Pengaruh Lama Penyimpanan Semen Ayam Hutan Hijau (Gallus varius) pada Suhu 40C Terhadap Daya Hidup Spermatozoa dan Fertilitas Telur Ayam Kampung (Gallus domesticus)

THE EFFECTS OF STORAGE TIME OF THE GREEN JUNGGLE FOWL (Gallus varius) SEMENT STORAGE AT 40C, ON THE SURVIVABILITY OF THE SPERM AND THE FERTILITY OF THE VILAGE CHICKEN (Gallus domesticus).

Wayan Bebas

Laboratorium Reproduksi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, Jl. PB Sudirman, Denpasar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan semen ayam hutan hijau (Gallus varius) pada suhu 4oC terhadap daya hidup spermatozoa dan fertilitas telur ayam kampung (Gallus domestikus)
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 macam perlakuan : T0 ; semen setelah diencerkan langsung di inseminasikan (disimpan 0 jam), T1 ; semen disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam, T2 ; disimpan selama 48 jam, T3 ; disimpan selama 72 jam. Setiap perlakuan menggunakan 10 ulangan. Masing-masing perlakuan diinseminasikan pada ayam kampung yang sedang mengalami masa peneluran. Parameter yang diamati adalah daya hidup spermatozoa dan fertilitas telur. Daya hidup spermatozoa diamati setiap 24 jam dengan menggunakan pengecatan Eosin-Negrosin-Citrat . Fertilitas telur dihitung mulai hari ke-2 setelah inseminasi sampai hari ke-9 setelah inseminasi dengan cara mengeramkan dengan mesin penetas selama 5 hari kemudian dilakukan peneropongan. Fertilitas dicatat dalam bentuk prosen (%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P

ABSTRACT

The aim was to determine the effects of storage time of the green junggle fowl (Gallus domesticus) semen storage at 40C, on the survivability of the sperm and the fertility of the village chicken (Gallus domesticus) eggs.
The statistical model applied was the completely randomized design with four treatment viz. T0,T1, T2, and T3, which represent the duration of the semen storage time within 0-,24-, 48-, and 72-, respectively. Each treatment was replicated 10 times.
All sement (from all treatment) were then inseminated into the chicken villages, which heve been know tobe in the laying period. The parameter was the survivability of the sperm wich was observed in 24 huors intervals by means of Eosin-Negrosin-Citrate staining. The determination of the eggs fertility has been done by observing the eggs collected since day 2 up to day 9 post-insemination. Those eggs were incubated artificially (in the brooder machine) for 5 days, prior to fertility observstion done by a special telescope design for this purpose. The number of eggs with a viable embryo was compered with the total eggs incubated (expressed as a percentage), and this percentage, in fact, was used to indicate the fertility.
The result showed that both parameter i.e. the viability of the sperm and the fertility of the eggs, were significantly influenced by the length of the storage time (P

I. PENDAHULUAN

Ayam hutan hijau selain banyak diburu untuk maksud diperdagangkan ataupun dibudidayakan dan diambil keturunan silangnya sebagai bekisar habitatnyapun semakin sempit terdesak oleh pemukiman, bahkan pemakaian mesin-mesin mekanik di abad modern ini kiranya akan lebih mengusik ketenangan hidup dan perkembangbiakan unggas yang semakin langka ini. Oleh sebab itu pelestarian ayam hutan hijau sudah saatnya mendapat keperdulian dari mereka yang sadar arti pelestarian lingkungan hidup yang seimbang.
Salah satu usaha untuk melestarikan dan meningkatkan populasinya bisa melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB), yang pada hakekatnya merupakan alternatif yang paling tepat yang dapat diharapkan untuk pengatasi upaya pelestarian unggas liar tersebut. Adapun manfaat lain dari teknik IB ini, untuk memproduksi ayam bekisar yang berkualitas.
Untuk menunjang keberhasilan teknologi IB ini maka daya fertilitas spermatozoa harus dapat dipertahankan untuk beberapa lama sesudah penampungan semen. Untuk itu semen perlu dicampur dengan larutan pengencer yang menjamin kebutuhan fisik dan kimiawinya dan disimpan pada kondisi dan suhu tertentu yang dapat mempertahankan kehidupan sperma selama waktu yang diaanjurkan untuk kemudian dipakai sesuai dengan kebutuhan (Toelihere, 1981).
Dewasa ini IB pada unggas hanya menggunakan semen segar dengan atau tanpa bahan pengencer, hal ini mempunyai kendala, karena semen sesudah ditampung pada suhu kamar harus dipakai dalam waktu tidak lebih dari 2 jam (Tolelihere, 1981). Penundaan dalam beberapa jam dapat menurunkan fertilitas telur (Hardjopranyoto, 1983). Dalam usaha untuk mempertahankan daya fertilitas yang optimal dilakukanlah penyimpanan semen pada suhu 40 C dengan maksud penghambatan terhadap aktivitas metabolisme baik secara fisik dan kimia dalam kecepatan yang rendah (Djanuar, 1985). Pada suhu 40C sperma secara cepat kehilangan daya motilitas dan penurunan aktiviats metabolisme dengan ditandai penurunan aktivitas metabolisme adenosin trifosfat dan adenosin 3,5 monofosfat (Appel and Evans, 1977).
Beberapa peneliti seperti Suyadnye dan Sandhi (1978), melakukan penyimpanan semen ayam kampung pada suhu 40C dengan mengunakan pengencer sitrat kuning telur mampu mempertahankan daya hidup spermatozoa selama 4,84 hari, sedangkan Nalbandov (1990), menyimpan semen ayam pada suhu 40C dapat mempertahankan daya hidup spematozoa sampai beberapa hari, tetapi spermatozoa sudah kehilangan daya fertilitasnya dalam waktu 48 jam setelah ejakulasi, tetapi Toelihere (1981) mengatakan pada penyimpanan 40C spermatozoa ayam tahan sampai 3-5 hari, tetapi akan kehilangan daya fertilitasnya dalam waktu beberapa jam. Di negara maju teknologi penyimpana semen kalkun sedang giat dilakukan dan mampu disimpan selama 24 jam pada suhu 40C tanpa kehilangan daya fertilitasnya (Etches, et al, 1993). Menurut Bakst and Cecil (1992), kalau bisa melakukan penyimpanan semen kalkun selama 24-48 jam tanpa kehilangan daya fertilitasnya, disamping menyediakan stok semen juga merupakan pangsa pasar yang sangat menarik.

II. MATERI DAN METODA
2.1. Meteri

Dalam penelitian ini menggunakan 40 ekor ayam kampung betina dengan umur 25 minggu dan 4 ekor pejantan ayam hutan hijau umur 48 minggu. Selama penelitian ayam kampung diberikan pakan campuran antara konsentrat ayam petelur, jagung giling dan bekatul dengan perbandingan 1 : 2 : 3 (Anon, 1995). Ayam hutan diberi pakan campuran antara jagung giling, beras merah, kacang hijau giling, dan gabah dengan perbandingan 1 : 1 : 1 : 1 (Mufarid, 1996).
Setelah ayam hutan terbiasa dengan lingkungannya mulai dilatih untuk mengeluarkan semen dengan metode pemijatan, latihan dilakukan sekali sehari sampai ayam hutan memberi respon dengan ditandai keluarnya semen.
Ke-4 ekor pejantan ayam hutan ditampung semennya dan dilakukan evaluasi terhadap kualitas semen yang dihasilkan, evaluasi meliputi : konsentrasi spermatozoa, volume, pH, bau, warna, gerakan massa, dan abnormalitas.
Bahan pengencer yang digunakan adalah kuning telur fosfat. Telur yang digunakan sebagai bahan pengencer adalah telur ayam kampung segar . Kuning telur yang didapat dicampur dengan penyanggah fosfat dengan perbandingan 1:4 kemudian ditambahkan antibiotika streptomisin 1000 ug per ml pengencer. IB dilakukan dengan menggunakan konsentrasi spermatozoa 100 x !06 dilakukan 8 jam setelah matahari terbit (Bebas, dkk., 1998). Untuk mengetahui mati dan hidupnya spermatozoa dilakukan pewarnaan Eosin Negrosin Sitrat. Dengan pewarnaan ini spermatozoa yang hidup akan tidak terwarnai, sedangkan yang mati akan berwarna merah.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 macam perlakuan : (T0) semen setelah diencerkan langsung di inseminasikan (disimpan 0 jam), (T1) semen disimpan selama 24 jam pada suhu 40C, (T2) semen disimpan selama 48 jam, (T3) semen disimpan selama 72 jam. Masing masing perlakuan di IB kan pada ayam kampung yang sedang mengalami masa peneluran, dengan masing-masing menggunakan 10 ulangan.
Parameter yang diamati adalah daya hidup spermatozoa dan fertilitas telur ayam kampung. Daya hidup spermatozoa diamati setiap 24 jam dengan pewarnaan Eosin Negrosin Sitrat. Sperma yang hidup akan tidak terwarnai, sedangkan yang mati akan berwarna merah. Fertiliats telur diamati mulai dari telur yang dikumpulkan pada hari ke-2 setelah IB sampai hari ke 9 setelah IB dengan cara melakukan pengeraman dengan mesin penetas selama lima hari, lalu dilakukan peneropongan. Fertilitas dicatat dalam bentuk prosen. Data yang diperolah dianalisis dengan analisis ragam, jika hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (Stell dan Torrie, 1993).
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil

Hasil yang diperoleh dalam penelitian pengaruh lama penyimpanan semen ayam hutan hijau pada suhu 40C terhadap daya hidup spermatozoa dan fertilitas telur ayam kampung dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Daya Hidup Spermatozoa dan Fertilitas Telur Ayam Kampung
Parameter Perlakuan
T0 T1 T2 T3
Daya Hidup Spermatozoa (%) 94,70 92,00 71,00 19,40
Fertilitas Telur (%) 61,51 34,95 9,10 0,00

Setelah dianalisis dengan sidik ragam ternyata perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata (P Tyabel 2. Uji Wilayah Berganda Duncan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Hutan Hijau
dan Fertilitas Telur Ayam Kampung
Perlakuan Rata-rata Daya hidup Spermatozoa (%) Signifikansi 5%
T0 T1 T2 T3 94,70 92,00 71,00 19,40 a b c d
Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama kearah kolom menunjukkan Tidak
Berbeda Nyata (P>0,05), sebaliknya huruf yang tidak sama
menunjukkan Berbeda Nyata (P

Tabel.3. Uji Wilayah Berganda Duncan Fertilitas Telur Ayam Kampung
Perlakuan Rata-rata Fertilitas Telur Ayam Kampung (%) Signifikansi 5%
T0 T1 T2 T3 61,51 34,95 9,10 0,00 a b c -
Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama kearah kolom menunjukkan Tidak
Berbeda Nyata(P>0,05), sebaliknya huruf yang tidak sama
menunjukkan Berbeda Nyata (P

3.2. Pembahasan

Dari hasil analisis ragam, lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan terhadap fertilitas telur ayam kampung akibat pengaruh lama penyimpanan semen ayam hutan hijau diperoleh hasil, perlakuan T0 mempunyai fertilitas yang nyata lebih tinggi (P

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :
a. Lama penyimpanan semen ayam hutan hijau pada suhu 4oC berpengaruh sangat nyata (P b. Daya hidup spermatozoa selama penyimpanan (0, 24, 48, da, 72 jam) berturut-turut adalah : 94,7%, 92,0%, 71,0% dan 19,4%.
c. Fertilitas telur selama penyimpanan (0, 24, 48, dan 72 jam ) berturut-turut

adalah : 61,51%, 34,93%, 9,10% dan 0%.

4.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan pengencer yang lebih
komplek untuk mendapatkan fertilitas yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Teknik Peningkatan Produksi Ayam Kampung. Majalah Peternakan Indonesia. No. 88 Hal. 55

Appel. R.A., and P.R., Evant. 1977. The Effect of Temperature on Sperm Motility and Viability. Fertil Steril 12 : 1329-1332.

Bakst, B., and Cecil, 1992. Effect of Modification of Semen Dilluent with Cell Culture Serum Replacements on Fresh and Storage Turkey Semen Quality and Hen Fertility. J. Poultry Sci. 72 : 193-201.

Bakst, M.R., G. Wishart, J.P. Brillard, 1994. Oviducal Sperm Selection, Transport and Storage. Poultry Science Rev. 1994. Elsevier Science Ltd. Prented in Breat Britain P. 117-143.

Bebas, W., M.K. Budiasa, T. G. O. Pemayun, I.G.N.B. Trilaksana, N. Sumandia. 1998. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyuntikan Spermatozoa Ayam hutan Hijau (Gallus varius) Terhadap Fertilitas Telur Ayam Kampung (Gallus domesticus). Laporan Penelitian UNUD

Djanuar, R., 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press.

Etches, R.J., H.A. Uribe, and L.G. Bagly, 1993. Precocious Semen Production in Turkeys. J. Poultry Sci. 72; 193-201.

Hardjopranjoto, S., 1983. Ilmu Inseminasi Buatan. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Surabaya.

Mufarid, H., 1996. Beternak Ayam Hutan. Penebar Swadaya.

Nalbandov, A.V., 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Penerbit Universitas Indonesia Press.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1990. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Susilowati, S. dan T. Hernawati, 1992. Penggunaan Pengencer Larutan Buah Untuk Menyimpan Semen Domba. Media Kedokteran Hewan. Vol. 3. No. 3.

Suyadnya, P. dan G.N. Sandhi, 1978. Daya Tahan Hidup Sperma Ayam Dalam beberapa Pengencer Sederhana. Bull. FKHP, Unud, No. 112.

Toelihere, M.R., 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung.

Toelihere, M.R., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Universitas Indonesia-Press.