Pengaruh Nefrektomi Unilateral
Terhadap Gambaran Darah Anjing Lokal

(EFFECT OF UNILATERAL NEPHRECTOMY ON THE BLOOD VALUES
OF THE LOCAL DOGS)

I KETUT ANOM DADA DAN ANAK AGUNG GDE JAYAWARDHITA

Laboratorium Bedah Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh nefrektomi unilateral terhadap gambaran darah anjing lokal betina. Gambaran darah diperiksa pada 10 ekor anjing yaitu sebelum di nefrektomi (Ro), 4 hari setelah nefrektomi (R4), 8 hari (R8), 12 hari (R12) dan 16 hari (R16) setelah di nefrektomi.
Penelitian ini memakai rancangan acak kelompok (RAK), dan data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam apabila hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil , serta untuk mencari bentuk hubungan antara waktu pemeriksaan dengan gambaran darah dilakukan uji polinomial orthogonal serta analisis regresi korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nefrektomi unilateraal berpengaruh sangat nyata (P

Kata kunci : Nefrektomi unilateral, gambaran darah, anjing lokal.

ABSTRACT

A study on the effect of unilateral nephrectomy on the blood values of 10 local dogs has been caried out. The blood examination was performed four time i.e. before nephrectomy, 4 , 12 and 16 days post-nephrectomy. Data were analyzed by analysis of variance and Duncan Multiple Range test and also by 0rthogonal polynomial test and regression and correlation.

The results showed that unilateral nephrectomy had highly significant effect on the total erithrocyte, PCV value and Hb level of local female dogs. However, as the time passed on, such values could returned nearly to the normal level.

Key words : unilateral nephrectomy, blood value, local dog

PENDAHULUAN

Eritropoisis adalah proses pembentukan eritrosit. Proses ini dirangsang oleh hormon glikoprotein yaitu eritropoitin. Hormon ini secara normal merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan produksi dan pelepasan eritrosit. Kecepata n proses eritropoisis ini diatur oleh adanya rangsangan akibat hipoksia (Coles, 1982).
Eritropoitin merupakan hormon yang secara normal jumlahnya sedikit di dalam plasma. Ginjal mempunyai peranan yang dominan dalam produksi eritropoitin. Dalam mengatasi terjadinya hipoksia, ginjal dipacu untuk menghasilkan eritrogenin, faktor ini diaktifkan di hati menjadi eritropoitin. Eritropoitin dihasilkan untuk merangsang terjadinya eritropoisis yang menyebabkan peningkatan jumlah eritrosit yang beredar.
Ginjal anjing merupakan satu-satunya sumber eritrogenin, sehingga konsekuensinya aktivitas hormon eritropoitin akan mengalami penurunan yang sangat besar bila ginjal mengalami gangguan akibat penyakit berat (Coles, 1982). Rossin (1972), mengatakan berbagai kejadian penyakit pada ginjal yang bersifat unilateral seperti gangguan renale akibat disfungsi ginjal yang serius, keadaan hidronefrosis, penyakit polisistik yang terkomplikasi oleh pielonefritis yang berulang dapat dilakukan tindakan nefrektomi. Lebih lanjut Herdin et al., (1985), mengatakan jika oleh suatu sebab salah satu ginjal diangkat, maka ginjal lainnya akan mengambil alih tugas ginjal yang diangkat sehingga ginjal itu akan memenuhi fungsi dari dua buah ginjal.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini menggunakan 10 ekor anjing lokal betina yang berumur antara enam sampai sembilan bulan dengan berat badan tujuh sampai sembilan kilo gram. Anjing diadaptasikan selama satu minggu, kemudian darah diambil untuk diperiksa total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb nya untuk kontrol (Ro). Tiga hari kemudian dilakukan nefrektomi unilateral. Setelah itu setiap berselang empat hari darah diambil lagi untuk diperiksa sampai hari ke-16 (R4, R8, R12, R16).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK), data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan jika hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil dan untuk melihat perkembangan gambaran darah setelah dilakukan nefrektomi unilateral dilakukan uji polinomial orthogonal serta persamaan regresi korelasi (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nefrektomi unilateral berpengaruh sangat nyata terhadap total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb anjing lokal betina. Hasil uji beda nyata terkecil dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Nefrektomi Unilateral Terhadap Total Eritrosit, Nilai PCV dan
Kadar Hb Anjing Lokal Betina

Perlakuan TotalEritrosit (106 /uL) Nilai PCV (%) KadarHb (g/dL)
Ro 5,705 a 35,160 a 12,205 a
R16 5,430 b 34,990 ab 11,940 ab
R12 5,305 bc 34,830 b 11,780 b
R8 5,130 c 34,560 c 11,450 c
R4 4,225 d 33,680 d 10,725 d

Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak . berbeda nyata pada taraf 5%.

Dengan uji polinomial orthogonal dan regresi korelasi terhadap perkembangan gambaran darah karena pengaruh nefrektomi unilateral dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Grafik perkembangan total eritrosit karena pengaruh nefrektomi unilateral pada anjing lokal betina.

Gambar 2. Grafik perkembangan nilai PCV karena pengaruh nefrektomi unilateral pada anjing lokal betina.

Gambar 3. Grafik perkembangan kadar Hb karena pengaruh nefrektomi unilateral pada anjing lokal betina.

Nefrektomi unilateral berpengaruh sangat nyata menurunkan total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb anjing lokal betina (P Selain itu ginjal memiliki fungsi lain yang penting, salah satu fungsi itu adalah ikut mengatur produksi sel darah merah di sumsum tulang. Pengaturan ini terjadi secara tidak langsung, yaitu lewat suatu zat yang disebut eritropoitin. Jadi jika masa ginjal berkurang akibat adanya penyakit pada ginjal atau akibat nefrektomi, maka ginjal tidak dapat mensekresikan eritrogenin dan hal ini dapat menimbulkan anemia (Ganong, 1992).
Pada tabel 1 tampak nilai Total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb pada hari ke 16 setelah nefrektomi unilateral masih nyata lebih rendah (P Pada gambar 1, 2, dan 3 dapat dilihat perkembangan nilai total eritrosit , nilai PCV dan kadar Hb, dimana mulai hari ke 8 setelah nefrektomi unilateral, total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb semakin meningkat dan diperkirakan pada hari ke 18 setelah nefrektomi unilateral sudah mencapai nilai yang sama dengan sebelum dinefrektomi. Ini menunjukkan bahwa ginjal yang masih tinggal di dalam tubuh semakin lama fungsinya semakin membaik dan diperkirakan pada hari ke 18 fungsi ginjal itu sudah dapat memenuhi fungsi dari ginjal yang diangkat, hal ini sesuai dengan pendapat Herdin et al., (1985), yang mengatakan jika oleh suatu sebab satu ginjal diangkat, maka ginjal lainnya akan mengambil alih tugas dari ginjal yang diangkat, sehingga satu ginjal itu akan bekerja mengganti fungsi dua buah ginjal. Fungsi ginjal yang masih tinggal tidak dengan cepat dapat mengkompensasi tugas dari ginjal yang diangkat, namun kompensasi ginjal yang masih tinggal semakin lama akan semakin baik.
Empat hari setelah nefrektomi terjadi penurunan total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb, hal ini terjadi akibat defisiensi eritropoitin yang berperan dalam proses eritropoisis. Pada keadaan normal kedua buah ginjal akan menghasilkan eritrogenin yang cukup untuk membentuk eriotropoitin yang memicu proses eritropoisis. Apabila satu ginjal diangkat, maka produksi eritrogenin akan menurun sedangkan dalam waktu yang singkat salah satu ginjal yang masih tinggal belum mampu untuk mengambil alih tugas dari ginjal yang diangkat. Akibat dari penurunan produksi eritropoitin, maka proses eritropoisis akan terganggu sehingga terjadi penurunan pembentukan eritrosit pada sumsum tulang. Penurunan produksi eritrosit mengakibatkan turunnya jumlah eritrosit yang beredar dalam tubuh demikian juga nilai PCV dan kadar Hb.
Anderson dan Kissane (1985), mengatakan bahwa sel darah merah mempunyai salah satu fungsi yaitu mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membuang karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Penurunan jumlah sel darah merah juga akan mengakibatkan penurunan nilai PCV dan kadar Hb. Menurut Price dan Wilson (1982), penurunan jumlah sel darah merah yang beredar ke jaringan akan menyebabkan terjadinya hipoksia. Hipoksia menurut Coles (1982), akan merangsang ginjal untuk menghasilkan eritrogenin, faktor ini diaktifkan oleh eritropoitinogen yang dihasilkan oleh hati menjadi eritropoitin.
Peningkatan produksi eritropitin akibat dari terjadinya hipoksia dan diikuti oleh kompensasi dari ginjal yang masih tinggal di dalam tubuh akan meningkatkan proses eritropoisis, sehingga nilai total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb akan semakin meningkat. Pada hari ke 18 setelah nefrektomi unilateral diperkirakan total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb sudah mendekati nilai normalnya (sebelum dinefrektomi).

KESIMPULAN

Nefrektomi unilateral sangat nyata menurunkan total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb anjing lokal betina. Total eritrosit, nilai PCV dan kadar Hb pasca nefrektomi cenderung meningkat dan pada hari ke-16 nilainya belum normal, namun telah mendekati nilai normal.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, W.A.D., and J. M. Kissane 1985. Anderson’s Pathology. The C.V.
Mousby Company, St. Louis Toronto, Prinston.

Coles, E. M., 1982. Veterinary Clinical Pathology. 3rd. Ed. W.B. Sounders
Company, Philadelphia, London.

Ganong, W.F. 1992. Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa oleh Adji Dharma,
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Herdin, S.W., M.P. Marulam., dan S. P. Gulton., 1985. Ilmu Penyakit
Dalam.Rumah Sakit Cikini, Jakarta.

Price, S.A. and L. Mc. Wilson., (1982) Pathophisiology, 2nd Ed. EGC
Publisher.

. Rossin, E., (1972). Section Urogenital System. Travenol Laboratories Inc.,
Derfield , USA.

Steel, R.G.D. and J. H.Torrie., 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik, alih baha
sa Bambang Sumantri, Penerbit Gramedia, Jakarta.