Wed 6 Apr 2005
Isolasi Virus Avian Influenza pada Ayam Kampung di Bali
Posted by hatibening under Jvet Vol 5(4) 2004Isolasi Virus Avian Influenza pada Ayam Kampung di Bali
GNK Mahardika, M Sibang, M Suamba, KA Adnyana, NMS Dewi, KA Meidiyanti, YA Paulus
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jl PB Sudirman Denpasar – Bali – Indonesia
Telp. 0361-223791 – 701808; Faksimili 701808
Email: [email protected]
ABSTRAK
Isolasi virus Avian Influenza (AI) pada ayam kampung di Bali dilaporkan dalam studi kasus ini. Kasus dimaksud terjadi pada ayam kampung milik seorang peternak di Desa Kerobokan, Kota Madya Denpasar pada tanggal 16 Juni 2004 yang menunjukkan gejala tidak mau makan dan minum, bulu kusam, lemah, pucat, inkoordinasi dan kepala menunduk. Pada bedah bangkai ditemukan perdarahan titik atau menyebar di bawah kulit, trakhea dan paru-paru, proventrikulus dan seka tonsil.
Suspensi material paru-paru, seka-tonsil, dan otak ayam contoh diinjeksikan pada ruang alantois telur ayam bertunas umur 10 hari. Sekitar 20 jam paska injeksi semua embryo telah mati dan mengalami perdarahan seluruh tubuh serta membrannya. Aktivitas hemaglutinasi dapat dideteksi dari cairan alantois dengan uji haemaglutinasi (haemagglutination assay/ HA). Aktivitas tersebut dapat dihambat oleh antibodi standar terhadap AI tetapi tidak dapat oleh antibodi terhadap ND dengan menggunakan teknik hambatan hemaglutinasi (haemaglutination inhibition/HI) yang baku.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa agen yang terlibat adalah virus AI. Pengujian dari agen tersebut untuk dijadikan sebagai bibit untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
Kata Kunci: Virus Avian Influenza, Ayam kampung
ABSTRACT
Isolation of avian influenza virus in local chicken is reported in this case study. The case has affected a small local chicken flock in Kerobokan, Denpasar, in June 16, 2004. Ten out of 50 animals showed no specific clinical sign such as appetite loss, dirty feather, weakness, pale, and in-coordination. 5 of which were found dead at the observation. Pin-point to diffuse hemorrhages were found in the subcutaneous tissue, trachea, lung, proventricule, and ileo-caecal junction.
Tissue suspension of lung, ileo-caecal junction and brain from euthanasied chicken were injected into allantoic cavity of 10 days old embryonated eggs. The infected embryos were found dead with massive hemorrhage 20 hours post injection. Specific hemagglutination activity against chicken red blood cells could be easily demonstrated in the allantoic fluid using standardized hemagglutination assay. This activity could than be inhibited by AI-reference serum but not by antibody against Newcastle Disease (ND) virus using standardized hemagglutination inhibition assay.
The result shows that the disease is caused by AI virus. Further testing is needed to develop a seed virus for diagnostic, surveillance, and vaccine development purposes.
Key Words: Avian influenza virus, Local Chicken
PENDAHULUAN
Virus Avian Influenza (AI) ganas tipe H5N1 telah dilaporkan mewabah di banyak daerah di Indonesia, termasuk Bali, pada akhir tahun 2003 sampai awal 2004 (Rahardjo 2004). Penyakit tersebut tampaknya telah bersifat endemik. Upaya penanggulangannya juga sedang gencar dilakukan.
Kasus wabah AI tersebut umumnya dilaporkan menyerang ayam ras, baik pedaging maupun petelur. Unggas yang lain yang juga terserang adalah itik. Serangan wabah pada ayam kampung tidak banyak disinggung. Laporan isolasi virus AI pada ayam kampung di Bali dilaporkan dalam tulisan ini.
MATERI DAN METODE
Informasi tentang sejarah penyakit diperoleh melalui wawancara dengan pemilik. Sedangkan pengamatan klinis dilakukan dengan pengamatan di lapangan. Perubahan patologi anatomi diamati di laboratorium dari seekor ayam sebagai contoh yang dimatikan dengan emboli udara pada jantung. Isolasi virus pada kantong alantois telur ayam bertunas (TAB) dan identifikasi dengan uji hemaglutinasi (haemagglutination assay/ HA) dan hambatan hemaglutinasi (haemaglutination inhibition/ HI) dilakukan berdasarkan prosedur baku (WHO 2002). Suspensi jaringan tersangka dalam dengan konsentrasi 10% dalam PBS dengan 5.000 IU/ml penisilin dan 5.000 µg/ml streptomisin diinokulasikan pada kantung alantois TAB yang berumur 10 hari yang diperoleh dari perusahaan pembibitan komersial. TAB yang diinfeksi tersebut diinkubasikan pada temperatur 37°C.
Setelah embryo tampak lemah atau mati, dilakukan pemanenan cairan alantois serta pengamatan pada embryo. Aktivitas hemaglutinasi dalam cairan alantois diuji dengan uji HA. Konfirmasi serologis agen dilakukan dengan uji HI menggunakan serum yang mengandung antibodi terhadap virus AI dan ND. Sebagai kontrol negatif digunakan virus ND galur Lasota komersial yang diperbanyak pada telur ayam bertunas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kasus ini terjadi pada peternakan ayam kampung tradisional di Desa Kerobokan, Denpasar, Bali. Informasi yang pasti tentang jumlah ayam pada peternakan tertular tidak diperoleh. Jumlah awal diperkirakan oleh pemilik sekitar 300 ekor dan diperoleh dan dipelihara dari pasar sejak dua bulan sebelumnya. Menurut pemilik, saat diketahui ayam mulai ada yang sakit, sebagian besar ayam tersebut dipotong dan/atau dijual. Pada observasi lapangan tanggal 16 Juni 2004, tampak bahwa sepuluh ekor dari total sekitar 50 ekor tampak sakit, lima (5) ekor diantaranya mati. Satu hari setelah pengamatan diketahui bahwa semua ayam yang masih tampak sehat dipotong dan/atau dijual.
Gejala yang terlihat adalah hewan tidak mau makan dan minum, bulu kusam, lemah, pucat, inkoordinasi dan kepala menunduk. Gejala penyakit diperkirakan oleh pemilik mulai muncul sejak dua hari sebelumnya. Pada bedah bangkai ditemukan perdarahan titik di bawah kulit, trakhea dan paru-paru, proventrikulus dan seka tonsil.
Inokulasi suspensi organ-organ paru-paru, seka-tonsil, dan otak pada ruang alantois telur ayam bertunas umur 10 hari menyebabkan kematian embryo disertai perdarahan yang menyebar sekitar 20 jam paska injeksi (lihat Gambar 1).
Uji HA dari cairan alantois terinfeksi menunjukkan adanya aktivitas hemaglutinasi dengan titer bervariasi dari 4 sampai 32 unit HA. Hasil pengujian lebih lanjut dengan uji HI menunjukkan bahwa aktivitas tersebut dapat dihambat oleh antibodi standar terhadap AI tetapi tidak oleh antibody terhadap ND.
Gambar 1. Embryo ayam umur 10 hari yang mati 20 jam setelah diinfeksi dengan virus AI yang diisolasi dari ayam kampung dari Bali. Perdarahan tampak terjadi diseluruh tubuh embryo serta membran-membrannya (tanda panah).
Pembahasan
Laporan ini adalah laporan ilmiah pertama tentang isolasi AI pada ayam kampung di Bali. Laporan sejenis dari daerah lain juga tidak tersedia. Lebih dari itu, sekalipun secara resmi dinyatakan sebagai daerah tertular AI (Rahardjo 2004), publikasi ilmiah isolasi dan identifikasi virus AI juga belum tersedia. Dengan demikian, laporan ini dapat dianggap sebagai publikasi ilmiah pertama tentang hal tersebut dari Bali.
Pada awalnya, kasus ini diduga penyakit Newcastle (Newcastle disease/ND), atau setidaknya infeksi gabungan ND-AI. Gejala-gejala khas AI tidak cukup jelas. Gejala syaraf juga tidak khas ND, hanya berupa inkoordinasi. Gejala tortikolis juga tidak nyata. Demikian juga perubahan pasca-mati yang teramati.
Kesalahan interpretasi klinis tersebut tampaknya merupakan hal yang wajar. AI dan ND memang sering mengelirukan karena gejala dan perubahan anatomi yang Sangay mirip antara keduanya. Disamping itu, kedua penyakit ini sering terjadi bersama-sama (Fenner dkk., 1993).
Informasi yang pasti tentang jumlah ayam pada peternakan tertular tidak diperoleh. Saat diketahui ayam mulai ada yang sakit, sebagian besar ayam tersebut dipotong dan/atau dijual. Angka kesakitan dan kematian yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi dari yang diamati. Demikian juga gejala-gejala klinis dan perubahan patologi anatomi yang khas AI tidak bisa dicatat karena ayam dipotong/atau dijual paksa. Yang tercatat memang tidak menunjukkan keganasan agen serta gejala dan perubahan yang menguatkan diagnosis seperti yang dirinci oleh Rahardjo (2004). Pengujian experimental diperlukan untuk memperoleh gambaran keganasan isolat pada ayam kampung yang sebenarnya.
Penanaman pada kantung alantois telur ayam bertunas menunjukkan bahwa ada suatu agen yang mempunyai aktivitas hemaglutinasi yang dengan mudah dapat ditumbuhkan. Agen tersebut menyebabkan kematian embryo disertai dengan perdarahan masif pada embryo dan selaput-selaputnya (Gambar 1) dalam waktu kurang dari 20 jam pasca infeksi. Hasil ini sebenarnya sudah mengarahkan pada agen selain virus ND karena varian virus ini yang paling virulen (vvND) dilaporkan menyebabkan kematian embryo dalam waktu 60 jam (Fenner dkk., 1993).
Pengujian serologis dengan uji HI dengan serum ND-standar juga menunjukkan bahwa agen tersebut bukan ND. Konfirmasi ulang serum dimaksud dilakukan dengan uji HI dengan virus ND galur vaksin Lasota yang diperoleh secara komersial dan ditanam ulang pada telur ayam bertunas.
Kesimpulan bahwa agen yang diisolasi tersebut adalah virus AI diperoleh melalui pengujian serologis dengan uji HI serum kelinci AI-standar yang diperoleh dengan penyuntikan isolat AI Bali yang telah dikonfirmasi sebelumnya.
Pengujian dari agen yang berhasil diisolasi ini diperlukan jika isolat ini hendak dijadikan bibit untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. Pengujian dimaksud meliputi konfirmasi subtipe agen, hubungan antigenik dengan virus AI wabah dari seluruh Indonesia dan virus vaksin, serta mempelajari patogenitasnya pada telur ayam bertunas, ayam, mencit, dan berbagai hewan percobaan lainnya.
Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang potensi bahaya pemotongan dan/atau penjualan paksa tampaknya mendesak dilakukan. Tindakan yang dilakukan oleh pemilik ternak dalam kasus ini sangat potensial sebagai pemicu perluasan wabah.
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization 2002. WHO Manual on Animal Influenza Diagnosis and Surveillance. www.who.int/emc-documents/influenza/docs/animalinfluenza/
Rahardjo, Y, 2004. Avian Influenza, Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberantasannya: Hasil Investigasi kasus Lapangan (Dilengkapi SK Mentan dan SK Dirjen Bina Produksi Peternakan. Diedit oleh C. A. Nidom. Gita Pustaka, Jakarta.
Fenner, FJ, EPJ. Gibbs, FA Murphy, R Rott, MJ Studdert, dan DO White, 1993. Veteriary Virology. 2nd Ed. Academic Press, INC., California.