EFEKTIVITAS FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN SIKLUS BERTELUR AYAM LOKAL

EFFECTIVENESS OF FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) ON THE PRODUCTIVITY AND EGG LAYING CYCLE OF THE DOMESTIC FOWL

Maria Prihtamala Omega, Hera Maheshwari, Reviany Widjajakusuma

Laboratorium Fisiologi, Bagian Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga Bogor, INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas Follicle Stimulating Hormone (FSH) terhadap produktivitas dan siklus bertelur ayam lokal. Sebanyak delapan ekor ayam betina dewasa digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan secara acak menjadi dua kelompok yaitu kelompok FSH sebanyak lima ekor dan kelompok kontrol sebanyak tiga ekor. Kelompok FSH disuntik hormon pFSH 50 mg/1 ml saline BSA 0,1% sedangkan kelompok kontrol disuntik dengan 1 ml saline BSA 0,1% setiap hari selama lima hari berturut-turut secara subkutan di daerah abdomen. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian dan uji-t.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan produksi telur secara signifikan (P Penelitian ini menyimpulkan bahwa respon dari penyuntikan FSH dapat meningkatkan produktivitas telur serta memperpendek masa istirahat dalam suatu periode bertelur.

Kata-kata kunci : FSH, produktivitas, siklus bertelur

ABSTRACT

This experiment was conducted to study the effectiveness of Follicle Stimulating Hormone (FSH) on the productivity and egg laying cycle of the domestic fowl. Eight mature hens were used in this research. These hens were devided randomly into two groups i.e. FSH group with five hens and the control group with three hens. The FSH group was injected subcutaneously with saline solution containing 0.1 % BSA and 50 mg pFSH into the abdominal whereas the control group was injected omly with 1 ml of saline containing 0.1% BSA for five consecutive days.
The result showed FSH significantly (P From this research it could be concluded that responsiveness of FSH injection could increase the egg productivity and decreased the lag time in a laying period.

Key words : FSH, productivity, egg laying cycle

Makalah telah disampaikan pada Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) VIII,
9 Oktober 2002 di Mataram, NTB, Indonesia

PENDAHULUAN

Ayam lokal atau ayam kampung atau sering disebut juga ayam bukan ras (buras) adalah ayam yang dipelihara oleh peternak sebagai ayam sayur dan merupakan salah satu komoditas ternak unggas lokal yang telah memasyrakat dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Mulyono, 1996). Induk ayam buras ini mempunyai kemampuan reproduksi dengan variasi yang tinggi diantara individu dan diantara jenis ayam buras sehingga berdampak terhadap variasi produksi telur (Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999). Variasi siklus bertelur menurut Sturkie (1976) adalah sekuens atau siklus bertelur yang panjang atau pendek Ayam lokal Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif lambat dan hal ini berpengaruh nyata pada produksi telurnya yang sangat rendah yaitu sekitar 45 butir setiap tahun (Djatmika dan Sugiharti, 1986). Bobot telur rata-rata sekitar 37,5 gram per butir (Rachman Noor, 1988).
Untuk meningkatkan pertumbuhan folikel dan ovarium ayam lokal, dilakukan manipulasi hormonal dengan pemberian hormon seperti PMSG, FSH komersial atau FSH-CAP yang berasal dari ekstraksi hipofisa ayam lokal (Indyastuti et al., 1998; Anajawa, 1999). Penggunaan hormon FSH ini, banyak dilakukan dalam upaya konservasi atau penangkaran untuk merangsang pertumbuhan folikel dan ovulasi, penyuntikan pada hewan yang mempunyai anak atau telur sedikit sehingga dapat mempercepat proses reproduksi (Indyastuti et al., 1998). FSH dapat meningkatkan jumlah folikel yang tumbuh dan deposisi kuning telur (Palmer and Bahr, 1992).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, bagian Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Hewan percobaan yang digunakan adalah delapan ekor ayam lokal betina (Gallus domesticus) berumur 16-18 minggu yang berasal dari Giri Tirta Farm Ciampea, Bogor. Ayam-ayam tersebut dipelihara dalam kandang individual yang terbuat dari kawat dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 45 cm dan tinggi 45 cm serta disediakan pula tempat pakan dan minum yang terbuat dari plastik. Kandang kawat tersebut diletakkan di atas rak dalam ruangan bersuhu 20-22°C malam atau pagi dan 28-30°C siang serta kandang diberi penerangan lampu neon merk Phillips TLD 36 W/54 selama 24 jam/hari. Selama penelitian, ayam tersebut diberi pakan komersial dan diberi air minum ad libitum. Ayam-ayam tersebut dikelompokkan secara random lalu dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok FSH dan kelompok kontrol. Setiap 1 jam (mulai dari pukul 06.00 pagi sampai 18.00 sore hari) diperiksa ada tidaknya telur pada setiap kandang dan dicatat waktu bertelurnya. Jumlah telur dihitung dan dievaluasi produksinya selama satu tahun.
Manipulasi hormonal folikel ovarium dilakukan pada kelompok FSH dengan penyuntikan hormon pFSH 50 mg/1 ml+saline BSA 0,1% sedangkan kelompok kontrol disuntik dengan 1 ml saline BSA 0,1% setiap hari selama 5 hari berturut-turut secara subkutan di daerah abdomen. Injeksi untuk kelompok FSH dan kelompok kontrol dilakukan pada pukul 17.00 BBWI (Palmer and Bahr, 1992) sesuai dengan jadwal berikut ini.

Hari I sampai dengan Hari V
Waktu Injeksi FSH 50 mg/1 ml saline BSA 0,1% pada kelompok FSH
1 ml saline BSA 0,1% pada kelompok kontrol

17.00 19.00 21.00 01.00 05.00 09.00 13.00 17.00 21.00
Gambar 1. Bagan Jadwal Penyuntikan
Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian dan uji-t student (Butt, 1967).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan jumlah telur selama 1 tahun dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Pada Gambar 2 terlihat bahwa produksi telur pada kelompok kontrol dan kelompok FSH tidak menunjukkan perbedaan nyata kecuali pada saat selama dan sesudah perlakuan (bulan Oktober) yang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P

Tabel 1. Pengaruh Suntikan Subkutan FSH 50 mg/mL sebelum 14 hari, selama 14 hari dan setelah 14 hari berturut-turut terhadap Jumlah dan Biometri Telur Ayam Lokal

Variabel Kelompok Kontrol (n=3) Kelompok FSH (n=5)
Sebelum 14 hari Selama 14 hari Setelah 14 hari Sebelum 14 hari Selama 14 hari Setelah 14 hari
Jumlah Telur (butir) 4,80± 1,40 4,00± 1,80 3,20± 0,85* 4,00± 0,58 4,67± 0,88 6,67± 0,88*
Berat Telur (gram) 42,30± 1,00 41,00± 0,60 41,00± 0,80 41,00± 1,40 44,33± 1,40 44,33± 1,00
Panjang Telur (cm) 4,75± 1,70 4,75± 1,70 4,70± 1,70 5,39± 1,70 5,40± 1,70 5,60± 1,60
Lebar Telur (cm) 3,50± 0,90 3,55± 0,90 3,50± 0,90 4,60± 1,35 4,63± 1,40 4,70± 1,30
Diameter Telur (cm) 12,80± 3,00 12,50± 3,00 12,40± 3,00 13,55± 3,20 13,60± 2,18 13,60± 1,18
Data dinyatakan dalam rata-rata ± standar error (M± S.E.M)
*Berbeda nyata (P

Pada Tabel 1 terlihat bahwa penyuntikan FSH 50 mg/1 ml saline BSA 0,1% pada kelompok FSH setelah 14 hari, dapat meningkatkan jumlah telur secara signifikan (P

Gambar 3. Siklus Bertelur Ayam Lokal Kelompok Kontrol dalam Periode Bertelur
Pada Gambar 3. sebelum disuntik saline BSA 0,1%, ayam tersebut memiliki produksi telur ke-1 sampai 40 yang diselingi tenggang waktu antara 200-500 jam dan setelah disuntik saline BSA 0,1%, ayam tersebut memiliki produksi telur ke-40 sampai 94 yang diselingi tenggang waktu antar produksi telur selama 300 jam. Dari keterangan tersebut maka penyuntikan saline BSA 0,1%, tidak dapat memperpendek tenggang waktu antar produksi telur karena tidak berbeda nyata secara statistik.

Gambar 4. Siklus Bertelur Ayam Lokal Kelompok FSH dalam Periode Bertelur
Pada Gambar 4. sebelum disuntik FSH 50 mg/ml, ayam tersebut memiliki produksi telur ke-1 sampai 41 yang diselingi tenggang waktu antara 200-1300 jam dan setelah disuntik FSH 50 mg/ml, ayam tersebut memiliki produksi telur ke-41 sampai 100 yang tanpa diselingi tenggang waktu masa mengeram maupun masa mengasuh anak. Dari keterangan tersebut maka penyuntikan FSH 50 mg/ml, dapat mempengaruhi siklus bertelur ayam lokal yaitu dengan memperpendek tenggang waktu antar produksi telur bahkan dapat meningkatkan produktivitas telur yang dihasilkan.

Tabel 2. Perbandingan Produksi Telur dan Masa Istirahat dari Kelompok Kontrol dan Kelompok FSH
Nama Kelompok Jumlah Telur (butir) Masa Istirahat Periode Bertelur (hari)
Sebelum Perlakuan(6 bulan) Setelah Perlakuan(6 bulan) Sebelum Perlakuan(6 bulan) Setelah Perlakuan(6 bulan)
Kelompok FSH (n=5) 32,80±1,50* 45,40±0,33* 103,40±0,39a 62,00±0,81b
Kelompok Kontrol (n=3) 51,67±1,70* 38,67±0,81* 75,67±0,33 48,00±0,78
Data dinyatakan dalam rata-rata ± standar error (M±S.E.M)
*Berbeda nyata (P Tanda huruf yang sama (superskrip) pada baris yang sama antara sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P

Dari Tabel 2 terlihat bahwa setelah perlakuan dengan penyuntikan FSH (pada kelompok FSH), ternyata dapat meningkatkan produksi telur menjadi 45,40±0,33 butir dan dapat memperpendek masa istirahat dalam suatu periode bertelur (12 bulan). Melalui penelitian (Tabel 2), ternyata ayam-ayam kelompok kontrol telah memiliki siklus bertelur yang baik, sebelum maupun sesudah penyuntikan 1 ml saline BSA 0,1%, sedangkan ayam-ayam kelompok FSH yang disuntik dengan FSH 50 mg/1 ml saline BSA 0,1%, sebelum perlakuan memiliki siklus bertelur yang kurang baik namun setelah perlakuan terjadi perbaikan siklus bertelur sehingga siklus bertelur ayam kelompok FSH menjadi lebih baik daripada siklus sebelumnya dengan memperpendek masa istirahat dalam suatu periode bertelur pada kelompok FSH (P

KESIMPULAN
Penyuntikan hormon FSH pada ayam lokal, ternyata mampu meningkatkan produksi telur secara signifikan (P

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof.Drh. Reviany Widjajakusuma, MSc.PhD, Drh. Hera Maheshwari, MSc, Drh. Isdoni, MSc dan Dr.Drh. Iman Supriatna atas bimbingan dan bantuannya dalam penyediaan hormon FSH serta seluruh staf Laboratorium Fisiologi, Bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH IPB dan Laboratorium Biokimia FMIPA IPB atas bantuannya dalam peminjaman peralatan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Anajawa, R. 1999. Ekstraksi dan Determinasi Kandungan FSH dalam Hipofisa Ayam Lokal (Gallus domesticus) dengan cara Ovarian Augmentation Test. Skripsi FKH IPB, Bogor.
Djatmika, D.H., dan E. Sugiharti. 1986. Beternak Ayam Kampung. Cetakan pertama. Simplex, Jakarta.
Indyastuty, R. 1998. Manipulasi Hormonal Pertumbuhan Folikel dan Ovulasi pada Ayam Hutan Hijau (Gallus varius) sebagai Upaya Pelestarian Aves Endemik Indonesia. Thesis Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Mulyono, S. 1996. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Cetakan pertama. Penebar Swadaya, Jakarta.
Noor, R.R. 1988. Meningkatkan Produktivitas Ayam Buras. J. Poultry Indonesia 98 : 31-33.
Palmer, S.S., and J.M. Bahr. 1992. FSH Increases Serum Oestradiol 17-b concentrations, Number of Growing Follicles and Yolk Deposition in Aging Hens (Gallus gallus domesticus) with Decreased Egg Production. Bri. Poult. Sci., 33 : 403-404.
Sastrodihardjo, S., dan H. Resnawati. 1999. Inseminasi Buatan Ayam Buras : Meningkatkan Produksi Telur dan Mendukung Pengadaan DOC Unggul. Cetakan kedua. Penebar swadaya, Jakarta.
Sturkie, P.D. 1976. Avian Physiology. Springer Verlag New York Heidelberg Berlin.