Bedah Salon : Meluruskan Ekor pada Anjing Berburu*
(COSMETIC SURGERY : TAIL-STRAIGHTENING IN HUNTING DOGS)

WISNU WARDANA
Praktek Dokter Hewan Jalan Setiabudi 16A
Bukit Tinggi, Sumatra Barat 26116
e-mail : WISNU@ BUKIT TINGGI.WASANTARA .NET.ID
Abstrak

Penampilan seekor anjing berburu mempunyai arti yang sangat penting bagi penyayang hewan piaraan khususnya anjing berburu. Anjing berburu yang baik adalah anjing yang pemberani, pintar, bersosialisasi baik dengan anjing lain, baik terhadap orang dan berpenampilan/performans gagah. Penampilan yang disukai masyarakat peburu babi hutan di Sumatera Barat antara lain anjing berpenampilan tegap, bermata sigap, telinga berdiri, ekor lurus panjang ke belakang. Anjing yang disukai adalah anjing-anjing bastar herder-kampung, boxer-kampung, herder-boxer, atau Pittbull-kampung. Banyak ditemukan anjing-anjing yang bekerja berburunya baik tapi performansnya tidak disukai yaitu apabila bentuk ekornya melingkar keatas atau ke samping, hal ini akan mengurangi gengsi bagi pemiliknya.Untuk merubah bentuk ekor yang melingkar menjadi lurus bisa dilakukan tindakan operatif bedah minor, yaitu dengan cara memotong tendon di beberapa bagian dorsal ekor hewan. Lurus dan melingkar/berkeloknya ekor anjing ditentukan oleh ruas-ruas tulang ekor, panjang/pendeknya tendon dan simetris tidaknya tendon di bagian ekor. Untuk membentuk ekor melingkar menjadi lurus bisa dilakukan dengan tendotomi di satu hingga lima tempat tergantung dari bentuk ekor hewan tersebut.
Kata kunci : bedah salon; meluruskan ekor; anjing pemburu

ABSTRACT
The performance of a hunting dog is very important for the dog lovers, especially the dog used for hunting. A good hunting dog is characterized by it bravery, cleverness, socialized with others, and obedient to the owners, as well as good looking. In the West-Sumatera, the hunting dog preferred by wild-pig hunters is a dog with bright and alert eyes, good body posture, erected ears, and straight tail. Some dogs with those characteristics are herder-kampong bastard, boxer-kampong, herder-boxer, and pit bull-kampong. Many dogs are found good in hunting, but with unfavorable physical performances such as upward-curved tail or sideward curved tail as it will reduce the owners dignity. However these unfavorable characteristics can be modified by a minor surgery. The straightness of the tail is determined by the segment of tail bones, the length of the tail, and the symmetry of the tail tendon. By cutting the tendon in one to five locations on the tail, the curved tail can be modified into straight tail.
Key words: cosmectic surgery; straigthening tail; hunting dog

* Disampaikan dalam Rangka Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional VIII,
Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 8-9 Oktober 2002.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat minang di Sumatera Barat memiliki tradisi yang unik secara turun temurun yaitu tradisi berburu babi menggunakan anjing. Sejak kapan kebiasaan masyarakat ini dimulai, tidak ada yang bisa menjawab. Yang jelas olah raga ini merupakan salah satu cara memberantas hama pertanian yang disebabkan oleh serangan babi hutan. Kegiatan olah raga ini sampai saat ini begitu memasyarakat dilakukan hampir di seluruh wilayah bahkan sampai ke pelosok, dan digemari semua lapisan masyarakat dari para petani hingga para pejabat. Sehingga ada pameo di masyarakat kalau pejabat masuk Sumatera Barat untuk mudah diterima warga minang mesti mengikuti acara berburu babi hutan.
Cara berburu mereka lakukan adalah dengan membawa anjing-anjing masuk hutan dan bilamana ada sekawanan babi di suatu tempat maka anjing-anjing tersebut dilepaskan untuk menerkam babi-babi sasaran. Jumlah anjing dalam suatu perburuan sangat banyak, bisa mencapai ratusan, bahkan dalam suatu peristiwa besar, bisa mencapai ribuan anjing. Para pemburu tidak saja berasal dari Sumatra Barat bahkan lintas propinsi seperti dari Riau dan Jambi. Babi hutan naas yang tertangkap biasanya mati dan dicincang untuk santapan anjing-anjing tersebut. Bilamana bertemu lawan babi hutan jantan dewasa yang garang, tidak jarang juga anjing pemburu itu yang tewas terbunuh oleh babi, dan biasanya babi hutan yang tangguh tersebut akan mati oleh tombak atau tertembus peluru panas senapan pemburu.

Ras Anjing Pemburu

Anjing-anjing yang digunakan untuk berburu umumnya anjing-anjing dari jenis yang berukuran sedang hingga besar (Barker dan Barker, 1988). Anjing pemburu yang baik antara lain mempunyai sifat pemberani, garang terhadap babi, mempunyai kemampuan lari yang kuat sehingga pada saat mengejar buruan menjadi tontonan pacu anjing yang menarik. Anjing tersebut juga mempunyai sifat sosial yang baik, baik itu terhadap anjing lainnya maupun dengan manusia; jinak dan tidak suka berkelahi dengan anjing lain.
Performans yang disukai antara lain; bertelinga tegak, berbadan panjang dengan tinggi proporsional, rahang kuat, ekor lurus atau jatuh ke bawah. Warna paling disukai adalah putih, kemudian kuning-coklat atau warna yang cerah. Warna cerah disukai sebab bilamana anjing mengejar mangsa dan bisa membunuh buruannya hingga bulunya terlihat basah dengan cipratan darah babi, maka hal itu sangat membanggakan tuannya dan anjingnya tampak ‘hebat’. Ras anjing yang disukai yang memenuhi kriteria diatas umumnya anjing-anjing persilangan anjing Herder-boxer, Herder-lokal, Boxer-lokal, American Pittbull-lokal, Pittbull-boxer atau Pittbull-lokal. Pada saat ini di Sumatra Barat sedang ada kecendrungan baru untuk menyukai anjing ras Catahula.

Bentuk Ekor Anjing Pemburu

Anjing-anjing peburu ras lokal atau persilangan umumnya mempunyai bentuk ekor melengkung ke atas dan melingkar. Menurut para pemburu sejati, anjing dengan bentuk ekor demikian ternyata suka berkelahi dengan anjing lain. Hal ini mengakibatkan anjing-anjing itu sering mengalami luka-luka pada tubuhnya. Namun, sebaliknya cidera seperti ini tidak dialami oleh anjing-anjing ras murni seperti boxer, herder , dan anjing kainnya karena kebanyakan kedudukan ekornya lurus menggantung. Anjing yang berekor tegak atau melingkar dianggap kurang berpenampilan sempurna. Performans dan kerja anjing yang baik merupakan hal yang sangat membanggakan dan bergengsi bagi para pemburu, sehingga permintaan pelayanan bedah salon meluruskan ekor bengkok pada anjing begitu tinggi dari para pemburu sejati..

Gambar 1 : Kedudukan Ekor Anjing
a. menggantung, b. di bawah garis punggung, c. mendatar,
d. di atas garis punggung, e/f. merajuk/menyapa,
g. di atas punggung.

TEKNIK PEMBEDAHAN MELURUSKAN EKOR

Anatomis ekor anjing

Anatomi ekor anjing terdiri dari tulang ekor atau os koksigealis yang beruas-ruas. Tulang ekor dibungkus oleh otot-otot pembentuknya yang terdiri atas muskulus sakrokaudalis dorsalis, m. sakrokaudalis lateralis, dan m. Sakrokaudalis ventralis dan m. itertransversalis (Getty, 1975). Pada bagian dorsal ekor didapatkan tendon berupa tali-tali putih memanjang. Tendon-tendon ini merupakan perpanjangan dari muskulus sakrokaudalis dorsalis, dan m. sakrokaudalis lateralis yang memang berada pada sisi dorsolateral tulang ekor (Sisson dan Grossman, 1961).
Vena dan arteri besar didapat di bagian ventral (arteri dan vena kaudalis medialis), dan lateral kanan dan kiri ekor, yakni arteri dan vena kaudalis lateralis superfisialis (Fossum et al., 1997). Di luar otot, ekor dibungkus oleh fascia koksigealis yang kuat. Kulit di bagian ekor anjing ditumbuhi rambut dengan kelebatan dan panjang rambut bervariatif. Bentuk ekor anjing juga beraneka ragam, ada yang tegak, melingkar, atau jatuh menggantung, tergantung dari ras anjing tersebut.

Bentuk ekor

Bentuk ekor yang melingkar/berkeluk kekiri atau kekanan bersifat herediter dan cenderung dominan. Anjing-anjing berburu yang baik umumnya hasil silangan lokal dengan ras seperti Boxer, German Sheepherd, Pittbull atau Terrier. Hasil silangan ini umumnya memiliki ekor bengkok/tidak lurus.
Hasil pengamatan terhadap kadaver-kadaver anjing yang mati karena kecelakaan yang ditemukan di jalanan, dan anjing-anjing yang menjalani bedah salon, menunjukkan bahwa bentuk ekor berkelok ke samping kiri atau ke kanan dipengaruhi oleh ketidaksimetrisan panjang tendo m. sakrokaudalis lateralis dan dorsalis kiri atau kanan. Sedangkan ekor yang melingkar ke atas dipengaruhi oleh ukuran panjang tendo m. sakrokaudalis dorsalis yang tidak proporsional dengan ruas-ruas tulang ekor. Tidak tertutup kemungkinan juga melengkuknya ekor disebabkan oleh kelainan ruas tulang ekor akibat fraktur atau sebab lainnya, dengan kondisi ini bedah salon pola ini tidak bisa diterapkan.
Anjing pemburu ideal yang memilki performans dan kerja yang baik sangat jarang ditemukan. Sering ditemukan anjing dengan performans bagus tapi kerjanya kurang, atau performans kurang tapi kerjanya bagus. Performans kurang terutama dinilai antara lain dari bentuk ekornya. Bentuk ekor naik ke atas dan melingkar atau bengkok tidak disukai oleh para pemburu, sekalipun kerja anjing tersebut bagus, sedangkan ekor anjing yang tegak atau melingkar keatas dapat mengganggu anjing pada saat berburu di hutan atau belukar sebab ekor tersebut sering menyangkut pada batang kayu atau belukar yang menimbulkan rasa sakit. Untuk merubah menjadi sempurna anjing yang kerjanya bagus tapi ekornya melingkar dapat dilakukan bedah salon meluruskan ekor.

Gambar 2 : Bentuk-Bentuk Ekor Anjing
a. ekor pedang, b. ekor samurai, c. ekor arit,
d. ekor cincin, e. ekor mencincin pada ujungnya,
f. ekor membelit, g. ekor mengumpar, h. ekor melingkar,
i. ekor berkait, k. ekor bukaan botol, l. ekor bendera,
m. ekor ular mematuk, n. ekor sikat

Teknis operasi

Bedah salon meluruskan ekor anjing merupakan operasi bedah minor. Terhadap anjing yang jinak bisa menggunakan anaestesi epidural dan untuk jenis anjing peburu umumnya kurang jinak sehingga digunakan anaestesi umum (Hall dan Clarke, 1983). Setelah terbius anjing ditengkurapkan (strenal recumbency) di atas meja operasi, bisa juga dimiringkan sehingga menbentuk sudut 150 agar memudahkan pembedahan (Rehmel, 1979). Prinsip operasi ini adalah memotong tendo dan atau otot yang menyebabkan
tendo kiri dan kanan tidak simetris. Membuat ukuran panjang tendo dengan ruas tulang ekor yang tidak proporsional menjadi proporsional, sehingga ekor akan menjadi lurus.
Sayatan kulit dilakukan dibagian dorsal ekor di beberapa tempat terutama di tempat terjadi lekukan. Sayatan biasanya dilakukan di dua sampai lima tempat (rata-rata tiga tempat) tergantung bentuk ekor yang dihadapi dan bentuk yang diinginkan. Sisihkan arteri koksigealis (kaudalis) lateralis superfisialis yang ada pada sisi ekor. Ikatlah arteri ini bila dipandang perlu dengan benang yang mudah diserap pada bagian paling kranial sayatan. Guna mencapai dan mengenali arteri ini bisa dilakukan dengan mendorong kulit ke depan dan ke bawah dan dengan hati-hati sisihkan jaringan yang ada diatasnya (Rehmel, 1979). Arteri koksigealis lateral superfisialis ini biasanya tepat berada pada sisi lateral ekor (Hickman dan Walker, 1980), namun kadang-kadang sedikit agak di bawah (Fossum et al., 1997).
Sayatan pertama di pangkal ekor, setelah sayatan di bawah kulit ditemukan tendon yang berwarna putih mengkilap, tendon yang terlihat dipotong menggunakan skalpel, bila diinginkan ekornya jatuh lurus ke bawah juga dilakukan muskulutomi di bawah tendo tersebut.
Kemudian ke arah kaudal dilakukan lagi sayatan kulit dan dilakukan penarikan tendon menggunakan gunting kecil atau pinset, akan didapatkan seperti benang putih. Seterusnya dilakukan lagi sayatan di bagian kaudal ekor sesuai bentuk ekor yang diinginkan.
Dengan dibuangnya tendo dorsal ekor maka akan didapatkan ekor yang tidak lagi tegak dan lemas/tidak kaku.
Selesai tendotomi/muskulotomi pastikan bahwa bentuk ekor telah lurus/tidak berkelok ke kiri atau kanan. Bila masih berkelok berarti masih ada tendo yang belum terputus, bila perlu pada posisi ekor berkelok dilakukan muskulotomi.

Kesulitan-kesulitan

Kesulitan yang sering ditemukan antara lain: Ekor anjing yang terlalu banyak lemah subkutannya menyebabkan kesulitan menemukan tendon. Pada saat penyayatan sering mengenai pembuluh darah di lateral ekor seperti arteri atau vena kaudalis superfisialis lateral atau arteri/ vena kaudalis ventralis lateral dan arteri/vena kaudalis dorsalis lateral (Fossum et al., 1997)
Cara mengatasinya sayatan dibuat lebih panjang dan untuk mencegah perdarahan dilakukan pengikatan ekor pada pangkalnya.
Pada anjing yang ekornya melingkar-lingkar sering ditemukan tendon-tendon mengumpul seperti tulang di lateral dan sangat berdekatan dengan pembuluh darah, sehingga sering terjadi perdarahan hebat.
Bentuk ekor yang berpilin sering menyulitkan menentukan posisi sayatan.
Cara mengatasinya adalah dengan melihat posisi ventral ekor yakni bagian yang memiliki warna berbeda, sehingga operator dapat menentukan posisi dorsalnya .

KESIMPULAN

Bedah salon meluruskan ekor dapat dilakukan melalui tendotomi dan muskulotomi bagian dorsal ekor
Mengubah bentuk ekor yang tegak atau melingkar ke atas menjadi lurus ke bawah bisa mengubah sifat anjing yang biasanya suka berkelahi menjadi lebih bersahabat dengan anjing lain.

DAFTAR PUSTAKA

Barker, A. J., and H. A. Barker. 1988. Dog Breeds. Bison Book Hongkong.

Fossum, T.W., C.S. hedlund, D.A. Hugle, A.L. Johnson, M.D. Willard, and G.L.
Carroll. 1997. Small Animal Surgery. Mosby Singapore.

Getty, R. 1975 Sisson and Grossmans-The Anatomy of the Domestic Animal,
volume 2, fifth edition. WB Saunders London.

Hall, L.W. and K. W. Clarke. 1983. Veterinary Anaesthesia. VIII ed. ELBS & Bailliere
Tindall. London.

Hickman, J., and R.G. Walker. 1980. An Atlas of Veterinary Surgery. John Wright &
Son Bristol.

Rehmel, R.A. 1979. Caudectomy in Small Animal Surgery An Atlas of Operative
Techniques. Edited by W.E. Wigfield and C.A. Rawlings. W.B. Saunders.
London.

Sisson, S., and J.D. Grossman. 1961. The Anatomy of The Domestic Animal. W.B.
Saunders. Tokyo

Swarowsky, 1990 Lexikon der Hunderassen, Bechtermunz verlag