Wed 6 Apr 2005
Mengkaji Nefrotomi Nir Jahitan pada Anjing
(EVALUATION OF NEPHROTOMY WITHOUT SUTURES IN DOGS)
I GUSTI AGUNG GDE PUTRA PEMAYUN
Laboratorium Bedah Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana Denpasar
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hasil operasi nefrotomi nir jahitan pada anjing dibandingkan dengan teknik yang menggunakan jahitan.
Penelitian ini menggunakan delapan ekor anjing lokal jantan yang sehat, umur 6-12 bulan dan berat 7-10,5 kg. Anjing dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok I diberi perlakuan nefrotomi dengan jahitan dan kelompok II diberi perlakuan nefrotomi nir (tanpa) jahitan dan hanya ditekan dengan tangan. Pengamatan yang dilakukan setelah operasi meliputi pemeriksaam kliren kreatinin, jumlah eritrosit, leukosit, pemeriksaan makroskopik, dan mikroskopik ginjal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nefrotomi nir jahitan, dan hanya ditekan dengan tangan aman dan efektif dilakukan pada anjing, tidak ada tanda-tanda perdarahan yang diamati setelah operasi dan secara makroskopik maupun mikroskopik menghasilkan kesembuhan yang lebih baik.
Kata Kunci : nefrotomi nir jahitan, evaluasi operasi, anjing
ABSTRACT
A study of nephrotomy without sutures was conducted to determine the results of operation compared with closure by suture techniques.
In this study 8 clinically healthy male mongrel dogs, 6 to 12 month old of 7 to 10.5 kg body weight were used as experimental units. The dogs were divided into two groups, the dog in group one were nephrotomized by suture techniques, and group two the nephrotomizes kidneys were closed by digital pressure. Evaluation covered clearence creatinine, erythrocyte and leucocyte count, gross and microscopic examinations of the kidneys.
Results of this study showed that nephrotomy closure without suture (by digital pressure) was safe and effective in dogs, were no signs of haemorrhage were observed and upon gross and microscopic examination the kidneys revealed a good marked of healing.
Key words : Nephrotomy without sutures, evaluation of the operation, dog
PENDAHULUAN
Nefrotomi adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengeluarkan batu ataupun cacing ginjal (Dioctophyma renale), dimana belum terjadi kelemahan fungsi ginjal yang lanjut (Wingfield dan Rawlings, 1979). . Setelah dilakukan pengeluaran batu atau cacing ginjal, kedua tepi irisan pada ginjal dipertautkan kembali umumnya dengan menggunakan jahitan. Menurut Archibald dan Owen (1974) serta Rosin (1975) kedua tepi irisan pada ginjal dipertautkan dengan dua lapis jahitan, yaitu bagian korteks ginjal menggunakan pola matras terputus dan pada bagian kapsula ginjal dijahit dengan pola sederhana menerus.
Teknik penanganan nefrotomi dengan menggunakan jahitan sejak lama telah digunakan dalam praktek baik pada kedokteran manusia maupun kedokteran hewan. Efek samping dilaporkan dapat terjadi setelah dilakukan nefrotomi dengan jahitan, yaitu dapat menimbulkan nekrosis iskemik atau terbentuknya jaringan parut pada ginjal setelah kesembuhan. Weedon dan Birchard (1980) mengatakan bahwa penggunaan jahitan pada ginjal akan menambah kerusakan sejumlah nefron sehingga dapat memperberat kerusakan ginjal. Di samping itu adanya benang jahit pada jaringan ginjal dapat berperan sebagai nidus untuk pembentukan batu ginjal dan dapat meningkatkan kepekaan jaringan ginjal terhadap infeksi (Gahring et al., 1977).
King (1974) mengatakan bahwa usaha-usaha untuk mengurangi kerusakan pada nefron dan pembuluh darah akan menghasilkan kesembuhan yang lebih cepat pada ginjal. Usaha ini dapat dilakukan dengan mengurangi trauma yang berlebihan pada jaringan ginjal akibat jahitan. Berdasarkan hal tersebut di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hasil operasi nefrotomi nir (tanpa) jahitan pada anjing dibandingkan dengan teknik menggunakan jahitan. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi baru yang dapat digunakan dalam praktek kedokteran untuk menerapkan suatu prosedur pembedahan pada ginjal yang aman, efisien, dan efektif.
MATERI DAN METODE
Materi
Penelitian ini menggunakan delapan ekor anjing lokal jantan sehat yang belum dikastrasi, dengan umur berkisar 6-12 bulan dan berat badan 7-10,5 kg.
Obat-obatan yang digunakan antara lain premedikasi anestesi (klorpromazin HCl dan atropin sulfat), anestetika umum (tiopental sodium), larutan Ringer’s dekstrosa, antibiotika penisilin, dan antiseptik betadin.
Sebelum operasi anjing diadaptasikan terhadap kondisi penelitian. Selama penelitian anjing dipelihara dalam kandang-kandang terpisah dan diberi makan dua kali sehari serta air minum ad libitum.
Anjing percobaan tersebut dibagi dua kelompok, yaitu kelompok I mendapat perlakuan nefrotomi dengan jahitan dan kelompok II mendapat perlakuan nefrotomi tanpa jahitan, hanya ditekan dengan tangan. Sebelum operasi terhadap semua anjing percobaan dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan darah rutin untuk menentukan bahwa anjing percobaan dalam keadaan sehat.
Pelaksanaan operasi
Operasi dimulai hari ke-31 sejak anjing dipelihara, setiap hari operasi dilakukan sebanyak 1 ekor anjing.
Anjing dipuasakan selama 12 jam sebelum pembedahan. Daerah di belakang tulung rusuk terakhir (para costal) sebelah kiri dan kanan disiapkan untuk pembedahan. Anjing diberikan premedikasi anestesi dengan klorpromazin HCl dosis 2 mg/kg bb secara intra muskuler dan atropin sulfat dosis 0,04 mg/kg bb secara subkutan. Anestesi tiopental sodium (2,5%) diberikan dengan dosis 20-25mg/kg bb secara intra vena. Setelah teranestesi anjing diletakkan dengan posisi rebah lateral dan dipasangi kain penutup operasi.
Insisi dibuat 2 cm di belakang tulang rusuk terakhir. Sayatan sejajar tulang rusuk ini dibuat sepanjang 5-7 cm hingga mencapai ruang retroperitoneum. Ginjal diangkat ke permukaan, lemak di luar ginjal dipisahkan serta dilakukan identifikasi terhadap arteri renalis. Sebelum dilakukan insisi pada ginjal, arteri renalis diligasi sementara untuk menghindari perdarahan. Ginjal diinsisi pada tepi lateral untuk mencapai pelvis ginjal. Ginjal kemudian ditutup kembali sesuai dengan perlakuan. Kelompok I mendapat perlakuan nefrotomi dengan menggunakan jahitan pada bagian korteks dan kapsula ginjal. Korteks ginjal dijahit dengan empat jahitan pola matras terputus menggunakan benang catgut chromic 2/0, sedangkan kapsula ginjal dijahit dengan pola sederhana menerus menggunakan benang catgut plain 3/0. Ligasi pada arteri renalis kemudian dilepas dan ginjal dimasukan ke ruang retroperitoneum. Pada Kelompok II mendapat perlakuan nefrotomi tanpa jahitan, hanya ditekan dengan kedua tangan selama lima sampai tujuh menit terhitung mulai saat dilepaskan ligasi pada arteri renalis. Operasi kedua ginjal dilakukan sekaligus secara bergantian dengan pendekatan pada daerah para costal kanan dan kiri. Insisi ditutup dengan jahitan berturut-turut pada muskulus, jaringan subkutan, dan kulit sebagai mana mestinya. Selama operasi berlangsung anjing diinfus dengan larutan Ringer’s dekstrosa sampai kesadarannya pulih. Anjing diinjeksi dengan larutan penisilin dengan dosis 30.000 IU/kg bb secara intramuskuler selama lima hari berturut-turut.
Pengamatan Pasca Bedah
Pengamatan yang dilakukan setelah operasi meliputi pemeriksaan fungsi ginjal (kliren kreatinin), pemeriksaan darah (jumlah eritrosit dan leukosit), pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik ginjal. Pemeriksaan fungsi ginjal dan darah dilakukan pada hari ke-7, 14, 21, dan ke-28 setelah operasi. Pemeriksaan makroskopik ginjal dilakukan pada hari ke-31 setelah operasi dan anjing dikorbankan nyawanya (eutanasia) dengan menggunakan larutan magnesium sufat pekat. Pengambilan bahan untuk pemeriksaan mikroskopik yaitu pada bagian ginjal yang mengalami perubahan terutama pada bekas jahitan.
Penghitungan kliren kreatinin dilakukan menurut metode Levine (1984) selama 90 menit dengan rumus sebagai berikut :
Cl cr = U cr x V u / S cr (ml/mnt/kg bb)
Cl cr = kliren kreatinin
U cr = kadar kreatinin urin (mg/dl)
V u = produksi urin (ml/mnt/kg bb)
S cr = kadar kreatinin serum (mg/dl)
Analisis Hasil
Data kuantitatif dari pemeriksaan fungsi ginjal dan darah dianalisis secara statistika dengan rancangan split-plot, sedangkan data kualitatif dari pengamatan makroskopik dan mikroskopik ginjal dilaporkan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kliren Kreatinin
Untuk mengetahui kelemahan fungsi ginjal secara dini diperlukan uji yang lebih sensitif untuk membuat diagnosis yang akurat. Gangguan fungsi ginjal sering tidak dapat dideteksi secara dini bila pemeriksaan laboratorium terbatas pada pemeriksaan urea nitrogen darah (BUN) dan kreatinin serum (Carlson dan Keneko, 1971). Kliren kreatinin sering digunakan dalam praktek klinik sebagai uji fungsi ginjal yang cukup sensitif pada manusia dan hewan (Finco et al., 1981).
Tabel 1. Kliren kreatinin, jumlah eritrosit dan leukosit anjing lokal sebelum dan
sesudah dilakukan nefrotomi pada kedua perlakuan
No Variabel Pelakuan Nefrotomi (hari ke) Rataan
0 7 14 21 28
1 Kliren kreatinin (Ml/mnt/kgbb P1P2 3,49 3,19 2,79 2,74 2,87 2,89 3,05 2,94 3,13 3,01 2,96 a 2,89 a
2 Eritrosit (juta/mm3) P1P2 6,295,94 5,78 5,43 6,15 5,49 6,30 5,69 6,49 6,10 6,18 a 5,68 a
3 Leukosit (ribu/mm3) P1P2 9,268,18 15,6713,98 13,0112,88 13,1111,55 11,57 9,55 13,34 a11,99 a
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata (Tabel 1) terhadap nilai kliren kreatinin (P>0,05). Ini menunjukkan bahwa kedua teknik penanganan nefrotomi baik yang menggunakan jahitan maupun tanpa jahitan tidak sampai menimbulkan terjadinya kerusakan yang berarti pada ginjal sehingga dapat terdeteksi dengan pemeriksaan kliren kreatinin, sebagaimana telah dilaporkan bahwa hasil pemeriksaan kliren kreatinin memiliki ketelitian yang lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan BUN dan kreatinin serum. Hal ini disebabkan karena ginjal memiliki kapasitas cadangan fungsional yang besar dan mekanisme adaptasi yang baik terhadap kerusakan (Osborne et al., 1972; Finco et al., 1981). Gahring et al., (1977) juga mengemukakan bahwa segera setelah terjadi kerusakan ginjal akan menyebabkan terjadinya peningkatan fungsi nefron yang masih ada sebagai kompensasi terjadinya kerusakan pada nefron.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa cenderung terjadi penurunan kliren kreatinin setelah operasi, penurunan kliren kreatinin paling rendah terlihat pada hari ke-7 setelah operasi. Penurunan kliren kreatinin ini kemungkinan disebabkan karena menurunnya perfusi darah ke ginjal akibat kehilangan sejumlah cairan darah pada waktu operasi. Bright (1986) mengatakan bahwa berkurangnya cairan darah akan mengakibatkan berkurangnya perfusi darah ke ginjal sehingga mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus. Penurunan kliren kreatinin juga disebabkan karena ginjal masih dalam proses kesembuhan sehingga mekanisme adapatasi atau kompensasi belum optimal. Walaupun terjadi penurunan nilai kliren kreatinin, namun nilai kliren kreatinin masih berada dalam batas-batas normal. Menurut Chew dan Dibartola (1989), kliren kreatinin normal pada anjing berkisar antara 2-5 ml/mnt/kg bb.
Jumlah Eritrosit
Hasil sidik ragam jumlah eritrosit juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedua perlakuan (P>0,05). Ini berarti bahwa nefrotomi tanpa jahitan mampu memberikan perlekatan secara sempurna tanpa menimbulkan terjadinya perdarahan setelah operasi. Walaupun terjadi sedikit perdarahan pada saat penekanan, namun perdarahan segera terhenti setelah terjadi perlekatan oleh fibrin yang dihasilkan dari proses pembekuan darah. Stackl (1988) mengatakan bahwa fibrin yang dihasilkan dari proses pembekuan darah dapat berfungsi sebagai perekat pada luka iris ginjal.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemeriksaan darah hari ke-7 setelah operasi memperlihatkan terjadinya penurunan jumlah eritrosit dibandingkan dengan sebelum operasi. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kehilangan cairan darah selama operasi berlangsung, di samping itu kemungkinan juga karena hewan masih mengalami stres pasca operasi sehingga pembentukan sel darah merah perlu waktu lebih lama. Penurunan jumlah eritrosit ini bersifat sementara, kemudian meningkat kembali mulai pemeriksaan hari ke-14.
Jumlah Leukosit
Hasil sidik ragam jumlah leukosit juga tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara kedua perlakuan (P>0,05). Walaupun diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata namun kenaikan jumlah leukosit setelah nefrotomi dengan menggunakan jahitan cenderung lebih besar dibandingkan dengan nefrotomi tanpa jahitan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penggunaan jahitan pada ginjal sehingga dapat memperberat terjadinya infeksi. Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Varma et al., (1974) yaitu penempatan jahitan pada jaringan ginjal dapat meningkatkan kepekaan jaringan ginjal terhadap infeksi. Walaupun terjadi peningkatan jumlah leukosit setelah operasi, namun rata-rata jumlah leukosit masih berada dalam batas normal. Menurut Kirk dan Bistner (1985), nilai normal jumlah leukosit pada anjing berkisar antara 6.000-17.000/mm3.
Makroskopik dan Mikroskopik Ginjal
Hasil pemeriksaan makroskopik ginjal setelah proses kesembuhan, yaitu 31 hari setelah operasi menunjukkan bahwa pada nefrotomi dengan menggunakan jahitan ditemukan kerusakan yang lebih banyak akibat terbentuknya jaringan parut pada bekas jahitan sebagai hasil dari reaksi jaringan selama proses kesembuhan. Hasil pemeriksaan mikroskopik pada tempat jahitan menunjukkan adanya reaksi peradangan dengan infiltrasi sel-sel leukosit polimorfonukleir yang tersebar di sekitar jahitan.
KESIMPULAN
Nefrotomi nir jahitan, dan luka operasi dipertautkan dengan hanya ditekan dengan tangan aman dan efektif dilakukan pada anjing , tidak ada tanda-tanda perdarahan yang diamati setelah operasi dan secara makroskopik dan mikroskopik menunjukkan hasil kesembuhan yang lebih baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Wardjiman, MSc dan Drh. Agus Budi Santosa, MS (Laboratorium Bedah Veteriner) atas arahannya, Klinik Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada yang telah memberikan bantuan fasilitas serta semua pihak yang membantu kelancaran penelitian dan penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Archibald, J.and R.R.Owen.1974. Urinary System. Dalam J.Archibald (ed). Canine
Surgery, 2nd ed Ontario Veterinary College, University of Guelph,
Canada.
Carlson, G.P. and J.J. Kaneko. 1971. Simultaneus Estimation of Renal Function in
Dog, Using Sodium Sulfanilate and Sodium Iodohippurate. JAVMA 158:1229-1234.
Finco, D.R. , D.B. Coulter and J.A. Barsanti. 1981. Simple Accurate Method for
Clinical Estimation of Glomerular Filtration Rate in the Dog. Am. J.Vet. Res. 42:1874-1877.
Gahring, D.R. , D.T. Crowe, T.E. Power, S. Krakowka and G.P. Wilson. 1977.
Comparative Renal Function Studies of Nephrotomy Closure with and without Suture in Dog. JAVMA 171: 537- 541.
Kirk, R.W. and S.I. Bistner. 1985. Handbook of Veterinary Procedures and
Emergency Treatment. 4th ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia, London, Toronto, Tokyo, Hongkong
Osborne, C.A., D.G. Low and D.R. Finco. 1972. Canine and Feline Urology.
W.B.Saunders Company, Philadelphia, London, Toronto.
Rosin, E. 1975. Nephrotomy. Dalam M.J. Bojrab (ed). Current Techniques in Small
Animals Surgery. Lea and Febiger, Philadelphia.
Stackl, W. 1986. Nephrotomy Closure with Fibrin Glue. J. Urology Nephrology.
79:1555-1557.
Varma, S. , H.L. Ferguson, H. Breen and W.V. Lumb. 1974. Comparison of Seven
Suture Materials in Infected Wound. A Experimental Study. J. Surg. Res. 17: 165-170.
Weedon, G.R. and S. Birchard. 1980. The Sutureless Nephrotomy Closure, A
Photographic Essay. Small Animal Clinic. 75:1365-1369.
Wingfield, W.E. and C.A. Rawlings. 1979. Small Animal Surgery, An Atlas of
Operative Techniques. W.B. Saunders Company, Philadelphia, London, Toronto.
November 25th, 2005 at 9:48 pm
pak bahannya kami ambil untuk referensi penelitian kami ya? ad ngak kalau dua-dua ginjalnya dioperasi sekaligus? terima kasih pak ya?
May 10th, 2006 at 1:34 pm
pak, apa patofisiologi dari nefrotomie
sekaligus, apasih etiologinya?
thanks ya pak.