Pengaruh pemberian ekstraksi akar alang-alang (Imperata cylindrica)
Terhadap Mencit yang Menderita Kelainan Patologis Hati
( The Influence of the root of sedge grass extraction in mices with
liver pathological damaged )

I Ketut Berata dan Ida Bagus Oka Winaya
Laboratorium Patologi FKH Unud
Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstraksi akar alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap kesembuhan hati mencit yang mengalami gangguan patologis.
Penelitian menggunakan 11 ekor mencit yang dibagi 4 kelompok perlakuan yaitu : K- (1 ekor mencit) sebagai kontrol negatif (placebo); K+ (2 ekor mencit) sebagai kontrol positif; T1 dan T2 masing-masing 4 ekor mencit, sebagai kelompok mencit diberi pengobatan. K+, T1 dan T2 diberikan paracetamol 0,18 ml (5,95 mg) paracetamol secara oral, sebagai hepatotoksik. Pada hari kedua sampai hari kedelapan pada T1 diberikan air rebusan akar alang-alang dan T2 diberikan air saringan serbuk akar alang-alang dicampur air mendidih, sebagai air minum secara ad libitum. Sedangkan K+ diberikan minum air biasa secara ad libitum. Pada hari kesembilan semua mencit dinekropsi dan diperiksa secara makroskopis serta selanjutnya diproses pembuatan histopatologiknya dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE).
Berdasarkan perubahan patologis berupa kongesti, perdarahan, peradangan dan nekrosis, diperoleh hasil bahwa pemberian ekstraksi akar alang-alang (T1 dan T2) dapat memperbaiki kelainan patologis hati, dibandingkan kontrol. Pemberian ekstraksi akar alang-alang dengan cara direbus lama (T1) dapat menyembuhkan sistem hati lebih baik dibandingkan ekstraksi dengan menggerus kemudian dicampurkan air mendidih (T2). Hasil ini menunjukkan bahwa zat aktif akar alang-alang dapat diaktifkan dengan pemanasan tinggi dan lama.

Kata kunci : Ekstrak akar alang-alang, patologis hati, mencit, penyembuhan.

Abstract

The aim of this research was to find out the effect of sedge grass root extract on the liver recovery rate of mice with liver damage. Eleven mice were used and were divided into 4 groups, i.e : K- as placebo (1 mouse); K+, as positive control (2 mice); both T1 and T2, as treatment groups (each consisted of 4 mice). The root extract for T1 group was prepared by boiling th root in hot water until the water volume reached 0ne-third of its original volume. The root extract for T2 group was prepared by reconstitution of sedge grass root powder with boiling water and the extract was filtered. The liver damage of mice was induced by oral administration of 0,18 ml (5,95 mg) paracetamol per mouse.. At day 9, all of mice were killed , necropsedined, and examined for their liver pathological changes. The liver tissue was processed histopathologically by hematoxylin eosin staining.
Using some pathological changes such as congestion, hemorrhage, imflammation and necrosis as indicators, it is evident that mice treated with T1 and T2 were more capable of repairing liver damage that the control. The T1 treatment was more effective to repaired liver damaged than T2 treatment. This studi indicated that the extract of sledge grass root can repair the liver damage in mice.

Key words : Extract of the sedge grass root, Liver damage, mice, repair

Pendahuluan

Hati sebagai kelenjar terbesar dan sebagai pusat metabolisme utama tubuh, maka hati harus tetap dijaga kesehatannya dengan jalan mencegah dari berbagai gangguan dan kerusakan. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh keracunan akibat pemberian obat berlebihan atau dalam jangka waktu yang lama (Tillman, dkk.,1986). Salah satu obat analgesik dan antipiretik yang umum digunakan yaitu paracetamol (acetaminofen) jika dalam dosis berlebihan dapat menyebabkan hepatitis dan nekrosis ginjal (Dalimartha, 1995; Katzung, 1989). Dalimartha (1995) menyatakan bahwa pada manusia pemberian 15 gram paracetamol dosis tunggal, dapat menyebabkan kematian.
Banyak cara pengobatan terhadap kerusakan hati. Salah satu pengobatan dengan obat tradisional adalah dengan pemberian ekstrak akar alang-alang (Achyad dan Rasyidah, 2000). Dalimartha (1995) menganjurkan bahwa pengobatan hepatitis dapat dilakukan dengan pemberian rebusan akar alang-alang, yang direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas air. Setelah didinginkan dan disaring, air ekstraksi tersebut diminumkan pada penderita hepatitis. Cara penyediaan ini tampaknya agak kurang praktis. Apakah tidak mungkin penyiapan bahan ekstraksi dengan jalan menggerus akar alang-alang terlebih dahulu, baru dicampurkan air mendidih seperti membuat kopi atau the minum.
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Sejauh mana hati yang telah mengalami kerusakan patologis akan mengalami perbaikan (kesembuhan) setelah dilakukan pengobatan dengan ekstrak akar alang-alang.
2. Apakah sediaan ekstrak dengan perebusan yang lama menurut Dalimartha (1995), mempunyai efek pengobatan yang sama dengan sediaan gerusan akar alang-alang yang dicampur air mendidih ?

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak akar alang-alang terhadap perbaikan (penyembuhan) terhadap hati yang mengalami kerusakan patologis.

Materi dan Metode

Materi
Penelitian ini menggunakan 11 ekor mencit dewasa umur 50 hari dengan berat rata-rata 25-30 gram. Sebagai zat hepatotoksik (perusak hati) digunakan paracetamol produksi PT kimia Farma dengan kandungan asetaminofen 120 mg/5 ml. Akar alang-alang diperoleh dari tegalan alang-alang, dijemur sehari, kemudian sebagian dibuat gerusan (serbuk) dan sebagian lagi bentuk batang. Sebanyak 60 gram batang kering direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas air, kemudian dinginkan dan saring; bahan ini akan digunakan pada perlakuan T1. Sedangkan untuk perlakuan T2 digunakan air dari campuran 60 gram serbuk akar alang-alang dengan 1 gelas air mendidih, diaduk dan saring. Bahan dan alat penelitian lain yaitu : kandang, alkohol, formalin 10%, alat suntik, alat-alat nekropsi, alat pemroses jaringan dan mikroskop.

Metode
Sebelum mencit diberikan perlakuan, mencit diadaptasikan selama seminggu, untuk penyeragaman. Sediaan rebusan akar alang-alang dan campuran serbuk akar alang-alang dengan air meendidih, dibuat setiap hari untuk mendapat air sediaan yang segar.
Mencit dibagi atas 4 kelompok perlakuan yaitu K- (1 ekor mencit) digunakan sebagai kontrol negatif (placebo); K+ (2 ekor mencit) digunakan sebagai kontrol positif, diberikan sirup paracetamol 0,18 ml per oral; T1 dan T2 ( masing-masing 4 ekor mencit) digunakan sebagai kelompok perlakuan, diberikan masing-masing 0,18 ml (5,95 mg) paracetamol. Selama penelitian K- dan K+ diberikan minum air biasa secara ad libitum. Pada hari kedua, kelompok T1 diberikan air rebusan akar alang-alang, sedangkan T2 diberikan air saringan campuran serbuk akar alang-alang dengan air meendidih.
Pada hari kesembilan semua mencit dinekropsi, diamati perubahan patologi anatomik hatinya dan selanjutnya diproses pembuatan histopatologiknya. Sediaan histopatologiknya diproses dengan pewarnaan hematoksilin eosin metode Harris (luna, 1968).
Perubahan patologis yang diperiksa meliputi adanya kongesti, perdarahan, peradangan dan nekrosis pada masing-masing hati mencit. Lesi kongesti yaitu pembendungan darah di dalam pembuluh darah yang secara histopatologik tampak sebagai kumpulan sel-sel darah dalam suatu pembuluh darah, baik arteri maupun vena. Lesi perdarahan yaitu adanya infiltrasi sel-sel darah diantara sel-sel hepatosit dan nyata berada di luar pembuluh darah. Lesi peradangan yaitu adanya infiltrasi sel-sel radang diantara struktur jaringan hati, baik bersifat fokal maupun multifokal. Lesi nekrosis yaitu kematian jaringan akibat toksin maupun yang lain yang ditandai dengan adanya sel-sel yang mengalami piknosis, karyoreksis maupun karyolisis. Semua lesi patologis tersebut diatas diamati di lima lapang pandang berbeda, pada masing-masing hati mencit percobaan.
Hasil pemeriksaan berupa data persentase yang diperoleh dari jumlah adanya lesi dibagi 5 lapang pandang, diperoleh data persentase. Data ini dianalisis dengan analisadeskriptif.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan secara patologi anatomik (makroskopis) tidak ditemukan adanya perubahan yang bermakna. Sedangkan hasil pemeriksaan histopatologik dapat dilihat Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Histopatologis Hati Mencit Percobaan
Perlakuan Ulangan Persentase Perubahan
Kongesti Perdarahan Peradangan Nekrosis
K- 1 40 20 - -
Rata-rata 40 20 - -
K+ 1 80 60 80 40
2 80 60 60 40
Rata-rata 80 60 70 40
T1 1 40 40 20 20
2 60 20 20 -
3 40 20 20 -
4 40 20 40 20
Rata-rata 45 25 25 10
T2 1 60 40 40 20
2 60 20 40 20
3 40 40 20 20
4 40 20 20 -
Rata-rata 50 30 30 15
Keterangan : Pemeriksaan lesi kongesti dan perdrahan digunakan perbesaran 10×10
Pemeriksaan lesi peradangan dan nekrosis digunakan perbesaran 10×40
Diaperiksa masing-masing pada lima pandang berbeda

Pada kejadian kongesti tampak rata-rata persentase kongesti pada K- : 40% dan K+ : 80 %, T1 : 45 %, T2 : 50 %. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat kesembuhan yang terbaik pada T1 dibandingkan pada T2 maupun K+. Sebagaimana dilaporkan oleh Achyad dan Rasidah (2000), bahwa akar alang-alang mengandung zat damar, asam kersik dan kalium. Selain itu menurut Eussen dan Wirjaharja (1973) menyatakan bahwa akar alang-alang juga mengandung arundoin, fermenol dan semiarenol. Semua kandungan akar alang-alang tersebut, tidak satupun ada yang melaporkan berkaitan dengan perbaikan sirkulasi atau perbaikan dari kejadian kongesti. Selain itu, adanya pemanasan yang tinggi pada sediaan T1, tampaknya logam kalium merupakan zat aktif yang berperan disini. Untuk kepastiannya perlu dilakukan penelitian lebih intensif. Kurang baiknya efek penyembuhan pada T2 menunjukkan bahwa ada zat yang bersifat kompetitif terhadap zat aktif penyembuh kerusakan hati, dimana dengan pemanasan yang lebih tinggi (pada T1) zat kompetitor tersebut menjadi inaktif.
Kejadian perdarahan tampak berbeda antara K- : 20 %, K+ 60 %, T1 25 % dan T2 30 %. Secara umum tampak hampir sama dengan kejadian kongesti. Mengenai hal ini tampak jelas peranan kalium dalam proses penyembuhan kerusakan hati yang berbentuk perdarahan. Sebagaimana diketahui proses pembekuan darah, maka logam kalium merupakan katalis yang sangat berperanan (Achyad dan Rasyidah, 2000). Sebagaimana halnya tampak pada kongesti, pada perdarahan juga tampak T1 lebih baik efek penyembuhannya dari pada T2. Tampaknya juga unsur kalium lebih efektif berperan setelah melalui pemanasan yang tinggi.
Pada kejadian peradangan diperoleh hasil bahwa peradangan pada K- = 0%, K+ = 70 %, T1 =25 % dan T2 = 30 %. Tampak terjadi penurunan persentase kejadian peradangan pada hati mencit yang diberikan perlakuan T1 dan T2. Secara umum tampak efek T1 dan T2 jauh berbeda dengan kejadian peradangan pada K+. Hasil ini menunjukkan bahwa penyembuhan peradangan hati (hepatitis) disebabkan oleh zat-zat aktif yang dikandung akar alang-alang, baik yang diekstraksi dengan T1 maupun T2. Achyad dan Rasyidah (2000) menyatakan bahwa zat yang terkandung dalam akar alang-alang adalah zat damar, asam kersik dan kalium. Yang mana menyebabkan penyembuhan pada peradangan, sejauh ini belum ada yang melaporkan. Demikian pula Dalimartha (1998) hanya menyatakan bahwa akar alang-alang dapat digunakan sebagai obat hepatitis. Terdapat sedikit perbedaan persentase kesembuhan peradangan pada T1 dibandingkan pada T2, merupakan fenomena yang perlu diteliti lebih lanjut. Adakah kesamaan kejadian dengan kejadian kongesti dan perdarahan ? Tetapi di lain pihak Chairul (2000) melaporkan bahwa ekstrak alkohol akar alang-alang dapat membantu sebagai anti peradangan pada tikus putih. Tentu informasi ini sangat membantu sebagai alternatif dari ekstrak akar alang-alang denga pemanasan tinggi seperti pada T1.
Persentase kejadian nekrosis pada K-, K+, T1 dan T2 masing-masing )%, 40 %, 10% dan 15 %. Sebagaimana dilaporkan oleh Wilmana (1972) bahwa nekrosis hati dapat disebabkan oleh pemberian dosis tunggal 10-15 gram paracetamol pada manusia. Tampak dari hasil penelitian bahwa kesembuhan hati dari nekrosis pada T1 dan T2 jauh berbeda dengan kontrol. Haiul ini menunjukkan bahwa khasiat ekstrak akar alang-alang baik dengan ekstrak pada T1 maupun T2, sama-sama dapat menyembuhkan nekrosis hati.
Lesi nekrosis hati berkaitan erat dengan peradangan hati, sebagaimana dilaporkan oleh Smith, et al.,(1958), bahwa nekrosis ditemukan pada pemeriksaan histopatologi hati yang mengalami hepatitis. Berdasarkan fakta ini tampaknya proses penyembuhan nekrosis hati oleh ekstrak akar alang-alang sama dengan efek penyembuhannya pada peradangan diatas. Dari perbandingan penyembuhan dengan sediaan T1 dengan T2, tampak juga perbedaan yang tipis sebagaimana dengan penyembuhan lesi peradangan. Tampaknya juga terdapat pengaruh pemanasan yang tiunggi pada T1 untuk lebih mengefektifkan zat aktif dalam proses penyembuhan nekrosis hati.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
1. Pemberian ekstrak akar alang-alang kering dapat menyembuhkan lesi kongesti, perdarahan, peradangan dan nekrosis pada hati mencit.
2. Penggunaan ekstrak akar alang-alang yang direbus lebih lama memiliki khasiat penyembuhan yang lebih tinggi dibandingkan serbuk akar alang-alang yang dicampur air mendidih.

Saran
Perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif mengenai mekanisme zat aktif yang berperanan pada berbagai gangguan patologis.

Daftar Pustaka

Achyad, D.E. and R. Rasyidah. 2000. Akar alang-alang. Hup/www asiamaya.com/ jamu/isi/Alang-alang/Imperata cylindrica.htm.

Chairul.2000. Pengaruh ekstrak alkohol akar ilalang terhadap penurunan suhu tubuh tikus putih jantan. Berita Biologi vol.5 Puslitbang Botani LIPI Bogor

Dalimartha, S.1998. Ramuan tradisional untuk pengobatan hepatitis. Penebar Swadaya Jakarta.

Eussen, J.H. and Wirjaharja. 1973. Studies of an Alang-alang. Vegetation Biotrop Bull.

Katzung.1989. Basic and Clinical Pharmacology. Alih bahasa Kutoalubun, B.H., Indrawasih, B., Sanjaya, C., Setiadi, H., Hokardi, Y.H., Budipranoto, G., Adrianto, P. Penerbit Buku Kedok.EGC. Jakarta

Luna, L.G. 1968. Manual of histologic staining methods. 3rd.ed.Mc.Graw Hill Book Co.

Smith, H.A. and T.C.Jones. 1958. Veterinary Pathology. Lea Febiger Philadelphia

Tillman, A.P., S.Hartadi, S.Reksodiprojo, S.Prawirokusumo dan S.Legdosoekotjo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press Jogja.

Wilmana, P.F.1972. Analgesik antipiretik, Analgesik antiimflamasi non steroid dan obat pirai dalam farmakologi dan terapi. UI Jakarta.

Ucapan Terimakasih

Pelaksanaan penelitian ini sebagian dilakukan bersama sdri. I Gusti Agung Djelantik Widyastuti, SKH (kini Drh.). Untuk itu sepatutnya diberikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga atas segala bantuan dan kerjasamanya.