Wed 6 Apr 2005
Perbandingan Efek Pemberian Kombinasi Xylazin-Ketamin Dengan Xylazin- Ketamin-Yohimbin Terhadap Frekuensi Denyut Jantung dan Frekuensi Pulsus Pada Anjing Lokal.
Posted by admin under Jvet Vol 5(1) 2004Perbandingan Efek Pemberian Kombinasi Xylazin-Ketamin Dengan Xylazin- Ketamin-Yohimbin Terhadap Frekuensi Denyut Jantung dan Frekuensi Pulsus Pada Anjing Lokal.
(COMPARISON OF THE EFFECT OF COMBINED TREATMENT OF XYLAZIZE-KETAMINE AND XYLAZINE-KETAMINE-YOHIMBINE ON HEART BEAT AND PULSE RATE OF LOCAL DOGS)
I Wayan Gorda dan I Ketut Anom Dada
Laboratorium Bedah Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan efek kombinasi xylazin-ketamin dengan kombinasi xylazin-ketamin-yohimbin terhadap frekuensi denyut jantung dan frekuensi pulsus anjing lokal pada saat sebelum teranestesi, saat teranestesi, dan sesudah teranestesi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola split in time dengan dua perlakuan: dosis I ( 3mg/Kg BB ; 16 mg/Kg BB ketamin) dan dosis II ( 3 mg/Kg BB xylazin ; 16mg/Kg BB ketamin ; 0,5 mg/Kg BB yohimbin), setiap perlakuan menggunakan 5 ekor anjing sebagai ulangan, sehingga secara keseluruhan menggunakan 10 ekor anjing. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji Sidik Ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi denyut jantung dan pulsus sangat nyata lebih tinggi pada anjing yang diberi xylazin-ketamin-yohimbin jira dibandingkan dengan yang diberi xylazin-ketamin.
Kata-kata Kunci : xylazin, ketamin, yohimbin, frekuensi denyut jantung, frekuensi pulsus,
anjing lokal.
ABSTRACT
The objective of this study was to compare the effect of combination xylazine-ketamine and the combination of xylazine-ketamine-yohimbine on heart beat and pulse rates of local dog before, during and after anesthesia. The experimental design used in this study was completely randomized split in time design with 2 treatment doses i.e. dose 1 (mg/kg xylazine and 16 mg per body weight of ketamine ) and doses 2 (3mg per body weight of xylazine, 16 mg per body weight of ketamine, and 0.5 mg/kg per body weight of yohimbine. Each treatment consisted of 5 dogs used as replicates and therefore as many as 10 dogs were used in this study. The data obtained in this study was analysed by analysis of variance (ANOVA). The result showed that the heart beat and pulse rates were significantly higher in dog treated with xylazine-ketamin-yohimbine compared to those treated with xylazine-ketamine.
Key words : xylazine, ketamine, yohimbine, heart pulse frequency, pulse frequency, local dog
PENDAHULUAN
Di daerah Bali terdapat dua kelompok anjing yaitu anjing kampung (anjing geladak) dan anjing lokal Kintamani yang terdapat di daerah Kintamani (Dharma dkk, 1999). Populasi kedua kelompok anjing diatas sedemikian banyaknya sehingga keberadaannya sangat bermanfaat dan memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat di Bali terutama praktisi dan pengelola di bidang kesehatan hewan.
Dalam hubungannya dengan kesehatan, tidak jarang anjing-anjing tersebut harus menjalani pembedahan untuk kepentingan diagnosa dan terapi. Prosedur awal yang harus dilakukan pada tindakan pembedahan adalah pemberian anestetika atau pembiusan baik secara lokal maupun umum tergantung dari jenis pembedahan yang dilakukan. Cara pemberian anestetik juga bervariasi seperti : intramuscular, intravena, inhalasi, peroral atau bahkan kombinasi.
Dewasa ini telah banyak jenis anestetika yang tersedia dan digunakan untuk keperluan pembedahan, salah satunya adalah kombinasi xylazin dan ketamin. Kombinasi kedua obat ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu : ekonomis, mudah dalam pemberiannya, induksinya yang cepat, mempunyai pengaruh relaksasi otot yang baik serta jarang menimbulkan komplikasi klinis. Kombinasi kedua obat ini sudah pernah dilaporkan penggunannnya pada anjing dan kucing (Benson, dkk.1985), burung unta (Gandini, dkk. 1986), Babi (Breese dan Dodman, 1984). Dilain pihak menurut Walter (1985), kombinasi xylazin – ketamin merupakan kombinasi yang saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasi otot serta sangat baik dan efektif untuk anjing karena memiliki rentang keamanan yang lebar.
Dalam aplikasinya dilapangan seringkali ditemukan kendala dalam penggunaannya, dimana kendala-kendala tersebut adalah dosis pemberian pada ras anjing yang memiliki keragaman yang komplek. Kelebihan dosis pada ras tertentu dapat berakibat fatal dan sering anjing yang teranestesi dengan dosis yang tinggi memiliki waktu pemulihan yang sangat lama, sehingga dapat menimbulkan rasa panik bagi pemilik maupun dokter hewan yang melakukan operasi. Selain itu kombinasi xylazin-ketamin dapat mengakibatkan penurunan yang nyata pada denyut jantung, output jantung, volume stroke, efektifitas ventilasi alveolar, arterial PO2 dan transport oksigen (Steve dkk, 1986).
Antidota digunakan untuk mengatasi efek negatif dan mengembalikan kondisi pasien dengan cepat Salah satu agen yang mampu menghambat aktifitas a-2 adrenoreseptor dari kombinasi xylazin – ketamin adalah yohimbin (Walter, 1985), akan tetapi sejauh mana antidota ini dapat melawan efek dari kombinasi xylazin - ketamin belum banyak diketahui, maka dari itu penelitian ini dilakukan.
MATERI DAN METODE
Materi
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 10 ekor anjing lokal betina dengan berat badan berkisar antara 5 – 10 kg. Umur rata-rata berkisar 1-2 tahun. Sebelum dilakukan perlakuan, anjing diperiksa kesehatan fisiknya terlebih dahulu. Bahan dan obat-obatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : xylazin hidroklorida (20 mg/ml), ketamin hidroklorida (100 mg/ml), yohimbin (0,5 mg/ml), alkohol 70%, kapas.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : alat suntik sekali pakai 2,5 ml, timbangan dengan kapasitas 120 kg, alat pencatat waktu, stetoskop.
Metode
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola split in time dengan dua perlakuan dan 5 kali ulangan berturut-turut dengan dosis I : xylazin (3 mg/kg BB), ketamin (16 mg/kg BB) dengan dosis II : xylazin (3 mg/kg BB) ketamin (16 mg/kg BB), yohimbin (0,5 mg/kg BB).
Sebelum diberikan obat, anjing ditimbang terlebih dahulu dan telah dipuasakan selama 12 jam. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan umum untuk memastikan anjing tersebut dalam keadaan sehat. Kombinasi xylazin – ketamin diberikan secara bersamaan (dicampur), sedangkan kombinasi xylazin – ketamin – yohimbin diberikan secara terpisah yaitu yohimbin diberikan 30 menit setelah pemberian xylazin – ketamin. Kedua perlakuan diatas diberikan secara intramuskuler pada daerah gluteus.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi frekuensi denyut jantung dan frekuensi pulsus anjing lokal pada waktu 30 menit sebelum dianestesi (T-30) saat mulai teranestesi ( T 0 ), saat teranestesi 30 menit (T 30), 60 menit (T 60), 90 menit (T 90). Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan Sidik Ragam dan bila di dapatkan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Wilayah Berganda Duncan. (Steel dan Torrie, 1989).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Frekuensi Denyut Jantung
Rata-rata total frekuensi denyut jantung (Tabel 1.) dari pemberian kombinasi xylazin-ketamin hidroklorida dengan xylazin-ketamin hidroklorida dan yohimbin adalah 114 x/menit dan 114,56 x/menit dengan rata-rata masing-masing perlakuan 30 menit sebelum dianestesi (T -30) atau T kontrol, saat mulai teranestesi T(0), saat teranestesi 30 menit T(30), 60 menit T(60), 90 menit T(90 ) adalah 132,4 x/menit , 109,6x/menit 104,6 x/menit , 105,6 x/menit dan 119,2 x/menit. Hasil sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan pemberian yohimbin setelah 30 menit teranestesi oleh kombinasi xylazin-ketamin memberi hasil tidak berbeda nyata (P>0,05) akan tetapi waktu pengamatan menunjukan berbeda sangat nyata (P
Tabel 1. Hasil rata-rata total frekuensi denyut jantung pada setiap perlakuan dan rata-rata
frekuensi denyut jantung pada saat 30 menit sebelum dianestesi ( T –30), 60 menit
(T 60), 90 menit (T 90)
Perlakuan -30 0 30 60 90 Rata-rata Total
X + K 135,6 126 103,6 95,6 109,2 114
X + K + Y 129,2 93,2 105,6 115,6 129,2 114,56
Rata-rata 132,4 109,6 104,6 105,6 119,2
Tabel 2. Sidik Ragam Pengaruh Kombinasi Xylazin-Ketamin dan Xylazin-Ketamin-Yohimbin Terhadap Denyut Jantung
Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel
5 % 1%
Perlakuan 1 3,92 3,92 0,015tn 6,23 11,26
Galat I 8 2095,36 261,92
Waktu 4 5434,88 1358,72 141,239** 2,69 4,02
P*W 4 4798,080 1199,520 124,690** 2,69 4,02
Galat II 32 2287,84 71,495
Total 49 12640,08
tn = Tidak Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
Tabel 3. Uji Wilayah Duncan Pengaruh Waktu Terhadap Frekwensi Denyut Jantung.
Waktu Rata-rata Signifikan
5 % 1 %
T (-30) 132,4 0,0 d d
T (90 ) 119,2 12,8 0,0 c c
T (0) 109,6 16,8 4 0,0 b b
T (60) 105,6 20,2 7,4 3,4 0,0 a a
T (30) 104,6 24 11,2 7,2 3,2 0,0 a a
Sx = 0,288
Hasil dari uji wilayah berganda Duncan (Tabel 2.) menunjukkan bahwa pengaruh waktu pada frekuensi denyut jantung : T (-30) → T (0) →T (30) → T (60) → T (90), berbeda sangat nyata (P0,05)
Frekuensi Pulsus
Rata-rata total frekuensi pulsus (Tabel 4.) dari pemberian kombinasi xylazin-ketamin hidroklorida dan xylazin-ketamin hidroklirida dan yohimbin adalah 119,04x/menit dan 121,04 x/menit dengan rata-rata masing-masing perlakuan 30 menit sebelum dianestesi (T-30) atau T kontrol, saat mulai teranestesi T(0), saat teranastesi 30 menit T(30), 60 menit T(60), 90 menit T(90 ) adalah 137,2 x/menit ,115 x/menit 110,6 x/menit , 111,8 x/menit dan 125,6 x/menit. Hasil sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan pemberian Yohimbin setelah 30 menit teranestesi oleh kombinasi xylazin-ketamin memberi hasil tidak berbeda nyata (P>0,05) akan tetapi waktu pengamatan menunjukan berbeda sangat nyata (P
Tabel 4. Hasil rata-rata total frekuensi pulsus pada setiap perlakuan dan rata-rata
frekuensi pulsus pada saat 30 menit sebelum dianestesi ( T –30), 60 menit
(T 60), 90 menit (T 90)
Perlakuan -30 0 30 60 90 Rata-rataTotal
X + K 139,6 129,2 108,8 100,8 116,8 119,04
X + K + Y 134,8 100,8 112,4 122,8 134,4 121,04
Rata-rata 137,2 115 110,6 111,8 125,6
Tabel 5. Sidik Ragam Pengaruh Kombinasi Xylazin-Ketamin dan Xylazin-Ketamin-Yohimbin Terhadap Frekwensi Pulsus
Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel
5 % 1%
Perlakuan 1 50 50 0,215tn 6,23 11,26
Galat I 8 1856,32 232,04
Waktu 4 5077,92 1269,48 90,10** 2,69 4,02
P*W 4 4040,80 1010,2 71,696** 2,69 4,02
Galat II 32 345036,08 10782,377
Total 49 702548,08 14337,715
tn = Tidak Berbeda Nyata
** = Berbeda Nyata
Tabel 6. Uji Wilayah Duncan Pengaruh Waktu Terhadap Frekwensi Pulsus.
Waktu Rata-rata Signifikan
5 % 1 %
T (-30) 137,6 0,0 d c
T (0 ) 115 38,3 0,0 a b
T (30) 110,6 36,6 12,29 0,0 a a
T (60) 111,8 37,27 22,29 22 0,0 ab a
T (90) 125,6 25,2 12,4 6,2 3 0,0 c b
Sx = 0,288
Hasil dari uji wilayah berganda Duncan (Tabel 4.) menunjukkan bahwa pengaruh waktu pada frekuensi pulsus : T (-30) → T (0) → T (30) →T (60) → T (90) berbeda sangat nyata (P0,05).
Pembahasan
Frekuensi Denyut Jantung Dan Frekuensi Pulsus
Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan I mengalami penurunan frekuensi denyut jantung dan frekuensi pulsus dibanding kontrol (T-30) dan mengalami peningkatan pada T90 setelah pemberian. Sedangkan pada perlakuan II penurunan terjadi pada T0, kemudian mengalami peningkatan pada T30, T60 dan T90 setelah pemberian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan (penambahan yohimbin) terhadap kombinasi xylazin-ketamin mempengaruhi frekuensi denyut jantung dan pulsus pada waktu pengamatan yang berbeda.
Menurunnya frekuensi denyut jantung pada perlakuan I (kombinasi xylazin-ketamin) disebabkan oleh pengaruh xylazin. Menurut Steve dkk, (1986) dibandingkan dengan ketamin tunggal kombinasi xylazin – ketamin mengakibatkan penurunan yang nyata pada denyut jantung, output jantung, volume stroke, efektifitas ventilasi alveolar, arterial PO2, transport oksigen dan peningkatan secara nyata pada resistensi pembuluh darah. Hal ini terjadi karena reflek baroreseptor karotid exiratori yang dihasilkan oleh hipotensi dan penurunan simpatetik, aktivitas vagus oleh xylazin. xylazin menyebabkan penurunan aktivitas simpatetik, dan efek depresor pada umpan balik baroreseptor dan menurunkan tekanan vegal yang dihasilkan oleh ketamin pada penurunan denyut jantung (Mustapa dkk, 2000). Menurut Hall dan Clarke (1983) xylazin tergantung pada penekanan system kardiovaskuler yang dimodifikasi melalui efek komplek pada system saraf autonomik dan merangsang saraf simpatik dan parasimpatik. Peningkatan denyut jantung dan pulsus pada T90 setelah pemberian disebabkan oleh pengaruh Ketamin sebagai penetral, dimana adanya efek antidysrhythymia yang mencegah refleks adrenergik hasil reaksi dari pembuluh darah sekelilingnya menurun mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pada jaringan terutama oleh reseptor a – adrenergik dan vasokonstriksi oleh reseptor b ( Smith dan Aitkenheard, 1996).
Meningkatnya frekuensi denyut jantung dan freuensi pulsus pada perlakuan II disebabkan oleh penambahan yohimbin 30 menit setelah kombinasi xylazin-ketamin diberikan. Efek sentral yang ditimbulkan oleh yohimbin berupa perangsangan sentral termasuk peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung (Gan, 1987). Selain itu, yohimbin juga merupakan penghalang pusat a2-adrenoseptor yang mencegah efek xylazin (Joseph dkk, 1984). Dengan demikian efek ketamin akan berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan frekuensi denyut jantung.. Pada T0 terjadi penurunan denyut jantung, hal ini karena yohimbin belum diberikan. Pengaruh xylazin pada kombinasi xylazin-ketamin lebih dominan yang mengakibatkan penurunan frekuensi denyut jantung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perbedaan perlakuan kombinasi dari xylazin-ketamin dan xylazin-ketamin hidroklorida dan yohimbin tidak berpengaruh nyata terhadap frekuensi denyut jantung dan frekuensi pulsus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang sangat nyata (P
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan kombinasi dosis anestesi xylazin-ketamin hidroklorida dan yohimbin terhadap aspek klinis pada hewan lain serta pengaruhnya terhadap fungsi organ-organ tertentu pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, G.J., J.C. Thurman., W.J. Tranguilli., and C.W. Smit 1985. Cardiopulmonary Effects of an Intravenous Infusion of Quaifenesin, Ketamine, and Xylazin in Dogs. Am J. Vet. Res. Vol 49 (9). (1986 – 1998).
Breese, C.E., and N.H. Dodman. 1984. Xylazine Ketamine Oxymorphone : An Injectable Anasthetic Combination In Swine. JAVMA. 184 (2) : 182 – 183.
Dharma, D.M.N., N. Hartaningsih, N.D. Rudianto. 1999. Anjing Bali Pemuliabiakan dan Pelestarian. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Gandini, G.G.M. R.H. Keffen, R.E.J. Barrough, and H.H. Fleedes. 1986. An Anasthetic Combination of Ketamine, Xylazine, and alphaxalone – Alphadolone in Oestriches (Struthiocamelus). Vet. Rec. 118 : 729 – 730.
Hall, L.W. dan K.W. Clarke. 1983. Veterinary Anaesthesia, 8th Ed. English Language Book Society and Baillere Tindal London 58 – 60, 308.
Joseph, V. Kitzman, R.C. Willson, R. C. Hatch, dan N.H. Booth. 1984. Antagonism of Xylazine and Ketamine Anesthesia by 4-aminopyridine and Yohimbin in geldings, Am. J. Vet. Res. 45 (5) : 875-879.
Mustafa, Yilmaz Koc, Fahretti Alkan, Zeki Ogurtan. 2000. The Effect of Xylazine – Ketamine and Diazepam – Ketamine. OJVR-html.
Smith, G. dan A. R. Aitkenheard. 1996. Text Book of Anestesia, The Iowa State University Press, Ames Iowa, USA..
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1989. Principles and Prosedur of Statistik. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Alih Bahasa Bambang Soemantri, PT. Gramedia Jakarta 168 – 224.
Steve C. Haskins, John, P. dan Farver, T.B. 1986. Xylazine and Ketamine in Dogs. Am J Vet Res (47) 636-640.
Sulistiya Gan. 1987. Farmakologi dan Terapi. Edisi 3 Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Walter H. Hsu. 1985 Effect of Yohimbine and Xylazine-Induced Central Nervous Sistem Depresion in Dogs. JAVMA. 182 (7) : 698 – 699.