicephalus
sangineus Tick on Dog in an Urban Area of Morelos Mexico. Exp. Appl.
Acarol.23: 3., 277-280

Djanah. 1983. Pengendalian Ektoparasit. Penerbit CV Yasaguna. Jakarta.Hal : 58-60

Grandes, E.A. 1986. Tick of Province of Salamanca. Prevalenceand Parasitization
Intensity in Dog and Domestic Ungulates. Ann. Parasitol Hum Comp.
61:1., 95-107.

Purnomowati, S., S Hartinah., R.Sumekar. 1992., Tinjauan Kepustakaan Bawang
Putih, Kegunaan dan Prospek Pemasaran. Pusat Dokumentasi dan
Informasi Ilmiah. LIPI. Hal : 22.

Rukmana .1995. Budidaya Bawang Putih. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Hal : 15-18

Santoso, H.B. 1989. Bawang Putih. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

Schuler, E.M.1980. Simon & Schusters Guide to Dog. A Fireside Book Published
By Simon & Schusters Inc.

Soulsby, E.J.L. 1982. Helminth, Arthropods, and Protozoaof Domesticated Animal
7th Bailliere Tindall 40-58

Steel, R.G.D.dan J.H. Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu
Pendekatan Biometrik. Terjemahan Bamabng Sumantri.Penerbit
Gramedia.Jakarta.

Watanabe, T. 1998. Penyembuhan Dengan Terapi Bawang Putih. Penerbit PT
Gramedia.Jakarta.

Wibowo, S. 1982. Budidaya Bawang Putih. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Wirakusumah, S.E. 1998. Buah dan Sayur Untuk Terapi. Penerbit Swadaya .
Jakarta