CYST EXPERIMENTAL Toxoplasma gondIi WITH HISTOLOGICAL METHODS

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui predileksi utama sista jaringan T. gondii. Sebanyak 84 ekor mencit dibagi secara random menjadi empat kelompok (I-IV). Tiap kelompok kemudian terdiri dari 21 ekor mencit. Kelompok I diinjeksi dosis 101 takizoit/0,3 ml/ekor secara intra peritoneal, kelompok II dosis 102 takizoit/0,3 ml/ekor, kelompok III dosis 103 takizoit 0,3 ml/ekor, sedangkan mencit kelompok IV sebagai kelompok kontrol (tidak diinjeksi takizoit). Mencit positif terinfeksi bila menampakkan gejala asites. Semua kelompok perlakuan diberi sulfadiazine sebanyak 15 mg/ekor selama 5 hari setelah terinfeksi melalui air minum. Mulai satu hari sampai 21 hari setelah infeksi, masing-masing sebanyak 1 ekor mencit dari tiap kelompok dietanasi dengan menggunakan chloroform, organ hati, limpa, ginjal, paru, jantung, otak, dan otot diafragma diambil dimasukkan ke dalam formalin 10 % dan kemudian dibuat preparat histologi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa predileksi utama dari bradizoit pada penelitian ini adalah hati, jantung, dan otak.

Kata kunci : Sista jaringan, Toxoplasma gondii, histologis

ABSTRACT

The purpose of the research was to study major predilection on cyst bradyzoites Toxoplasma. gondii. There are 84 mice allotted randomly into four groups (I-IV). Eachs group consists of 21 mice. Group I is injected with dosage 101 takizoit/0.3ml/mice in the inter-peritoneal, group II is injected with dosage 102 takizoit/0.3 ml/mice, group III is injected with dosage 103 takhyzoite 0.3 ml/mice, while mice in group IV as the control group (without injecting with takhyzoite). Positive mice are infected when

showing ascites symptoms. All treatment groups are given sulfadiazine as 15 mg/mice during 5 days after infected through drinking water. The first until twenty one day after injected, each group I1, II1, III1, IV1, are eutanasia using chloroform, organs liver, lymph , kidney, lung, heart, brain, or diaphragm muscle are taken into formaline 10% and then maked histological sample. Data of total cyst derived from each organ was analyzed with descriptively.
Based on the research result can be concluded that the main predilection from bradyzoite in this research is liver, heart, and brain.
Key words: Production study, bradyzoite, Toxoplasma gondii, histological

PENDAHULUAN
Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang banyak menimbulkan permasalahan bagi manusia dan hewan. Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang bersifat anthropozoonosis, suatu penyakit parasiter yang disebabkan oleh protozoa parasit yaitu Toxoplasma gondii. Parasit yang dapat menyerang berbagai hewan berdarah panas, ternak, dan hewan kesayangan (Soulsby, 1982).
Manusia dan hewan dapat terinfeksi toksoplasmosis melalui 3 (tiga) cara: yaitu mengkonsumsi daging kurang masak yang mengandung sista jaringan (bradizoit) dengan cara mengkonsumsi makanan dan minuman yang tercemar oosista yang berasal dari tinja kucing yang terinfeksi dan secara transplasental dari induk yang terinfeksi selama masa kehamilan (Dubey, 1991).
Tidak seperti pada berbagai penyakit lainnya, kasus toksoplasmosis umumnya tidak menunjukkan adanya gejala klinis baik pada hospes definitif maupun hospes perantara (Anonim, 1995). Infeksi tersebut kemudian akan menjadi infeksi bersifat laten yang biasanya karena dikontrol oleh sistem kekebalan tubuh inang (Kasper & Boothroyd, 1990). Tetapi pada inang yang immunosupresive seperti penderita AIDS, resipien transplantasi organ dan para pemakai obat imunosupresif untuk pengobatan tumor, parasit akan kembali aktif dan dapat menimbulkan gejala penyakit. Gejala toksoplasmosis yang paling sering timbul yang disebabkan oleh aktifnya sista jaringan adalah ensefalitis dan retinokorioditis (Kasper & Boothroyd, 1990).
Di Indonesia, prevalensi toksoplasmosis pada hewan diperkirakan terus menerus meningkat. Di Jakarta prevalensi toksoplasmosis pada anjing 75,6 % dan pada kucing 72,7 % (Gandahusada, 1993), di Yogyakarta prevalensi pada domba 50 % dan babi 44 % (Sri Hartati et al., 1997).
Pemeriksaan sista jaringan dari T. gondii dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain biopsi sampel jaringan dengan menggunakan PCR (Theobalt, 2001; Ana Sahara, 2002; Dwi Priyowidodo, 2003), secara biologis ataupun pembuatan preparat histopatologi (Dubey, 1999).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui predileksi utama dari sista jaringan T. gondii.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan predileksi utama dari sista jaringan. Dengan diketahui predileksi utama dari sista jaringan tersebut diharapkan dapat ditentukan pula jaringan/organ mana saja yang tidak dapat dikonsumsi nantinya, sehingga pada akhirnya hasil dari penelitian ini akan dapat membantu dalam upaya pencegahan terhadap kasus toksoplasmosis.

MATERI DAN METODE
Materi
Penelitian ini menggunakan 84 ekor mencit jantan strain Balb/c umur ± 2 bulan dengan berat badan 30 – 40 gram yang diperoleh dari PAU-UGM Yogyakarta.
Bahan untuk pembuatan preparat histologis organ-organ antara lain hati, limpa, ginjal, paru, jantung, otak, dan otot diafragma dengan menggunakan bahan standar yang ada di Laboratorium Patologi Balai Penyidikan Penyakit Veteriner (BPPV) Wilayah IV Yogyakarta.

Metode
Infeksi mencit dengan T.gondii
Sebanyak 84 ekor mencit dibagi secara random menjadi empat kelompok (I-IV), masing-masing kelompok terdiri dari 21 ekor. Mencit pada kelompok I kemudian diinjeksi dengan 101 takizoit/0,3 ml/ekor secara intra peritoneal, mencit pada kelompok II diinjeksi dengan cara yang sama sebanyak 102 takizoit/0,3 ml/ekor. Mencit pada kelompok III diinjeksi sebanyak 103 takizoit 0,3 ml/ekor. Sedangkan mencit kelompok IV tidak diinjeksi dengan takizoit digunakan sebagai kelompok kontrol. Semua mencit dianggap positif terinfeksi bila menampakkan gejala asites. Kemudian mencit-mencit tersebut pada semua kelompok percobaan diberi sulfadiazine sebanyak 15 mg/ekor selama 5 hari seketika setelah terinfeksi melalui air minum. Mulai satu hari sampai 21 hari setelah infeksi, masing-masing sebanyak 1 ekor mencit dari tiap kelompok dietanasi dengan menggunakan chloroform, dan organ-organ hati, limpa, ginjal, paru, jantung, otak, dan otot diafragma diambil dan dimasukkan ke dalam formalin 10 % untuk proses pembuatan preparat histologis sesuai standar prosedur yang dikerjakan dibalai Penyidikan Penyakit Veteriner (BPPV) Wilayah IV Wates Yogyakarta (Anonimus, 1999).
Pengamatan sediaan histologis untuk melihat sista jaringan dilakukan dengan menggunakan mikroskop di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sista jaringan yang ditemukan pada tiap-tiap organ kemudian dihitung jumlahnya.

Variabel
Variabel yang ingin dilihat adalah predileksi utama dari sista jaringan dengan melihat gambaran histopatologis jaringan organ-organ yang mengandung sista.

Analisis Hasil
Data sista yang terbentuk pada masing-masing organ dan hasil pemeriksaan histologis organ dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan gambaran perubahan patologi pada hati, paru, jantung, limpa, otot diafragma dan otak antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan terhadap 84 ekor mencit diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Grafik 1, 2, dan 3. Sista pada penelitian ini berturut-turut mulai ditemukan pada hati, jantung kemudian diikuti otak. Hal ini seperti yang telah dikemukakan oleh (Dubey,1994: Lappin, 1994) bahwa pada infeksi ekstraintestinal, setelah oosista, takizoit dan bradizoit tertelan akan terjadi infeksi enterik yang kemudian meluas ke linfoglandula dan disekitarnya, kemudian lewat vena porta menuju ke hati atau lewat duktus torasikus ke paru-paru setelah itu parasit tersebut secara sistemik ke jaringan lain. Takizoit ini kemungkinan akan masuk ke dalam otak, otot jantung dan hati membentuk sista yang kecil yang berisi bradizoit. Sista jaringan yang paling awal ditemukan yaitu pada hati dengan dosis 103 , mulai ditemukan pada hari ke-4 paska infeksi. Hasil temuan ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh (Dubey, 1999; Smith dan Rebuck, 2001) bahwa bradizoit dapat ditemukan 5-6 hari paska infeksi dan bentuk sista jaringan yang ditemukan pada berbagai jaringan terutama otak, dan otot jaringan. Berbeda dengan yang ditemukan oleh Fayer (1981), bahwa sista jaringan terbentuk paling awal di jantung memerlukan waktu ± 9-10 hari infeksi. Jika infeksi melanjut, maka sista tersebut akan dapat dijumpai di otak ataupun organ-organ lain di dalam tubuh. Sementara menurut Dubey (1998) mengatakan bahwa sista jaringan baru mulai dapat terlihat pada hari ke-8 paska infeksi.
Tidak semua hasil pada kelompok perlakuan, organ-organ yang diperiksa terdapat sista jaringannya. Hal ini kemungkinan karena pada saat pembuatan preparat histologis jaringan yang terambil sangat kecil, sehingga tidak adanya sista yang di temukan di organ-organ tersebut belum tentu pada bagian yang lain dari jaringan sebenarnya sista tidak ada.
Proses perubahan stadium takizoit menjadi bradizoit tergantung dari strain T. gondii. Ada strain yang cenderung berubah dari stadium takizoit menjadi bradizoit dan membentuk sista, yaitu strain yang tidak virulen, selain itu ada juga strain yang virulen, yang stadium takizoitnya lambat berubah menjadi bradizoit. Perubahan stadium takizoit menjadi bradizoit juga tergantung dari kecepatan multiplikasi parasit (Gross, 1996).
Pembentukan sista jaringan biasanya bersamaan dengan terbentuknya imunitas. Jika imunitas menyusut bradizoit mampu memulai pembentukan takizoit yang baru dengan jalan proliferasi dan kemudian apabila timbul imunitas lagi terbentuklah sista–sista baru yang berisi bradizoit dari takizoit-takizoit tadi. Pembentukan sista jaringan dapat pula terjadi tanpa adanya pengaruh imunitas seperti yang terjadi di dalam kultur sel yang telah tua, karena multiplikasi dalam kultur sel yang telah tua terhambat, maka sista terbentuk (Soulsby, 1982).

KESIMPULAN
Dari pemeriksaan terhadap 84 ekor mencit, maka dapat disimpulkan bahwa predileksi utama dari sista jaringan pada penelitian ini adalah hati, jantung, dan otak.

Saran
Agar memperoleh hasil yang maksimal dalam mendapatkan sista jaringan pada tiap-tiap organ sebaiknya semua bagian dari organ tersebut dibuat preparat histologis untuk dapat dilihat sista jaringannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Imonostaining Methods. Histology and Cytology reagents. Zymed Laboratories Inc, 90-103
Anonim, 1999. Manual Standar Metode Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan. Direktorat Bina Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian.
Dubey, J. P. 1991. Toxoplasmosis an overview. In Emerging problem in food-born parasitic zoonosis: Impact on agriculture and publich health. Cross, J. H. (ed). Proceeding of the 33rd. SEAMED-TROPMED Regional Seminar, Bangkok.
Dubey, J. P. 1994.Toxopasmossiss. Zoonosis update. JAVMA, 20:1593-1598.
Dubey, J. P., and Beattie. 1998. Structure of Toxoplasma gondii tachyzoites, bradyzoites, and sporozoites and biology and development of tissue cysts. Clin Microbiol Rev. 11:267-299
Dubey, J. P. 1999. Toxoplasma gondii. http://medimicrochaaoter84.html
Fayer, R. 1981. Toxoplasmosis up date and public helath implication. Can. Vet. J. 22:344-352
Gandahusada, S. dan Mahjudin, H. 1993. Pemeriksaan zat anti Toxoplasma gondii pada anak dengan hydrocephalus, Bag. Parasitologi FKUI dan Bag. Bedah Syaraf RSCM.
Gross, O., Bohne, W., Soete, M., and Dubremetz, J. F.1996. Developmental differentiation between takhyzoites and bradizoites of Toxoplasma gondii. Parasitol today. 12:30-33.
Kasper, L. H. and Boothroyd, J. C. 1990. Toxoplasma gondii and toxoplamosis in Immunology and Moleculer Biology of Parasitic Infection. 3th. Ed., Mc Milan Inc, New York.
Lappin, M. R. 1994. Feline Toxoplasmosis. WALTHAM Focus, 4 (4) : 2-8.
Priyowidodo, D. 2003. Diagnosis Toksoplasmosis pada Sampel Cairan Asites, Serum Darah dan Jaringan Secara Polymerase Chain Reaction (PCR). Tesis. Program Pascarsarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Sahara, A. 2002. Prevalensi Toksoplasmosis pada Daging Kambing dengan Metode Polimerase Chain Reaction. Laporan Penelitian
Smith, J. E and Rebuck, N. 2000. Toxoplasma gondii Strain Variation and Phatogenecity. In Microbial Foodborne disease. Carry, J. W, J. E, Linz dan D. Bhatnagar (Eds). Technomic Co. Inc, USA. pp 404-431
Soulsby, E. J. L. 1982. Helminths, Anthropods and Protozoa of Domesticated Animals. 7th ed. The English Language of Book Soecity and Bailliere Tindal, London: 507 – 645.
Sri Hartati, W. T. Artama, Sumartono dan H. Wuryastuti, 1997. Identifikasi molekuler Toxoplasma gondii isolat lokal. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta.
Theobalt, D. 2001. What is Toxoplasmosis. http://www.toxoplasmosis.html.

Gambar 1. Sista jaringan yang ditemukan pada hati mencit
pewarnaan HE (pembesaran 10 ok., 40 ob)

Gambar 2. Sista jaringan yang ditemukan pada otot jantung mencit
pewarnaan HE (pembesaran 10 ok., 10 ob)

Gambar 3. Sista jaringan yang ditemukan pada otak mencit
pewarnaan HE (pembesaran 10 ok., 10 ob)